Skip to main content

ALAM KUBUR

Ketika orang menyangka “mati” merupakan batas antara dua alam, alam kehidupan (alam hayat) dengan alam kematian (alam maut). Yang satu hidup di dunia dan satunya mati dan kembali menjadi tanah, sehingga hubungan dua alam itu terputus untuk selamanya. Orang hidup dan orang mati tidak bisa saling memberi kemanfaatan. Keduanya tidak bisa saling berucap salam, sehingga sholawat dan salam kepada baginda Nabi SAW berarti sia-sia, mendo’akan orang mati yang bukan orang tuanya berarti batal, tawasul dan ziarah kubur dianggap syirik, mengidolakan orang mati berarti kultus individu, maka barangkali seperti itulah pemahaman orang yang hatinya ingkar akan hari akhirat dalam pertanyaan yang mereka lontarkan kepada Tuhan. Allah mengabadikan pertanyaan itu dengan firmanNya:
وَقَالُوا أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ بَلْ هُمْ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ كَافِرُونَ
“Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?”. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya”. (QS. as-Sajadah: 32/10)
Sebagian teman mengira, setelah orang mati, berarti tidak ada lagi hubungan dengan orang hidup,… selesai dan orang mati itu tidak boleh dido’akan kecuali oleh anaknya sendiri yang sholeh. Sedangkan bagi orang lain, sejak itu tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk temannya yang sudah mati, sehingga kematian itu dianggap sebagai batas kemanfaatan hidup. Orang tersebut memahami keyakinan hatinya dari sebuah Hadits Nabi SAW yang sangat masyhur yang artinya: “Apabila anak Adam mati maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal, yaitu shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholeh yang mendo’akan kepadanya”. Barangkali karena mengartikan hadits ini didasari keyakinan yang berlebihan, maka mereka menjadi terjebak kepada pemahaman yang salah.
Di dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW mengatakan “terputus amalnya” (In qotho’a ‘amaluhu) bukan “terputus kemanfaatannya” (In qotho’a Naf’uhu). Kalau seandainya Nabi SAW mengatakan terputus kemanfaatan, maka benar adanya, bahwa orang mati tidak ada hubungan lagi dengan orang hidup, sehingga apapun yang dikerjakan oleh orang hidup untuk orang mati tidak sampai. Rasul SAW mengatakan “terputus amalnya”, yang artinya bahwa anak Adam yang sudah mati terputus amalnya. Sejak itu mereka sudah tidak dapat beribadah lagi, mereka tidak dapat mencari pahala (makanan untuk ruhnya) sebagaimana saat mereka masih hidup di dunia.
Jika orang mau mencermati makna yang terkandung dalam hadits tersebut dengan hati yang selamat, sesungguhnya hikmahnya sebagai berikut; Dengan hadits itu justru Nabi menganjurkan supaya orang hidup mau mendo’akan orang mati, karena sejak jasadnya di kubur, temannya itu tidak dapat lagi mengusahakan pahala untuk dirinya sendiri, kecuali kiriman dari tiga hal tersebut. Itu pun, manakala orang mati itu memiliki ketiganya. Apabila tidak, maka hanya do’a-do’a dari temannya yang masih hidup itulah yang sangat mereka butuhkan untuk menghibur kesepiannya di alam kubur.
Allah memerintahkan agar orang mendo’akan orang lain:
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. at-Taubah: 9/103)
Ayat di atas menyatakan bahwa mendo’akan orang lain, baik kepada orang hidup maupun orang mati pasti sampai, yakni berupa ketenangan batin bagi orang yang dido’akan. Bahkan (sudah dimaklumi) termasuk syarat syahnya shalat Jum’at, khotib diwajibkan memohonkan ampun kepada saudara-saudara seiman, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Bahkan pahala orang mati masih dapat berkurang dan bertambah, berkurang karena perbuatan jeleknya diikuti orang lain dan bertambah karena tapak tilas perbuatan baiknya diikuti oleh penerusnya serta do’a yang dipanjatkan orang lain. Bahkan dosa dan pahala itu tidak berhenti bertambah dan berkurang kecuali saat hari kiamat sudah datang. Allah menyatakan hal itu dengan firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali Imran: 3/185)
*) Anda jangan sekali-kali mencoba mati untuk sekedar membuktikan kebenaran isi tulisan ini, karena yang pasti setelah itu Anda tidak akan kembali lagi di dunia.
Manusia menjalani kehidupan dalam tiga zaman, pertama di ALAM RUH, kedua di ALAM DUNIA dan ketiga ketiga di ALAM AKHIRAT. Di dalam ALAM DUNIA manusia mengalami tiga tahapan kehidupan. Pertama di alam rahim, kedua di alam kehidupan dunia, ketiga di alam barzah. Di ALAM AKHIRAT manusia juga akan mengalami beberapa tahapan kehidupan di antaranya alam mahsyar, alam hisab, alam mizan dan kemudian melintasi shirothol mustaqim baru masuk alam akhirat.
Jadi, alam kehidupan dunia dan alam barzah sesungguhnya berada dalam dimensi zaman yang sama namun dalam dimensi ruang yang berbeda.

Manusia Karakter dan Manusia Personal
Manusia adalah makhluk lahir batin. Makhluk lahir disebut “manusia sebagai personal”, makhluk batin disebut “manusia sebagai karakter”. “Manusia sebagai personal”, diciptakan dari debu, masa hidupnya sangat terbatas. Kehidupan tersebut hanya sebatas usia hidupnya di dunia. Ketika ajal kematian tiba, maka mati itu sedikitpun tidak dapat dimajukan atau dimundurkan. Setelah matinya “manusia sebagai personal” akan kembali menjadi tanah.
Adapun “manusia sebagai karakter” akan hidup untuk selama-lamanya. Sejak dikeluarkan dari sulbi Nabi Adam as. di alam ruh kemudian dilahirkan oleh ibunya di dunia, selanjutnya akan dibentuk oleh lingkungannya menjadi orang mulia atau orang hina. Sejak hidupnya di alam ruh itu “manusia sebagai karakter” akan hidup untuk selamanya, baik di dunia, di alam barzah kemudian di alam akherat.

Semasa hidupnya di dunia, manusia sendiri yang harus merubah karakternya, dengan ilmu dan amal, membentuk karakter itu supaya menjadi karakter yang mulia. Sebagai ash-shiddiq, asy-Syuhada’ atau ash-Sholihin sebagaimana yang telah digambarkan Allah dengan firman-Nya; “Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi kenikmatan dari Allah, yaitu para Nabi, Shiddiqin, para Syuhada’ dan para Sholihin. Dan mereka itulah teman yang baik “.(QS. 4; Ayat 69). Sebutan-sebutan tersebut merupakan gambaran karakter manusia sekaligus menujukkan tingakat derajat seorang hamba disisi Allah Ta’ala.
Ketika ajal kematian di dunia tiba, manusia batin itu akan dihidupkan lagi, sejak di alam barzah sampai di akherat nanti. Manakala ia mati sebagai seorang Syuhada’ atau mati syahid, maka di alam barzah akan hidup merdeka di kebun-kebun surga dengan mendapatkan rizki dari Tuhannya dan di alam akherat dimasukkan ke surga bahagia untuk selama-lamanya. Kalau ia mati sebagai orang kafir, maka kehidupan selanjutnya akan tertahan di penjara untuk selama-lamanya, baik sejak di alam barzah maupun di akherat nantinya.
Yang dimaksud bermonunikasi dengan orang mati adalah melaksanakan “Interaksi Ruhaniah” antara orang hidup dengan orang mati, yakni; “manusia sebagai personal” berkomunikasi dengan “manusia sebagai karakter” di dalam perasaan ruhaniah, bukan di dalam bayangan hayaliyah. Atau dengan istilah lain; Hubungan timbal-balik atau interkoneksi antara al-Mu’minun dengan ash-shiddiq, asy-Syuhada dan ash-Sholihin. Hubungan dua alam yang berbeda itu bisa dilaksanakan, karena ruh orang hidup (manusia sebagai karakter) memang berpotensi bertemu dan berkomunikasi secara ruhaniah dengan ruh orang lain (manusia sebagai karakter), baik dengan sesama orang hidup (di alam mimpi maupun di alam jaga) maupun dengan ruh orang mati (di alam barzah). Allah menyatakan hal itu dengan firmanNya:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan memegang jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa yang Dia telah tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS.az-Zumar: 39/42)
Firman Allah:الله يتوفى الأنفس Allahu Yatawaffal Anfusa, (Allah memegang jiwa-jiwa) artinya; Allah mengumpulkan jiwa-jiwa manusia di dalam satu kondisi, jiwa orang mati dan jiwa orang tidur. Jiwa-jiwa tersebut dimasukkan dalam dimensi yang sama, lalu Allah menahan jiwa orang mati dan melepaskan kembali jiwa orang hidup sampai batas usia yang sudah ditentukan di dunia.
Di saat jiwa orang tidur dan jiwa orang mati itu dikumpulkan dalam satu dimensi, hal tersebut merupakan kesempatan di mana kedua jiwa yang datangnya dari dimensi yang berbeda itu dapat berkomunikasi. Baik sebagai mimpi di saat manusia sedang tidur maupun dikondisikan seperti memasuki dimensi alam mimpi di saat manusia melaksanakan ‘meditasi Islami’ atau mujahadah dan riyadhah di jalan Allah.
Konkritnya, ketika aktifitas jasmani sedang lemah karena orang sedang tidur, maka secara otomatis aktifitas Ruh menjadi kuat, lalu terjadilah pengembaraan ruhaniah. Dengan izin Allah jiwa orang tidur tersebut menembus batas ruang pembatas (hijab). Jiwa itu menembus pembatas dua samudera: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu – antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing”. (QS: 55; 19-20), yakni menembus pembatas alam malakut.
Di alam malakut itulah jiwa orang tidur dipertemukan dengan ruh orang mati. Selanjutnya terjadilah apa yang dapat terjadi sesuai kehendak Allah. Kejadian tersebut terrekam di alam jasmani dan ketika manusia bangun dari tidurnya, rekaman tersebut dibaca oleh akal. Peristiwa yang dibaca akal itulah yang disebut mimpi, hanya saja mimpi seperti ini masih membutuhkan penta’wilan dari ahlinya.
Bagi orang yang ruhaniahnya telah dihidupkan pada derajat tertentu, sebagai buah mujahadah dan riyadhah yang dijalani, ketika pengembaraan ruhaniah itu telah melewati batas yang telah ditentukan, maka dengan izin Allah seorang hamba akan dibukakan hijab-hijabnya, sehingga dengan matahati (bashiroh) nya dia dapat melihat atau merasakan secara langsung kejadian yang terjadi di alam ruhaniah tersebut. Manakala pengkondisian ini dilakukan melalui pelaksanaan tawasul kepada guru ruhaniah yang sudah wafat, kemudian terjadi arus balik antara dua dzikir yang berbeda, yang satu menyampaikan munajat dan satunya penyampaian syafa’at, maka demikian itulah yang dimaksud dengan hakekat “Interaksi Ruhaniah”, atau berkomunikasi dengan orang mati.
Seperti orang mengirim email misalnya, dari situs yang satu kepada situs yang lain, manakala hal tersebut mampu mentranfer ilmu pengetahuan kepada orang yang dikirimi, maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai berkomunikasi.
Jadi, yang dimaksud berkomunikasi dengan orang mati itu tidak selalu dengan suara atau kata-kata yang bisa didengar telingah atau dengan penampakan yang dapat dirasakan penglihatan dalam mimpi, melainkan juga dengan saling mengirim rasa yang dimuati data, sehingga orang yang asalnya tidak faham menjadi faham, tidak mengerti menjadi mengerti. Hati yang asalnya susah menjadi gembira, dada yang asalnya sempit jadi lapang. Semua itu bisa terjadi, tentunya karena ada interaksi, padahal adanya interaksi, karena terkondisi dengan resonansi. Yang pasti, orang-orang yang gugur di jalan Allah, baik di medan perang maupun di atas ranjang, mereka itu dapat melihat kita, namun sayangnya kebanyakan kita tidak dapat merasakan keberadaan mereka:
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak merasakan (kehidupan mereka)”.(QS.al-Baqoroh/15

*) Jika Anda ingin mencoba membuktikan kebenaran teori ini, silahkan….!! Pekerjaan ini tidak terlampau berbahaya, asal prakteknya mendapat bimbingan orang yang berpengalaman. Dengan sedikit modal keberanian, seorang SARKUB sejati dapat membimbing Anda. Jangan sekali-kali Anda mencoba mempraktekkannya sendiri, karena resiku yang paling ringan saja, bisa-bisa untuk sementara waktu Anda harus menjadi penghuni RSJ. (bersambung)

ALAM Barzakh adalah Alam Qubur atau kubur iaitu alam sesudah mati. Banyak Hadits yang mengkhabarkan tentang keperitan azab yang tersedia di Alam Barzakh. Kubur akan menjadi tempat yang sempit bagi mereka yang munafiq, kafir dan tidak beriman sebaliknya akan menjadi sebuah taman dari taman-taman Syurga bagi orang- orang yang beriman dan beramal soleh. Alam Kubur merupakan tahap pertama kehidupan Akhirat dan sesiapa yang selamat dalam kehidupan kubur, maka akan selamatlah dirinya dalam kehidupan Akhirat yang seterusnya iaitu di Mahsyar, Mizan dan Sirat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surah ‘Abasa pada ayat 18 hingga 22 yang bermaksud,
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam Kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Nescaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan penglihatan yang yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megah-megahkan di Dunia itu.
Bermegah-megahan bermaksud dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan. ‘Ainul Yaqin Dan sesungguhnya hari Qiyamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan sesungguhnya Allah membangkitkan semua orang yang ada di dalam Kubur.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surah Al-‘Adiyat ayat 9 yang bermaksud,
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam Kubur.
FirmanNya lagi dalam Surah Al-Infitar ayat 4 yang bermaksud,
Dan apabila Kubur dibongkarkan.
FirmanNya dalam Surah Fatir ayat 22 yang bermaksud,
Dan tidaklah sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendakiNya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam Kubur dapat mendengar.
Maksudnya Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang Musyrikin yang telah mati hatinya. FirmanNya dalam Surah Taubah ayat 84 yang bermaksud,
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
FirmanNya dalam Surah Taha ayat 124 yang bermaksud,
Melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surah Al-Haj ayat 7 yang bermaksud,
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika mentafsirkan ayat yang tersebut di atas bersabda,
“Iaitu siksa orang kafir di dalam kubur. Dan demi Zat yang jiwaku berada pada genggaman KekuasaanNya, bahawasanya Dia menguasakan 99 Tanin. Tahukah kamu semua apakah Tanin itu? Tanin adalah 99 ular yang setiap ular mempunyai sembilan kepala yang menyembur dan menyakari orang kafir hingga Hari Qiyamat dan dia akan digiring dari kuburnya dalam keadaan buta.”
Sekali peristiwa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba di Masjid. Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat sekumpulan manusia yang sedang bersenda gurau dan bergelak ketawa lantas Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Jika sekiranya kamu senantiasa mengingat akan maut maka sudah tentu tidak akan terjadi sedemikian ini. Tiada suatu hari pun di mana Kubur tidak mengatakan bahawa, “Aku adalah tempat sesalan dan gundah gulana. Aku adalah tempat pensunyian. Aku adalah rumah bagi binatang-binatang melata.” Apabila seorang Mukmin dikebumikan maka Kubur menyambutnya dengan baik dan berkata kepadanya, “Selamat datang, alangkah bagusnya kau telah datang kepadaku. Di antara mereka yang tinggal di permukaanku, kaulah yang paling ku cintai. Kini kau telah diserahkan kepadaku, nescaya aku bertindak baik terhadapmu.” Kemudian Kubur diperluaskan sehingga sejauh matanya memandang, terbukalah padanya pintu Syurga dari mana dia merasai hawa dan keharuman Syurga. Sebaliknya apabila seorang yang berdosa dikebumikan maka Kubur menyambutnya dengan berkata, “Alangkah celakanya dan nahasnya kamu datang kepadaku, apakah gunanya kamu datang kepadaku? Di antara mereka yang tinggal di permukaanku, kaulah yang paling aku benci. Kini kau telah diserahkan kepada aku, maka akan kau lihat apa yang akan aku perbuat denganmu nanti.” Kemudian dia dihimpit oleh Kubur hingga tulang-tulang rusuknya berceragah seperti jari-jari tangan berceragahan apabila tergenggam di antara satu dengan yang lain. Kemudian sembilan puluh atau sembilan puluh sembilan ekor ular dilepaskan ke atasnya. Ular-ular itu akan menyiksanya sehingga ke Hari Qiyamat.”
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Jika seekor ular itu bertempik sekali ke arah bumi maka kerana bisanya tidak akan tumbuh lagi rumput-rumput di bumi itu sehingga ke Hari Qiyamat.”
Diberitakan dalam sebuah Hadits bahawa sekali Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berada dalam satu perjalanan, dengan tak semena-mena unta yang dikenderai Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam enggan ke muka seolah-olahnya ada sesuatu yang sedang berlaku di situ.
Seorang Sahabat bertanya kepada Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam,
“Kenapa berlaku sedemikan Ya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam?”
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab,
“Ada seorang yang sedang disiksa di dalam Kuburnya. Suara siksa Kubur itu terdengar oleh unta ini, itulah yang menyebabkan ia takut dan enggan ke muka.”
Dalam sebuah Hadits ada diberitakan bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah melalui dua buah Kubur lalu Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Ahli kedua-dua Kubur ini sedang disiksa. Seorangnya disiksa kerana mengumpat dan seorang lagi disiksa kerana dia tidak menjaga kebersihan ketika dia beristinja membuang air kecil.”
Dalam sebuah Hadits Hassan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal Rahmatullah ‘alaih bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda yang bermaksud,
“Sesungguhnya apabila jenazah seseorang itu diletakkan di dalam kuburnya, sesungguhnya jenazah itu mendengar bunyi suara terompah kasut orang-orang yang menghantarnya ke kubur pada saat mereka meninggalkan tempat itu. Jika mayat itu seorang Muslim, maka solat yang dilakukannya ketika beliau masih hidup di Dunia akan diletakkan di kepalanya, puasanya diletakkan di sebelah kanannya, zakatnya diletakkan disebelah kirinya dan amalan kebajikan daripada sedekah jariah, silaturrahim, perkara kebajikan dan Ihsan diletakkan dihujung dua kakinya. Ia akan didatangi Malaikat dari arah kepala, maka Solat itu berkata kepada Malaikat,
“Dari arahku tidak ada jalan masuk.”
Kemudian Malaikat berpindah ke sebelah kanan, maka Puasa berkata kepadanya,
“Dari arahku tidak ada jalan masuk.”
Kemudian Malaikat berpindah ke sebelah kiri, maka Zakat berkata kepadanya,
“Dari arahku tidak ada jalan masuk.”
Kemudian didatangi dari arah kedua hujung kakinya dan berkatalah amal kebajikan,
“Di bahagianku tidak ada jalan masuk.”
Maka Malaikat berkata kepadanya,
“Duduklah kamu.”
Kepada mayat itu diperlihatkan matahari yang sudah mula terbenam lalu Malaikat bertanya kepada mayat itu,
“Apakah pandangan kamu tentang seorang lelaki (Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) yang kamu dahulu sentiasa bercakap tentangnya d an bagaimana penyaksian kamu kepadanya?”
Maka berkata mayat itu,
“Tinggalkan aku sebentar, aku hendak bersolat.”
Maka berkata Malaikat,
“Sesungguhnya engkau boleh mengerjakan Solat tetapi jawab dahulu apa yang kami tanya ini. Apakah pandangan kamu tentang seorang lelaki (Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) yang kamu dahulu sentiasa bercakap tentangnya dan bagaimanakah penyaksian kamu kepadanya?” Maka berkata mayat itu,
“Lelaki itu ialah Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan aku naik saksi bahawa Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah Pesuruh
Allah yang membawa kebenaran daripada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Maka Malaikat berkata kepada mayat itu,
“Demikianlah kamu dihidupkan dan begitu juga kamu dimatikan dan dengan demikian juga kamu dibangkitkan semula di Akhirat, Insya Allah.” Kemudian dibuka baginya satu pintu Syurga, maka dikatakan padanya,
“Itulah tempat kamu dan itulah janji Allah bagi kamu dan kamu akan berada di dalamnya.” Maka bertambah gembira mayat itu. Kemudian dilapangkan kuburnya seluas tujuh puluh hasta dan disinari cahaya baginya.”
Sebaik sahaja seseorang itu dikebumikan, Malaikat Munkar dan Nakir akan datang mengajukan soalan-soalan tentang keimanan kepada Ruh manusia di dalam kubur. Yang pertama sekali adalah soalan,
“Man Rabbuka?” (Siapa Tuhan Pemelihara kamu?)
“Man Nabiyyuka?” (Siapa Nabi kamu?)
“Ma Dinuka?” (Apa Agama kamu?)
“Ma Imamuka? (Apa Pedoman kamu?)
“Man Ikhwanuka?” (Siapakah saudara-saudara kamu?)
Maka sebagai seorang Islam yang beriman hendaklah menjawab pertanyaan itu
sebagai berikut:
Allah adalah Tuhan Pemeliharaku,Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabiku, Islam adalah Agamaku, Al-Quran adalah pedomanku dan Seluruh kaum Muslimin adalah saudara-saudaraku.
Kemudian akan ditayangkan sebuah gambaran seorang lelaki di hadapannya dan akan ditanyakan kepadanya sama ada dia mengenali lelaki tersebut dan apakah pandangannya terhadap orang tersebut yang mana beliau adalah Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Barangsiapa yang mengenali Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengamalkan ajaran serta Sunnah-Sunnahnya nescaya dia akan dapat mengecam lelaki tersebut, iaitulah Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Barangsiapa yang tidak dapat mengecam gambaran Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka tidak syak lagi bahawa dia adalah orang yang tidak beriman dengan apa yang telah disampaikan oleh Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Imam At-Tirmizi, Al-Hakim dan Ibnu Majah Rahmatullah ‘alaihim telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat ‘Utsman Ibnu ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu, bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda,
“Sesungguhnya Alam Qubur itu adalah tahap pertama untuk Alam Akhirat. Bilamana seseorang telah selamat dalam tahap yang pertama itu, maka untuk tahap- tahap selanjutnya akan lebih ringan. Tetapi kalau tidak selamat dalam tahap pertama tersebut, maka untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih dahsyat.”
Setiap kali Hadhrat Sayyidina ‘Utsman Ibnu ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu menziarahi perkuburan maka beliau menangis teresak-esak sehingga membasahi janggutnya yang mulia. Seorang bertanya kepada beliau,
“Tuan tidak pernah menangis tatkala Tuan mendengar perkhabaran- perkhabaran tentang Syurga dan Neraka sepertimana Tuan menangis ketika menziarahi perkuburan ini.”
Hadhrat ‘Utsman Ibnu ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu menjawab,
“Kubur ini adalah merupakan tempat persinggahan yang pertama dalam perjalanan menuju ke Alam Akhirat. Barangsiapa yang telah selamat di tempat persinggahan yang pertama ini maka persinggahan-persinggahan yang berikut akan dipermudahkan baginya. Sebaliknya, barangsiapa yang gagal di tempat persinggahan yang pertama ini maka dia akan mengalami berbagai kesulitan di persinggahan-persinggahan yang berikutnya.”
Selanjutnya beliau berkata,
“Aku mendengar Baginda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda;
“Tidak pernah aku menyaksikan sesuatu pemandangan yang lebih menakutkan daripada kejadian-kejadian yang berlaku di dalam Kubur.”
Hadhrat Sayyidina ‘Umar Ibnul Khattab Radhiyallahu ‘Anhu telah meriwayatkan sebuah Hadits bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Seorang mayat akan disiksa dalam Kubur menurut apa yang dijeritkan dalam tangisan keluarganya.”
Hadhrat Zaid Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda mafhumnya,
“Aku khuatir kamu tidak akan mengebumikan mayat-mayat lantaran gentar dan takut jika aku berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala supaya Dia mempersaksikan kepada kamu akan keadaan dan azab siksa Kubur. Setiap makhluk pernah mendengar suara siksa Kubur kecuali makhluk-makhluk manusia dan jin.”
Dalam Hadits ada dijelaskan bahawa Ruh-Ruh itu menduduki tempat-tempat yang tertentu dan ada yang berterbangan bersama Para Malaikat, menduduki pada tempat-tempat yang tertentu di langit, dalam kubur dan juga di angkasa bersama dengan golongan-golongan yang tertentu pula.
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda yang mafhumnya,
“Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh Para Malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya iaitu orang-orang yang mati Syahid, orang- orang yang mengerjakan Solat malam dalam bulan Ramadhan dan orang-orang yang berpuasa di hari ‘Arafah.”
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda yang mafhumnya,
“Bahawasanya kubur itu merupakan satu taman dari taman-taman Syurga dan merupakan lubang dari lubang-lubang Neraka.”
Hadhrat ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha memberitakan bahawa selepas tiap-tiap Solah adalah Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam memohon perlindungan dari siksa Kubur. Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu berdoa dengan doa berikut,
“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan Mu dari azab Neraka Jahannam, dan dari azab siksa Qubur, dan dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Dajal Al-Masih.”
Dari Hadhrat Mu’adz Ibnu Jabal Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda yang mafhumnya,
“Tiada seseorang yang mengerjakan sesuatu amalan yang lebih selamat baginya dari siksa Kubur daripada Zikrullah.”
Menurut sebuah Hadits yang telah diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus, dari Hadhrat Mu’adz Radhiyallahu ‘Anhu berkata bahawa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda,
“Mengingati Para Nabi adalah sebahagian dari Ibadah, dan mengingati Para Solihin adalah merupakan Kaffarah, dan mengingati Maut adalah Sadaqah, dan mengingati Qubur akan mendekatkan kamu kepada Syurga.”
Dalam sebuah Hadits yang telah diriwayatkan oleh Hadhrat Imam Tabrani Rahmatullah ‘alaih, bahawa Hadhrat ‘Uqbah Ibni Amir Radhiyallahu ‘Anhu berkata, bahawa Hadhrat baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda,
“Sesungguhnya Sedekah dapat menghindarkan dari ahlinya akan kepanasan azab Qubur dan adapun sesungguhnya orang beriman hanya dapat bernaung pada Hari Qiyamat di bawah naungan Sedekahnya.”
Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu ‘Anhu telah ditanya tentang ke mana Ruh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka beliau berkata,
Ruh itu menuju ke tujuh tempat. Ruh Para Nabi dan Rasul menuju ke Syurga ‘Adnin, Ruh Para ‘Ulama menuju ke Syurga Firdaus, Ruh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga ‘Illiyyin, Ruh Para Syuhada berterbangan seperti burung di Syurga mengikut kehendak mereka, Ruh Para Mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai Hari Qiyamat, Ruh anak-anak orang beriman akan berada di gunung dari minyak Misik, Ruh orang-orang kafir akan berada dalam Neraka Sijjin, mereka disiksa berserta jasadnya hingga sampai Hari Qiyamat.”

Popular posts from this blog

Ngewe ABG SMU yang Super Seksi

Cerita Seks Ngawek Hot Bangat yang akan kuceritakan di Bergairah.org ini adalah pengalamanku ngentot cewek sma bispak tapi aku akui toketnya gede banget dan amoi banget memeknya. Berawal dari aku yang dapat tender gede, aku dan temanku akhirnya ingin sedikit bersenang-senang dan mencoba fantasi seks baru dengan cewek-cewek abg belia. Akhirnya setelah tanya kesana kemari, ketemu juga dengan yang namanya Novi dan Lisa. 2 cewek ini masih sma kelas 3, tapi mereka sangat liar sekali. Baru kelas 3 sma aja udah jadi lonte perek dan cewek bispak. Apalagi nanti kalo dah gede ya ? memeknya soak kali ye   . Ahh tapi saya ga pernah mikirin itu, yang penting memeknya bisa digoyang saat ini dan bisa muasin kontol saya. Udah itu aja yang penting. Untuk urusan lainnya bukan urusan saya   . Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu. “Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada” “Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?” “Ke Sura

RPP MULOK PERTANIAN KELAS IX

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang bermuatan lokal (MuLok) untuk menanamkan pengetahuan tentang arti penting kesetimbangan lingkungan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip Pertanian Organik diantaranya Budidaya Tanaman dengan Menggunakan Pupuk Organik. Naskah berikut saya sadur dari presentasi seorang guru SLTP di sebuah web (mohon maaf, karena filenya sudah cukup lama saya tidak sempat menyimpan alamat webnya). "Arti Penting Pertanian Organik", itu dia phrase (rangkaian) kata kuncinya. Berikut merupakan contoh Mulok Bidang Pertanian untuk SLTP. RINCIAN MINGGU EFEKTIF                                                 Mata Pelajaran       : Muatan Lokal Pertanian                                                 Satuan Pendidikan : SMP                                                 Kelas/Semester       : IX/II                                                 Tahun Pelajaran    : 2011/2012  1.        Jumlah Minggu Efektif No Bulan Banyaknya Minggu

Kisah cinta antara Nurfitria Sekarwilis Kusumawardhani Gobel dengan Timur Imam Nugroho

Kisah cinta antara Nurfitria Sekarwilis Kusumawardhani Gobel atau yang akrab disapa dengan Annie dengan Timur Imam Nugroho atau Imung, sangatlah panjang. Mereka mengawali perkenalan mereka sejak lima tahun, di Australia. Saat itu keduanya sedang menimba ilmu di Australia. Timur merupakan kakak kelas dari Anni, dari situ keduanya saling mengenal satu sama lain, dan akhirnya memutuskan untuk pacaran. “Kita awalnya saling berkenalan, lalu memutuskan untuk kenal lebih dekat sudah sejak 5 tahun lalu,” ungkap Annie, saat diwawancarai Gorontalo Post, di rumah adat Dulohupa, Jumat (23/9). Anni mengatakan selama 5 tahun masa perkenalan tentunya mereka sudah banyak mengenal kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga mereka selalu berusaha untuk saling melengkapi. Lima tahun merupakan waktu yang sangat cukup, hingga akhirnya keduanya saling memutuskan untuk melangsungkan pernikahan pada tanggal 17 September 2016, di Kalibata, Jakarta. Annie merupakan lulusan dari RMIT University, Bachelo