B.J Haga “De Limo Pohalaa”, 1931, menyatakan bahwa, sebelum masa penjajahan Belanda, keadaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergantung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut “Pohalaa”. Di daerah Gorontalo, ada 5 (lima) Pohalaa yang terdiri dari :
1). Pohalaa Gorontalo
2). Pohalaa Limboto
3). Pohalaa Bone (Termasuk Suwawa dan Bintauna),
4). Pohalaa Bolango (Tahun 1962 digantikan dengan Boalemo, dan
5). Pohalaa Atinggola
2). Pohalaa Limboto
3). Pohalaa Bone (Termasuk Suwawa dan Bintauna),
4). Pohalaa Bolango (Tahun 1962 digantikan dengan Boalemo, dan
5). Pohalaa Atinggola
Pada akhir masa kepemimpinan Raja Tinthingiyo (1425-1481) merupakan awal dimulainya persekutuan Limo lo pohalaa di Gorontalo, karena pada saat pertemuan pertama dalam pembentukan Limo lo pohalaa Raja Tingthingiyo adalah Raja Bolango yang hadir saat itu, tepatnya pada Tahun 1481. Sejak pertemuan itu, sistem pemerintahan kerajaan Bolango akan sama sebagaimana dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Gorontalo.
Raja dari Pohalaa-pohalaa tersebut ditentukan oleh baate-baate (pemangku adat) menurut garis keturunan, tetapi pada masa penjajahan Belanda, baate-baate hanya mencalonkan, sedangkan yang memutuskan adalah penjajah Belanda dan yang menonjol dari kelima pohalaa ini adalah Pohalaa Gorontalo dan Pohalaa Limboto dibanding dengan Pohalaa Bone, Bolango dan Atinggola.
Pada tahun 1824, daerah Limo Lo Pohalaa telah berada dibawah kekuasaan seorang asisten residen, disamping Pemerintah tradisional. Dari cara pemerintahan kerjasama dengan pemerintah kerajaan dialihkan sistem pemerintahan langsung yang dikenal dengan Istilah Rechthatreeks Bestulur yang dijalankan secara resmi pada tahun 1889.
Pemerintah Hindia Belanda, awal abad ke-19, Raja Bolango berinisiatif melakukan migrasi ke Bolaang Mongondow. Itu dilakukan secara bergelombang dengan rute perjalanan yang berbeda. Mereka tiba di Molibagu, yang disebut banyak orang sebagai tempat di mana tanah yang dijilati Putri Daopeyago.
Raja terakhir yang bertahta adalah Paduka Raja Hassan van Gobel, membangun Molibagu yang kemudian menjadi Kecamatan Bolaang Uki.
Raja Hasan Van Gobel kemudian menata negeri yang disebut kerajaan Bolaang Uki.
Daftar Raja
* 1320-1350: Wintune
* 1350-1381: Dotulong
* 1381-1390: Mogolaingo I
* 1390-1415: Taniagu
* 1415-1425: Nasyum
* 1425-1481: Tinthingiyo
* 1350-1381: Dotulong
* 1381-1390: Mogolaingo I
* 1390-1415: Taniagu
* 1415-1425: Nasyum
* 1425-1481: Tinthingiyo
* 1482-1535: Raja pertama kerajaan Bolango di Tapa adalah Raja Datau dan telah tergabung dalam ikatan persaudaraan Limo lo pohalaa di Gorontalo.
……..
* 1752-1772: Raja Ibrahim Duawulu. Sangat dikenal sepanjang perjalanan kerajaan Bolango. Ibrahim Duawulu lebih dikenal dengan nama Hubulo, sedangkan bagi para Kolonial Belanda menyebut beliau dengan nama Gobel, karena pada saat itu lidah orang-orang Belanda kesulitan menyebutkan Hubulo, sehingga mereka menyebut dengan panggilan Gobel (baca Hobel).
* Raja terakhir Kerajaan Bolango, Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel): Paduka Abdul Gani Hassan Van Gobel.