Saat ini para pelaku pasar dan ekonomi dikagetkan dengan munculnya
revisi dari lembaga pemeringkat Standard and Poor (S&P) yang
merevisi outlook peringkat utang Indonesia yang sebelumnya berada di
rating BBB- dengan outlook positif turun menjadi outlook stabil.
Pengamat ekonomi Rahadyo Anggoro mengatakan, outlook stabil di sini memiliki arti bahwa kebijakan yang lemah dan tekanan eksternal mampu diimbangi dengan prospek pertumbuhan kuat, kebijakan fiskal yang konservatif dan pengelolaan utang memadai.
"Saat ini kondisi Indonesia ini telah dikalahkan oleh Filipina yang peringkat hutangnya naik menjadi BBB- dengan otlook positif, dimana Filipina berhasil meningkatkan peringkat utang dan memacu pertumbuhan mereka," jelas Rahadyo saat dihubungi oleh Okezone, Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Rahadyo mengungkapkan bahwa jika ditelaah lebih dalam, kejadian penurunan rating outlook ekonomi Indonesia dikarenakan beberapa faktor, seperti lambatnya pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai subsidi BBM.
"Dengan lambatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan subsidi BBM akan menganggu kepercayaan pasar dan kondisi ini membuat ketidakpastian pasar karena para pelaku usaha mengalami kendala dalam penetuan perencanaan anggaran mereka," imbuhnya.
Selain itu, kondisi seperti ini dapat memperlihatkan cara pemerintah bagaimana untuk mengelola fiskal Negara. Adapun dikarenakan tingginya utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta tingginya beban utang dan cicilan utang dinilai sudah sangat mengkhawatirkan.
Maka dari itu, Rahadyo berharap dalam mengatasi kondisi seperti ini, pemerintah perlu segera mengeluarkan kebijakan terkait subsidi BBM sehingga para pelaku pasar dan usaha memiliki kepastian bagi iklim investasi.
"Untuk mengeluarkan kebijakan pengurangan subsidi BBM perlu dibarengi oleh adanya subsidi bagi masyarakat miskin dan hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah dalam merumuskan bantuan tersebut," tutupnya.
Sehingga menurut Rahadyo, pemerintah perlu meningkatkan iklim investasi di Indonesia sehingga dapat meningkatkan minat dari investor untuk berinvestasi dan meningkatkan daya saing sehingga dapat meningkatkan PDB Indonesia.
Kendati demikian, Rahadyo percaya bahwa peringkat outlook Indonesia masih mungkin mengalami kenaikan dari penilaian stabil apabila rasionalisasi kebijakan terkait subsidi dapat dilakukan dan kerentanan fiskal serta situasi eksternal yang membahayakan dapat berkurang. (
Pengamat ekonomi Rahadyo Anggoro mengatakan, outlook stabil di sini memiliki arti bahwa kebijakan yang lemah dan tekanan eksternal mampu diimbangi dengan prospek pertumbuhan kuat, kebijakan fiskal yang konservatif dan pengelolaan utang memadai.
"Saat ini kondisi Indonesia ini telah dikalahkan oleh Filipina yang peringkat hutangnya naik menjadi BBB- dengan otlook positif, dimana Filipina berhasil meningkatkan peringkat utang dan memacu pertumbuhan mereka," jelas Rahadyo saat dihubungi oleh Okezone, Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Rahadyo mengungkapkan bahwa jika ditelaah lebih dalam, kejadian penurunan rating outlook ekonomi Indonesia dikarenakan beberapa faktor, seperti lambatnya pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai subsidi BBM.
"Dengan lambatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pengurangan subsidi BBM akan menganggu kepercayaan pasar dan kondisi ini membuat ketidakpastian pasar karena para pelaku usaha mengalami kendala dalam penetuan perencanaan anggaran mereka," imbuhnya.
Selain itu, kondisi seperti ini dapat memperlihatkan cara pemerintah bagaimana untuk mengelola fiskal Negara. Adapun dikarenakan tingginya utang luar negeri pemerintah dan swasta, serta tingginya beban utang dan cicilan utang dinilai sudah sangat mengkhawatirkan.
Maka dari itu, Rahadyo berharap dalam mengatasi kondisi seperti ini, pemerintah perlu segera mengeluarkan kebijakan terkait subsidi BBM sehingga para pelaku pasar dan usaha memiliki kepastian bagi iklim investasi.
"Untuk mengeluarkan kebijakan pengurangan subsidi BBM perlu dibarengi oleh adanya subsidi bagi masyarakat miskin dan hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah dalam merumuskan bantuan tersebut," tutupnya.
Sehingga menurut Rahadyo, pemerintah perlu meningkatkan iklim investasi di Indonesia sehingga dapat meningkatkan minat dari investor untuk berinvestasi dan meningkatkan daya saing sehingga dapat meningkatkan PDB Indonesia.
Kendati demikian, Rahadyo percaya bahwa peringkat outlook Indonesia masih mungkin mengalami kenaikan dari penilaian stabil apabila rasionalisasi kebijakan terkait subsidi dapat dilakukan dan kerentanan fiskal serta situasi eksternal yang membahayakan dapat berkurang. (