Skip to main content

FACEBOOK DAN BBM YANG MEMBUATKU BERGAIRAH

Sudah beberapa hari aku tak melihat Wita ikut ngumpul, 
di tempatku biasa bercanda dengan Ibu-ibu muda.
Kalau lagi pas menunggu anak-anak mereka bersekolah di Taman Kanak-kanak.
Ada yang bilang Wita lagi asik dengan gadjet barunya.
Di mana terdapat aplikasi FB, Twitter, BBM Whatsapp, Instagram dan masengger.
Rasa penasaran dan ingin tahu terhadap dunia barunya Wita,
Semakin menggelitik hatiku.
Aku berniat sepulang dari sekolah ini nanti, aku akan mampir di tempatnya Wita.
Benar saja Wita tengah asik teleponan dengan seorang lelaki.
Jelas terdengar dan terlihat di layar gadjetnya yang lumayan besar.
Wita tak menyadari kedatanganku, karna ia terlalu asik dengan dunia barunya yang penuh warna.
Dengan kesal akupun berlalu pulang tanpa sempat masuk kedalam rumah Wita.
Sms dan telepon akupun tak di acuhkannya. 
Wita benar-benar hanyut oleh dunianya.

Hari itu mungkin hari apes bagi Wita, karna aplikasi di gadgetnya tak bisa di operasikan.
Betapa gelinya aku melihat tingkah Wita yang seperti anak kecil. 
Merengek-rengek minta tolong karna mainannya hari ini mogok berselancar di internet.
"Tolonglah Yan, bantuin aku donk. Ini aplikasi Fb aku tiba-tiba tak bisa di buka."
aku tak tega melihatnya yang hampir menangis.
"Barang kali saja lagi di blokir tu aplikasi sama suamimu ,Wit." Ucapku sambil ngeledek.
"Ih, ga mungkinlah.. Masa iya Mas Dewo yang ngerjain aku.
" Elak Wita sambil membela suaminya.
"Coba kemarikan, aku lihat sini." sambil meraih gadjet yang sebesar buku dari tangan Wita."
Aku mulai serius mengotak-atik gadjet Wita,
selang beberapa lama terbukalah aplikasi kebanggan si Wita.

Benar saja, dari BBM yang masih belum di hapus. 
Sekilas aku membaca kalau Wita lagi kena rayu dari seorang lelaki.
Yang ku teliti ia bernama Adam. Lalu FBnyapun dapat beroperasi lagi.
Rasa ingin tahu tentang rahasia Wita lebih lanjut, membuatku menuju kotak masuk.
Ternyata semua pesan mesra yang berasal dari Adam juga masih tercentang.


Wita yang semakin terlena dengan dunianya, telah terbuai kan rayuan Adam. 
Lelaki yang biasa di sebut srigala berbulu domba.
Berbagai rayuan dan sanjungan terlontar dari balik room chat.
Bahkan tak lupa bertukar photo seksi antara mereka berdua.
Aku semakin penasaran dan rasa ingin tahu yang berlipat ganda.
Membuat aku semakin berani mengotak atik gadjetnya Wita.
Bahkan aku pernah mendownload video rekaman Wita di gadjetnya secara diam-diam 
tanpa sepengetahuan Wita tentunya.
Video tanpa busananya yang berdurasi enam menit itu, aku hapus tanpa minta ijin dari Wita.
Belum lagi rayuan di BBM yang mengajak Wita untuk ML di sebuah hotel.
Astaghfirullah Wita telah demikian jauh terperosok dalam dunia mayanya.
Wita harus diselamatkan dalam dunia yang akan menjadi gerbang kerusakan rumah tangganya.
Namun kesibukanku, tak memungkinkan untuk menasihati Wita.
Lagi-lagi hari ini entah setan apa yang merasukiku,
hingga aku memberanikan diri untuk membuka kembali FB Wita yang kebetulan paswordnya belum di ganti.


Hari itu Wita akan bertemu dengan Adam di sebuah Hotel. 
Yang beralamat di jalan Kaswari sekitar pukul 14:00 sore. 
Aku melirik jam dinding di kantorku, masih ada waktu beberapa menit lagi.
Aku bergegas memanggil taksi dan menuju hotel yang tertera di inbok FBnya Wita. 
Dia emang bukan siapa-siapa bagiku. 
Tapi setidaknya Wita harus menyadari bahwa dunia yang dirangkulnya, 
telah terlalu jauh menyesatkan hidupnya.

Dari dalam taksi yang aku sewa, aku mengawasi orang yang keluar masuk dari hotel itu.
Memang tidak sulit bagiku, mengenali Wita. 
Karna mobil yang di kendarai Wita telah memasuki area parkir. 
Sangat jelas dari pengawasanku. wita masuk hotel sambil menelpon seseorang. 
Lelaki itu telah berdiri di resepsionis. Sambil tersenyum lelaki itu menggandeng lengan Wita.
Lalu mereka menghilang di balik koridor hotel.

Aku bergegas turun dan diam-diam menguntit Wita dari belakang. Wita tak menyadarinya.
Bayangan Wita dan Adam hilang di balik pintu kamar hotel bernomer 302.
Untungnya aku telah sedia handphone dan merekam aksi Wita semenjak di lobby tadi.

Kini aku telah berada tepat di depan tubuh Wita dan Adam menghilang.
Kamar hotel mewah itu tak memberi sedikit celahpun.
Untuk mengintai apa yang tengah mereka lakukan di dalam.
Aku berusaha menempelkan kuping di balik pintu.. 
Tapi aku tak mendengar suara apapun.
Sejenak aku kehilangan akal. Namun tak berapa lama sang belboy hotel datang,
mengantarkan makanan dan minuman yang mereka pesan.
Melalui pesawat telpon yang di sediakan di kamar hotel itu.

Aku memberanikan diri memanggil sang bellboy.
"Hey.. !! Mas... Sini sebentar..!!"
panggilku.
"Saya mbak....?"
"Ya kamu...!"
"Ada apa mbak..?"
tanya sang belboy, sedikit mendekat padaku.
"kamu mau antarkan makanan ini ke dalam ya...?"
"Iya mbak, emang kenapa..?"
"Aku mau minta tolong sama kamu.

Tolong ambilkan poto mereka yang ada di dalam kamar itu. 
Mau gak...?"
"Ah, saya gak berani mbak...!!" tolak sang belboy itu.
"Hayolah bantu saya, cuma ambilkan poto mereka berdua saja di kamar itu." Desakku.
"Ma'af mbak saya gak berani." Kata belboy itu hendak berlalu.
Dengan sigap aku mencekal lengannya. Dan menyerahkan 3 lembar uang ratusan.
"Kamu lakukan saja apa yang aku pinta ya...?"
belboy itu tak mampu menolak lagi. Setelah tangannya aku genggamkan uang tiga ratus ribuan.


Diapun bergegas mengambil handphoneku,
yang telah aku sett agar tak mengeluarkan kedipan ataupun suara.
Aku menunggu agak jauh dari kamar 302. Tak lama belboy itu keluar sambil tersenyum. 
Dan mengembalikan handponeku.
Aku segera meraih handphoneku dan aku puas dengan dua buah gambar Wita dan Adam. 
Yang tengah duduk berdempetan di atas sofa.
"Makasih ya mas...!"
ucapku pada Belboy itu.
Ia hanya tersenyum saja sambil berlalu dan dia bilang.
"Lain kali kalau ada lagi yang mau di poto, suruh saya aja ya mbak."
hufft... Dasar mata duitan batinku.

Kini aku bengong sendirian, ngapain aku ngintai mereka di sini. 
Kenapa aku gak langsung masuk aja. Dan menyeret si Wita pulang.
Apa aku harus telpon suami Wita...?
Trus apa nanti yang terjadi.. Bila suami Wita tau...?
Pastilah ujung-ujungnya rumah tangga mereka jadi bubar.
Ah, aku gak mau melakukan itu.
Biarlah aku tunggu saja Wita di sini.
Sambil memergoki dia keluar kamar.


Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Artinya sudah dua jam aku menunggu di Lobby hotel.
Tak lama pintu kamar 302 yang aku awasi terkuak. 
Dan keluarlah dua sejoli yang telah mereguk madu salwa. 
Dalam keadaan rambut Wita yang agak basah.
Sudah dapat dipastikan kalau mereka berdua telah melalukan hubungan terlarang.
Aku langsung mencengkeram lengan Wita dan menegurnya.
"Hei... Wita...!!"
Tak dapat dibayangkan betapa kagetnya Wita setelah menoleh ke arahku.
"Hei, Yan.. Sedang apa kamu di sini..?"
tanya Wita setengah ketakukan melihatku.
"Siapa itu mi..?" Terdengar Adam bertanya pada Wita.
"Dia temanku Pi," ucap Wita.
"Ada urusan apa kamu di sini Yan...?"
Tanya Wita penuh selidik sambil menatap sinis kearahku. 
Walau masih tersisa sedikit kegelisahan di matanya.
"Aku, habis meeting di sini Wit. Kamu belum jawab pertanyaan aku.
Apa yang kamu lakukan di kamar hotel ini bersama lelaki itu...?"
Tanyaku pada Wita. Dia agak sedikit tertunduk.
Mungkin saja di malu. Karna sudah kepergok olehku.
Jalan berdua dengan lelaki yang bukan mas Dewo suaminya.
"Eh, anu.. Anu Yan.. Tadi kita ngobrol urusan bisnis. Iya kan Pi...?"
jawab Wita berani sambil menggenggam tangan lelaki yang di panggilnya Pi.
Dan lelaki itu bernama Adam. 
Tak salah lagi dari profil dan poto yang sering di kirim ke inbok FBnya Wita.
"Oh, kok kamu panggil papi.. Emang itu papi baru ya Wit...?"
aku mencoba mencairkan keadaan yang agak sedikit tegang. Sambil bercanda.
"Yan... !" Wita menyeret tanganku agak menjauh dari Adam.
"Tolong Yan, kamu jangan bicarakan hal ini pada mas Dewo. 
Aku minta tolong sama kamu Yan."
"Eh, Wita.. Apa yang sudah kamu lakukan ini, udah salah Wita. 
Kamu seorang istri, ngapain kamu keluyuran ke hotel dengan lelaki lain.
Dan apa yang kamu kerjakan di dalam kamar. Jangan kamu kira aku tak tau Wita.
Sadar Wit., kamu tengah menciptakan lingkaran setan dalam rumah tanggamu.
Cepatlah bertobat Wit, dan kamu harus hentikan ini. Pulang lah Wit... Ingat anak dan sumimu di rumah."
Ucapku menasehati Wita.. 
"Udahlah Yan, kamu jaga aja rahasia aku ini. Jangan sampai mas Dewo tau." bisik Wita padaku.
"Wita.... Ayok pulang bersamaku aja, kamu ga perlu lagi meneruskan kegilaan ini." 
Ucapku kali ini agak tegas.
"Ayoklah pi, kita pergi." Ajak Wita pada Adam.
Dia melangkah keluar hotel sambil menggandeng Adam. 
Aku hanya memandang terpana pada punggung Wita yang makin menjauh.


Susana lobby hotel mulai gaduh, dengan apa yang tengah terjadi tadi.
Dengan lunglai aku melangkah keluar. 
Aku langsung menelpon supir untuk menjemputku agak jauh dari hotel itu. 
Aku tak mau sopirku beranggapan negatif melihat aku keluar dari hotel ini.
Dalam perjalanan pulang aku hanya diam.
Kejadian tadi membuat aku teringat pada akun FB aku yang telah lama aku tinggalkan.
Akun yang juga sering mendapat rayuan ataupun gombalan cowok-cowok iseng.
Untung saja aku tak pernah menanggap. 
Dan kali ini Wita telah masuk perangkap serigala-serigala FB yang haus kesenangan.
Tak perduli usia ataupun wanita yang sudah bersuami.


Sesampai di rumah hari sudah mulai malam.
Selepas mandi dan sholat. Aku dikejutkan suara BBM yang asalnya dari Wita.
"Yan, kamu jangan bocorkan hal ini pada mas Dewo. Kalau kamu bocorkan, kamu tau sendiri akibatnya."
"Apa maksudmu Wita..?"
"Yan, kamu tadi di hotel ngapain...? Jangan kira aku tak tau apa yang kamu lakukan ya...?"
aku sedikit jengkel dengan BBMnya Wita. 
Dia mungkin mengira aku melakukan hal yang sama dengan dia.
"Emang kamu tau apa Wita...? Kamu pikir aku di sana bersenang-senang sama seperti kamu...?
Gak Wit... Aku kesana.. Ada meeting.."
"Alah, jangan muna kamu Yan. Aku tau kamu juga punya FB kan...? 
Aku juga tau pasti kamu pernah selingkuh atau di ajak ML sama cowok kamu."
"Ya, Allah Wita... Aku ga pernah seperti itu ya...?
Kalau kamu memfitnah aku, aku kasih tau suamimu ya...!"
aku balik mengancam Wita...
Lalu poto hasil jebretan belboy tadi aku send ke Wita.
Dapat aku bayangkan Wita gemetaran, setelah melihat poto yang aku kirim kedia sewaktu di kamar hotel tadi.
(Heheh.... Jahil dikit yaa )


Pagi sekali Wita sudah menggedor-gedor rumahku.
Aku yang masih ngantuk beranjak membukakan pintu buat Wita.
"Ada apa Wit...?" Tanyaku sambil menguap.
"Ga usah basa basi Yan, kamu dapat dari mana poto aku ini...?" Tanya Wita agak kasar padaku.
"Wita, kamu sabar donk. Kan kita dapat bicara baik-baik."
Ajakku sambil meredakan prahara amarah yang hendak di terpakan Wita padaku.
"Apa maksudmu dengan poto ini Yan, kamu dapat dari mana...?
Apa kamu akan melaporkan hal ini pada mas Dewo..?"
Benar saja kali ini Wita mulai berani berang.
"Gak koq Wit, aku ga mau kalau kamu makin terjerumus Wit. 
kamu sadar donk, kamu hanya di mamfaatin saja sama Adam.
Kamu ga kasihan sama anak dan suamimu Wit... Apa kamu sudah tak cinta mereka lagi...?"
Tanyaku hati-hai, agar badai amarah di hati Wita surut.
"Aku ga di mamfaatin sama Adam, lagian aku dan dia saling cinta. 
Aku rela melepas mas Dewo, karna aku sangat mencinta Adam.
Begitu juga dengan Adam. Dia janji akan menikahiku setelah aku bercerai dengan mas Dewo."

Aku terpana mendengar pengakuan Wita, sudah sejauh itukah Wita melangkah.
Dan fikiran Wita tak tergugah pada Sabrina dan Rangga. Buah cinta Wita dan Dewo.
"Wita, sadarkah apa yang kau ucapkan itu. Kamu dalam pengaruh nafsu Wita... 
Ingat Sabrina dan Rangga Wita, mereka anak-anakmu. Yang masih butuh kasih sayangmu.
Kenapa kamu mau bercerai dan meninggalkan keluargamu demi Adam. Lelaki yang tak jelas itu.
"Yan.... Aku tau Siapa Adam, aku tau rumahnya.
Dia kerja di mana juga aku tau." Ucap Wita dengan nada kemenangan.
"Wita.:.. Apakah kamu juga tau statusnya, apa dia sudah punya istri atau masih lajang."

Sejurus Wita terdiam, aku makin melancarkan seranganku. 
Agar fikiran Wita goyah, dan dapat berfikir normal lagi.
Kali ini Wita menggeleng. Dalam hati aku bersorak girang, aku hampir menang.
"Wita, apa kamu pernah di bawa masuk kerumahnya.?
Apa kamu pernah di kenalkan pada orang tuanya.? 
Apa kamu pernah masuk ke kantornya..?"

Wita menangis sejadinya, dia mengaku kalau selama ini janjian hanya di tempat yang sudah di tentukan Adam.
"Wita... Sekarang kamu harus lupakan Adam." Pintaku pada Wita.
"Yan... Aku ga bisa... Karna aku telah berjanji akan di nikahi sama Adam. 
Aku sudah hamil Yan.."
"Astagfirullah... Wita...!!" Aku makin terpekik mendengar pengakuan Wita. 
"Kenapa bisa....?" apakah selama ini kamu dan Dewo tidak berhubungan badan...?"
Tanyaku menyelidik konflik Wita yang kian meruncing.
"Mas Dewo tidak mengijinkan aku menggunakan alat kontrasepsi Yan."
"Ya Allah Wita..... Apakah mas Dewo sudah tau perihal ini....?"
"Belum Yan... Inilah yang membuatku bingung."
"Makanya jangan bermain api kamu Wita. Kalau sudah begini. Bagaimana lagi...?"
"Itulah Yan... Aku minta kamu jangan kasih tau mas Dewo... 
Biar aku yang selesaikan masalahku ini."
"Ya sudah kalau begitu, kamu bicaralah baik-baik sama mas Dewo atau Adam."
"Justru itu Wita... Aku mau minta bercerai sama Dewo. 
Pokoknya Adam harus bertanggung jawab dalam hal ini."
"Baik, apapun putusanmu Wita itu adalah hal yang harus kau jalani.
Aku ga bisa bantu apa-apa. Coba kamu hubungi Adam. Kamu harus bicara serius dengan dia."
Ucapku sambil memerintah Wita.

Tampak wita mulai gelisah.
Dari raut keningnya jelas terlihat dia mendapat masalah dalam menghubungi Adam.
"Yan, nomernya tak aktif. BBM dan FB juga gak aktif."
hampir menangis lagi Wita aku lihat.
Aku mencoba menghiburnya. Aku tanya dengan lembut:
"Apakah kau tau rumahnya di mana...?"
Kali ini Wita menggeleng tak tau...
Kasihan sekali Wita. Dia telah tertipu oleh Adam.
Gara gara perkenalan di FB dan BBM.
Sekarang Adam entah kemana...? Tak tau rimbanya...
"Sudahlah Wita, kamu pulang dulu. Mudahan nanti Adam akan menghubungi kamu lagi."
Hiburku pada Wita yang mulai goncang.


Sudah beberapa hari aku tak melihat Sabrina diantar Wita kesekolah.
Kali ini mas Dewo yang rajin mengantar jemput Sabrina.
"Hai, Sabrina.... Mama mana...? Koq ga diantar mama...?"
Tanyaku yang pagi itu berpas-pasan dengan mas Dewo saat mengantar Sabrina.
Sedang aku mengantar keponakanku.
"Mama lagi ga enak badan tante,, makanya Ina diantar papa." 
Jawab anak kecil yang lugu dan imut itu.
Aku melihat kearah mas Dewo, sambil melemparkan senyum. 
Agak muram memang kelihatan raut muka mas Dewo.
"Sakit apa Wita, mas..?" Tanyaku membuka pembicaraan dengan Dewo pagi itu.
"Katanya mual-mual dan pusing-pusing." Jawab mas Dewo sambil menelan ludah pahit.
"Apa sudah diperiksa dokter, Mas?"
"Ya sudah. Kemarin.!" Jawab mas Dewo singkat sambil masuk kedalam mobil.
Ia seakan enggan membicarakan soal penyakitnya Wita.


Rasa penasaranku memang sudah mendarah daging. 
Sehingga aku kesulitan untuk mengacuhkan tiap apa yang telah menyeret perhatianku.
Aku mendatangi Wita di rumahnya. Aku lihat Wita tengah muntah-muntah di kamar mandi.
Oh rupanya Wita benar-benar hamil.
Dia sekarang lagi mengalami yang di namakan ngidam oleh kebanyakan perempuan.
"Wita...!" Aku melihat Wita begitu menderita wajahnya pucat kuyu. 
Tatapan matanya itu menyirat beban berat. 
Wita tengah mengalami goncangan batin dengan kehamilan barunya ini.

"Yan, syukur kamu datang."
"Ya Wit, apa yang terjadi sekarang...?" tanyaku penasaran.
"Mas Dewo, telah memeriksakan kehamilanku ini pada pihak dokter. 
Dia curiga akan kehamilanku ini Yan."
"Lalu..? Kamu bilang apa Wita...? 
Kamu berkata jujur padanya atau kamu membohonginya...?"
"Aku masih berbohong Yan, aku tak berani berterus terang. 
Sekarang aku sadar, Aku takut di ceraikan mas Dewo dalam keadaan hamil begini."

"Glek.." Aku bagai menelan duri. Ternyata Wita hebat sungguh sandiwaranya.
Dia masih berani berbohong pada suaminya. Tentang skandalnya bersama Adam.
"Ini ga adil buat mas Dewo, Wit. Kamu harus berkata jujur padanya."
"Aku ga punya pilihan Yan. Sementara handphone Adam sudah tak aktif lagi. 
BBM dan FB nya juga tak aktif. Aku harus bagaimana coba Yan...?"
"Tapi mau sampai kapan, kamu membohongi Dewo. 
Apa sampai Dewo mengetahui perselingkuhan kamu ini. 
Atau sampai jabang bayimu lahir...? Kamu kejam Wita...!!"
"Tolong Yan, jangan pojokan aku dalam hal ini."
"Baiklah Wita, itu masalahmu. Aku hanya mampu menasehatimu.
Akui saja dosamu pada mas Dewo. Bersujud dan cucilah kakinya. 
Terus kamu minumlah air bekas mencuci kaki suamimu.
Akuilah kalau kamu telah berbuat serong dan khilaf.
Sebelum suamimu mengetahui semuanya.
Mudahan mas Dewo mema'afkan salah kamu."
bujukku pada Wita agar ia tak labil.

"Aku akan coba Yan... Tapi aku mau minta bantuan kamu. 
Tolonglah kamu selidiki FB nya Adam. 
Dan kamu carilah informasi dia pada teman-temannya."
"Baiklah, aku usahakan. Aku pulang dulu.
Jangan lupa kamu jaga kesehatanmu. Walau bagaimanapun dia juga darah dagingmu. 
Minta ampunlah pada Allah. Agar kamu di berikan petunjuk."

Aku berlalu pulang dari rumah Wita. 
Aku meluncur ke kantor. Di kantor pikiranku masih di bayang-bayangi masalah Wita.
Aku raih lagi laptop yang selama ini tak pernah aku gunakan untuk membuka FB.
Aku coba login dan berhasil, kali ini aku mencari profil Adam.
Benar saja dari alamat yang tertera di sana. 
Tidaklah sama waktu aku lihat di gadjetnya Wita. 
Saat aku iseng membalas inbokan akun Wita.

Aku coba mencari teman-temannya Adam.
Owh syukurlah akhirnya aku temukan jalannya.
Tapi... "Bukankah ini potonya Adam....?
" Aku coba zoom poto yang ada di profil temannya itu. 
"Waaaw... Ternyata benar ini Adam..."
Pantasan saja di akun yang bernama Adam tidak beroperasi.
"ckckck... Hebat sungguh permainanmu Adam.."

Dindingnya yang baru menerbitkan status terbaru. 
Menandakan kalau dia lagi online.
Aku ajak chat dan akhirnya dia menanggapinya.
"Hai..."
"Hai juga.."
"Boleh kenal.."
"Ya boleh...!
"Nama kamu siapa...?"
"Aku Anto, kan sesuai dengan profilku."
"Kamu ganteng, kamu tinggal di mana?"
"Kamu juga cantik. Aku tinggal di jalan bangau no 11. Di Muara Lembu."
"Dekat donk.. Nomer hape kamu berapa...?"
"Kalau dekat main donk kesini. 083865650923."
pancinganku berhasil dari inbok yang aku kirim.
Walau dia berbohong tentang alamatnya pada Wita. Mudahan padaku tidak.



Aku tak lekas percaya dengan alamat yang di inbok Anto atau Adam tadi.
Tapi benar nomer telpon itu kini sedang aku lacak keberadaannya.
Usai aku menelpon Adam, aku langsung saja bikin janji ketemuan pada hari ini juga.
Untunglah GPS hp Adam aktif. Sehingga aku tak kesulitan melacak keberadaannya.
Walau alamat palsu yang di berikannya padaku.
GPS itu menunjukan ke area pemukiman padat penduduk.
Ya GPS itu berhenti pada sebuah Warnet yang tak jauh dari tempat aku memarkir mobil. 
Padahal tempat yang aku janjikan masih jauh lagi dari warnet itu.
Benar saja Adam tergesa lagi keluar dan menaiki sebuah mobil yang di parkir di halaman Warnet itu.

Aku turun dan bertanya pada petugas Warnet.
"Mas... Boleh tanya...?" tanyaku sopan.
"Ya mbak , boleh...!"
"Mas kenal sama lelaki tadi yang bawa mobil barusan keluar itu."
"Iya mbak, saya kenal. Dia yang punya Warnet ini. Mbak siapanya ...?"
"Ah saya bukan siapa-siapanya koq mas."
"Jangan-jangan mbak pacarnya Mas Adam ya...?"
"Oh, jadi benar namanya Adam..?" Tanyaku lagi.
"Benar mbak. Kalau mbak ada perlu ama mas Adam titip pesan aja mbak sama istrinya. 
Itu istrinya." Pemuda itu menunjukan seorang wanita tengah hamil tua. 
Yang duduk asik menonton televisi.
"Ah, ga ada perlu koq mas. Oh ya nama istrinya siapa...? Dan tinggal di mana..?"
"Mbak ini banyak tanya juga ya...? Apa mbak wartawan atau penyidik..?"
Tanya pemuda itu mulai curiga.
"Ah, gak koq mas. Saya itu seperti kenal sama mas tadi. Mungkin teman sekolah saya dulu."
Elak ku.
"Tinggal mereka di sana mbak. Di rumah orang tuanya mas Adam. 
Istrinya bernama Kalila."

"Ada apa Jono,...?"
Tiba-tiba wanita hamil itu muncul dari dalam dan mengagetkan Jono yang lagi berbincang dengaku.
"Anu Bu, ini mbak ini ..."
Jono ragu hendak menjawab, aku langsung ambil alih pembicaraan.
"Kenalkan mbak saya Yanti, saya temannya mas Adam waktu sekolah."
aku mendahului Jono yang bicara tergagap.
"Oh, Yanti. Dari mana..?"
"Saya dari Singingi mbak."
"Lumayan jauh juga ya...?"
"Ya begitulah mbak. Oh mbak siapanya Adam...?"
Aku memancing pertanyaan ke arah Kalila.
"Aku istrinya mas Adam. Setelah istri pertamanya meninggal."
"Oh, lalu tinggal di mana mbak....?" Tanyaku ingin pasti lagi.
"Tinggalnya di rumah mas Adam. Apa gak tau rumahnya.. 
Katanya teman sekolahnya dulu. Masa ga tau."
"Iya mbak, saya baru tau. Soalnya sala sudah lama tidak tinggal di sini.
Oh ya mbak saya ada janji. Saya pamit dulu ya. Salam buat mas Adam."
Aku tak ingin berlama'lama lagi di tempat itu.
Aku ingin segera bertemu dengan Adam. 
Lelaki itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Geramku..


Tapi sebelum bertemu dengan Adam aku mengajak Wita sekalian.
"Wita... Ayok ikut aku..!"
Setelah aku mendatangi rumah Wita.
"Kemana Yan,?"
"Ayo ikut aja, pokoknya."
Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Kali aja Adam sudah menunggu di sana.
Benar saja Adam sudah di sana menungguku.
Betapa terkejutnya Adam melihat kedatanganku dengan Wita. 
Adam tampak gelisah ingin kabur dari tempat itu.
"Adam..!" sapa Wita.
"Wita..!" Adam kaget setengah mabok.
Melihat wanita yang hendak di temuinya adalah aku dan Wita.
"Adam, aku hamil.. Kamu harus bertanggung jawab. Ini benih kamu Adam."
Ucap Wita sambil menangis di depan Adam.

"Hamil... ? Loh kamu kan punya suami...? Kenapa minta pertanggung jawaban dari aku.
Wanita murahan...!!"
Ucapan Adam itu terasa amat memerih hati.
Seakan tercabik tubuhku hingga belulang apalagio Wita.

"Adam... Kamu kan janji, akan menikahi aku. Kalau aku bercerai."
"Hei... Dengar kau baik-baik wanita sundal. Mana mau aku menikah dengan kamu.
Wanita baik yang mengkhianati suaminya sendiri.
Aku tak bisa... Kembalilah pada suamimu... Kalaupun kau aku nikahi sekarang.
Besokpun engkau pasti akan mengkhianati aku juga.
Aku gakmau... Kau perempuan murahan. Lagian aku sudah punya istri."

Wita menangis sejadinya. Air mata penyesalan tak ada lagi gunanya.
"Kamu jahaaaatttt... Adaaaammmm...." Pekik Wita.
Adam acuh saja tak menghiraukan tubuh Wita yang  sempoyongan.
Adampun berlalu dari tempat perjanjian itu.
Aku merengkuh Wita yang hampir jatuh.
Dan memapahnya kedalam mobil.
Aku mengantarkan Wita pulang kerumah. Sepanjang perjalanan pulang aku menghibur Wita
Dan tak henti menasehatinya.
Wajah Wita makin sembab, air matanya terburai membasahi bajunya.


Sesampai di rumah Wita Mas Dewo telah berada di rumah. 
Dengan tangan menggenggam kertas hasil Lab.
Wita aku bantu dudukan di sofa. Wita sudah amat ketakutan melihat mas Dewo.

"Duduklah Yanti. Engkau sebagai saksi atas kejadian ini. Tolong dengarkan mas..
Wita .. Dengar baik-baik...!!
Hasil DNA lab atas kehamilan kamu tak sesuai dengan DNA mas.
Mas sudah curiga dengan BBM kamu. Jadi kamu jujurlah pada mas, anak siapa yang kamu kandung itu Wita..?"

Tanya mas Dewo masih dengan sikap tenang dan lembut.
Aku salut pada mas Dewo, dia tak langsung memvonis Wita.
Wita menangis dan bersujud di kaki Dewo.
"Ampuni Wita Mas.... Kalau perlu bunuh Wita mas...."

Sedu sedan Wita amat mengharukan. Tangisnya terdengar memilu.
"Hu..hu..hu.. Mas... Dewo.. Bunuh saja Wita ini mas... Bunuh mas...!!" 
tangan wita sambil mencengkeram kedua kaki Dewo.
Dewo tampak diam tak bereaksi, hanya wajahnya tetap tenang.

"Sudahlah Wita, mungkin sudah jalannya kita berpisah seperti ini. 
Aku telah ma'afkan semua kesalahanmu. 
Hanya aku pinta bertaubat dan mohon ampunlah pada yang Maha kuasa.
Karna Dialah yang maha tahu segala yang ada di atas dunia ini.
Segala yang tersembunyi ataupun nyata.
Besok pagi-pagi sekali kamu akan mas antarkan ke orang tuamu.
Bawa anak-anak sekalian.
Kemasi barang-barangmu. Biar anak-anak sekolah dari sana. 
Mas akan pergi keluar negeri. Mas akan berobat di sana. 
Tentang biaya hidupmu. Sudah mas atur setiap bulannya Wita.
Mungkin di sana kamu dapat merobah diri kamu.
Mudahan sekembalinya kamu ke desa orang tua mu. 
Dapat mengawasi tindak tandukmu Wita."

Ucapan Dewo terdengar lirih dan tegar. Dia lelaki bijak yang bersahaja.
Sayangnya Wita terlalu hanyut akan dunia mayanya. 
Sampai dia melupakan suaminya sendiri.

"Emang mas sakit apa mas..?" 
aku memberanikan diri bertanya.
"Aku telah di vonis tak dapat keturunan lagi , Yanti. Semenjak Rangga lahir.
Maka dari itulah aku curiga pada Wita. Saat dia mulai mual-mual dan pusing-pusing.
Lalu dokter bilang kalau Wita hamil.
Betapa shocknya aku Yanti, saat tau istriku hamil bukan dengan diriku.
Aku merasa telah hilang kepercayaan.
Dan penghianatannya ini yang membuat aku berusaha mengetahui apa yang terjadi pada Wita.
Ternyata Wita menjalin hubungan dengan lelaki lain.
Aku manusia biasa Yan.. Aku juga punya hati."
Sampai di situ, mas Dewo tak lagi melanjutkan ucapannya.
Dia berlalu meninggalkan Wita. Yang terduduk menangis sejadinya.
Mas Dewo keluar lagi, kali ini dia merengkuh tubuh Wita.
Dia ajak Wita berdiri dan di usapnya air mata Wita yang bersimbah bagai hujan.
"Songsonglah masa depanmu Wita, mudahan di desa kamu dapat melupakan semuanya."
Jangan lupa besok kamu aku antar kerumah Ibu.

Popular posts from this blog

Ngewe ABG SMU yang Super Seksi

Cerita Seks Ngawek Hot Bangat yang akan kuceritakan di Bergairah.org ini adalah pengalamanku ngentot cewek sma bispak tapi aku akui toketnya gede banget dan amoi banget memeknya. Berawal dari aku yang dapat tender gede, aku dan temanku akhirnya ingin sedikit bersenang-senang dan mencoba fantasi seks baru dengan cewek-cewek abg belia. Akhirnya setelah tanya kesana kemari, ketemu juga dengan yang namanya Novi dan Lisa. 2 cewek ini masih sma kelas 3, tapi mereka sangat liar sekali. Baru kelas 3 sma aja udah jadi lonte perek dan cewek bispak. Apalagi nanti kalo dah gede ya ? memeknya soak kali ye   . Ahh tapi saya ga pernah mikirin itu, yang penting memeknya bisa digoyang saat ini dan bisa muasin kontol saya. Udah itu aja yang penting. Untuk urusan lainnya bukan urusan saya   . Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu. “Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada” “Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?” “Ke Sura

RPP MULOK PERTANIAN KELAS IX

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang bermuatan lokal (MuLok) untuk menanamkan pengetahuan tentang arti penting kesetimbangan lingkungan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip Pertanian Organik diantaranya Budidaya Tanaman dengan Menggunakan Pupuk Organik. Naskah berikut saya sadur dari presentasi seorang guru SLTP di sebuah web (mohon maaf, karena filenya sudah cukup lama saya tidak sempat menyimpan alamat webnya). "Arti Penting Pertanian Organik", itu dia phrase (rangkaian) kata kuncinya. Berikut merupakan contoh Mulok Bidang Pertanian untuk SLTP. RINCIAN MINGGU EFEKTIF                                                 Mata Pelajaran       : Muatan Lokal Pertanian                                                 Satuan Pendidikan : SMP                                                 Kelas/Semester       : IX/II                                                 Tahun Pelajaran    : 2011/2012  1.        Jumlah Minggu Efektif No Bulan Banyaknya Minggu

Kisah cinta antara Nurfitria Sekarwilis Kusumawardhani Gobel dengan Timur Imam Nugroho

Kisah cinta antara Nurfitria Sekarwilis Kusumawardhani Gobel atau yang akrab disapa dengan Annie dengan Timur Imam Nugroho atau Imung, sangatlah panjang. Mereka mengawali perkenalan mereka sejak lima tahun, di Australia. Saat itu keduanya sedang menimba ilmu di Australia. Timur merupakan kakak kelas dari Anni, dari situ keduanya saling mengenal satu sama lain, dan akhirnya memutuskan untuk pacaran. “Kita awalnya saling berkenalan, lalu memutuskan untuk kenal lebih dekat sudah sejak 5 tahun lalu,” ungkap Annie, saat diwawancarai Gorontalo Post, di rumah adat Dulohupa, Jumat (23/9). Anni mengatakan selama 5 tahun masa perkenalan tentunya mereka sudah banyak mengenal kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga mereka selalu berusaha untuk saling melengkapi. Lima tahun merupakan waktu yang sangat cukup, hingga akhirnya keduanya saling memutuskan untuk melangsungkan pernikahan pada tanggal 17 September 2016, di Kalibata, Jakarta. Annie merupakan lulusan dari RMIT University, Bachelo