Kematian Muhammad Muhlis (27), calon pengantin pria yang ditemukan tewas gantung diri menjelang akad nikah, dinilai janggal oleh pihak keluarga.
Tante alm, Irmawati Daeng Suji, saat ditemui dirumah duka, Desa Salajangki, Kecamatan Bontonompo Selatan, Gowa, menduga jika kematian keponakannya itu, bukan karena bunuh diri.
“Kalau memang bunuh diri, kata polisi keluar lidahnya dan ada sperma yang keluar, tapi ini sama sekali tidak,” katanya, Sabtu (17/9/2016).
Saat ditemukan, posisi alm yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara itu, tersungkur dengan kedua tangan dibawah.
Irmawati sendiri yang melihat langsung jasad dan membalikkan badannya untuk memastikan wajah keponakannya itu.
“Saya sempat buka bajunya karena pikir mungkin ditikam. Tapi tidak ada bekas tikaman, hanya luka disekujur tubuhnya. Belakangnya itu lebam, terkelupas kayak sudah ditempelkan besi panas. Tapi memang ada tali terlilit dilehernya. Matanya seperti habis dipukul,” katanya lagi.
Pihak keluarga pun saat ini belum bisa mengambil kesimpulan atas penyebab kematian itu. Namun dari beberapa kejanggalan yang terjadi, mereka berpikir jika ada sesuatu dibalik tewasnya almarhum.
“Dia ditemukan di kebun semangka, tapi tidak ada itu bekas seperti habis jatuh. Biasanya kan kalau jatuh dari atas pasti ada bekas tertimpa dibawahnya, tapi seperti disimpan begitu saja,”.
Calon mempelai wanita, Ida Nurwaddah yang juga melayat langsung kembali ke rumahnya di Desa Mandalle, Kecamatan Bajeng Barat usai jenazah almarhum dimakamkan.
Kisah keduanya mulai bersemi setengah bulan lalu. Pihak orantua perempuan pun meminta agar Muhlis melamar. Keduanya dikabarkan saling suka dan siap menikah. Hanya pihak keluarga pria baru akan membawa uang panai nya ketika akad nikah. Namun menurut adik almarhum, Risna, kakaknya itu pernah curhat jika dia sering dicela jelek.
“Dia kan kurus, pipinya juga kecil. Katanya biasa dicela sama orang. Saya bilang tidak apa-apa ji, yang penting calon dan mertuanya bisa terima,” ujarnya.
Suasana rumah yang awalnya akan disiapkan untuk pesta pernikahan langsung berubah menjadi duka. Dekorasi seyogyanya acara kawinan didalam rumah hanya menjadi penghias pengantar kepergian Muhlis yang dikenal sangat tertutup itu.
Tenda yang juga disiapkan untuk tetamu, pada akhirnya digunakan untuk tamu yang datang melayat. Segalanya sudah disiapkan.
“Undangan juga sudah disebar. Administrasi untuk buku nikah, tidak tahu kenapa sampai begitu. Tidak pernah mau bicarakan bebannya,” kata Risna.
Bahkan kamar pengantin yang akan digunakan untuk malam pertama sudah dipenuhi hiasan. Kue dan erang-erang atau barang seserahan akhirnya harus disimpan.
Ibu almarhum sesekali terlihat menangis. Namun dia tidak bisa berbicara banyak. Sementara tetangga yang melayat terus berdatangan.
Keluarga juga membantah adanya dugaan bunuh diri karena tidak mampu membayar uan panai, seperti yang diberitakan sebelumnya.