Upaya seorang ayah menyelamatkan putrinya dari terjangan banjir di Barru, berakhir tragis.
Keduanya, Muhammad bersama putrinya Sulfia ditemukan tak bernyawa terbenam lumpur dalam empang, Sabtu pagi, 29 Desember.
Korban yang merupakan warga Kampung Pacciro, Kecamatan Balusu, Barru, saat ditemukan saling berpegangan tangan.
Petaka itu berawal, cerita Ali, seorang warga di lokasi kejadian, saat banjir tiba-tiba datang di pagi-pagi buta, Jumat, 27 Desember. Lelaki paruh bayah ini terbangun. Air terus meninggi. Ia mulai gelisah. Karena khawatir kondisi banjir yang kian tinggi, ujar warga ini, Muhammad berusaha menyeberangkan putrinya di atas pematang empang yang sudah terendam banjir.
Aliran air terus menghempas tubuh keduanya. Keduanya nekat terus bergerak menerobos banjir yang sudah begitu tinggi.
Padahal jarak rumah dengan titik aman yang dituju kira-kira hanya 100 meter.
"Di atas pematang empang ini kedua korban berusaha lari dari terjangan banjir," katanya.
Namun nasib naas menimpa korban. Kaki ayah 50 tahun ini tak kuat menahan terjangan banjir yang dahsat itu.
Ayah dan anak ini pun hanyut bersama terseret banjir.
Mendengar kabar miris seorang ayah bersama putrinya terseret banjir, warga Basarnas bersama BPBD Kabupaten Barru melakukan pencarian hingga malam hari.
24 jam kemudian, mayat kedua korban ditemukan terjerambab di dasar empang dalam keadaan saling berpegangan tangan.
Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, Bupati Barru, Suardi Saleh, dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru, Hasna Syam menyatakan duka yang dalam, saat melayat di rumah duka di Pacciro