Dahlan Iskan. Siapa yang tak kenal tokoh yang satu ini? Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenalnya. Berasal dari keluarga miskin, pria yang berkelahiran Magetan, Jawa Timur, tanggal 17 Agustus ini mengawali karirnya dari dunia jurnalistik dan terus melejit hingga kini dengan mengesankan mampu bertengger di posisi pengusaha nomor wahid Nusantara. Pertanyaannya, apa rahasia Dahlan Iskan sehingga ia dapat menggapai puncak kegemilangannya seperti saat ini?
Buku “The True Spirit Dahlan Iskan” di bawah untaian kata seorang mantan wartawati Jawa Pos, Ira Puspitorini ini mencoba mengeksploitasi rahasia kesuksesan Dahlan Iskan secara mendalam. Buku ini berisikan sepuluh mindset atau pola pikir yang melatarbelakangi kesuksesan Pak DIS (sebutan Dahlan Iskan dalam buku ini), yang terlahir dari keluarga tani hingga kini diangkat menjadi meteri BUMN.
Sepuluh mindset itu adalah belajar, belajar, belajar (hal. 23-32); berpikir out of box (hal. 33-42); kemerdekaan ide (hal. 43-50); strategi personalisasi (hal. 51-62); kerja cepat, kerja cerdas (hal. 63-72); do more, talk less (hal. 73-80); disiplin (hal. 81-88); pasti bisa (hal. 89-96); berorientasi lapangan (hal. 97-102); dan membangun jaringan (hal. 103).
Setiap poin dari sepuluh mindset di atas, penulis jelaskan dan gambarkan dengan jelas bagaimana jejak langkah Pak DIS dalam mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari dan dalam kepemimpinannya. Semisal, pada poin pertama (mindset belajar, belajar, belajar) yang ada di halaman 21 diceritakan bahwa Pak DIS adalah orang yang tak pernah lelah untuk belajar.
Orang yang biasa dipanggil Pak Bos waktu menjabat CEO di Jawa Pos Group ini selalu mengintruksikan kepada anak buahnya untuk terus balajar dan tidak puas dengan apa yang dietahui. Karena dengan belajar tak ada yang tak bisa dilakukan.
Penerapan mindset ini berbuah manis. Akibat dari penerapan mindset ini, hampir semua anggota dari Jawa Post Group tak hanya mahir di satu bidang. Satu orang saja bisa memproses sebuah berita mulai dari pencarian data, menulis berita, mengedit berita, bahkan sampai me-layout berita hingga siap cetak.
Tak hanya waktu Jawa Pos Group mindset ini diterapkan. Di awal penunjukannya sebagai Direktur Utama PLN oleh Presiden SBY mindset ini juga di terapkan. Pada minggu pertama pengangkatannya ia langsung belajar listrik dan hal yang terkait pada sebuah manajer yang memahami betul masalah listrik.
Pun ketika menjabat sebagai menteri BUMN. Pak DIS terus belajar. Ia belajar memahami macam-macam kultur di semua BUMN dengan mendatangi ratusan BUMN dan unit usahanya yang ada.
Tak berhenti sampai disitu. Sadar akan pentingnya menjalin hubungan dengan negara China yang begitu pesat perkembangan perekonomiannya, Pak DIS bertekad belajar bahasa Mandarin. Sampai-sampai saat berada dalam masa penantian menjelang operasi transplantasi hati selama enam bulan di China, ia masih menyempatkan diri untuk memperdalam pelajaran bahasa mandarinnya dengan memanggil guru bahasa mandarin ke rumah sakit tampat ia dirawat. Tak luput para perawat di sana pun menjadi guru dadakan baginya (hal. 26-27).
Begitulah kira-kira penggambaran sosok Pak DIS yang memproyeksikan orang yang cerdas, tangguh, ulet, dan membuat orang tercengang kekaguman beserta sepuluh mindset suksesnya dalam buku ini.
Kelebihan dari buku ini adalah keberseimbangan penulis dalam penggambaran tokoh utama buku ini, Dahlan Iskan. Walaupun penulis berbackground Jawa Pos Group, namun dalam penggambarannya terhadap kepemimpinan Pak DIS dalam sektor lain seperi ketika di PLN dan BUMN tak ternafikan.
Selain itu, dengan bahasa yang runtut dan enak dibaca serta dengan ditambah tokoh yang memang tak diragukan lagi kapasitas dan kapabilitasnya sepuluh rahasia kesuksesan itu dapat dengan mudah dipahami dan selanjutnya diteladani oleh pembaca. Selamat membaca!
Buku “The True Spirit Dahlan Iskan” di bawah untaian kata seorang mantan wartawati Jawa Pos, Ira Puspitorini ini mencoba mengeksploitasi rahasia kesuksesan Dahlan Iskan secara mendalam. Buku ini berisikan sepuluh mindset atau pola pikir yang melatarbelakangi kesuksesan Pak DIS (sebutan Dahlan Iskan dalam buku ini), yang terlahir dari keluarga tani hingga kini diangkat menjadi meteri BUMN.
Sepuluh mindset itu adalah belajar, belajar, belajar (hal. 23-32); berpikir out of box (hal. 33-42); kemerdekaan ide (hal. 43-50); strategi personalisasi (hal. 51-62); kerja cepat, kerja cerdas (hal. 63-72); do more, talk less (hal. 73-80); disiplin (hal. 81-88); pasti bisa (hal. 89-96); berorientasi lapangan (hal. 97-102); dan membangun jaringan (hal. 103).
Setiap poin dari sepuluh mindset di atas, penulis jelaskan dan gambarkan dengan jelas bagaimana jejak langkah Pak DIS dalam mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari dan dalam kepemimpinannya. Semisal, pada poin pertama (mindset belajar, belajar, belajar) yang ada di halaman 21 diceritakan bahwa Pak DIS adalah orang yang tak pernah lelah untuk belajar.
Orang yang biasa dipanggil Pak Bos waktu menjabat CEO di Jawa Pos Group ini selalu mengintruksikan kepada anak buahnya untuk terus balajar dan tidak puas dengan apa yang dietahui. Karena dengan belajar tak ada yang tak bisa dilakukan.
Penerapan mindset ini berbuah manis. Akibat dari penerapan mindset ini, hampir semua anggota dari Jawa Post Group tak hanya mahir di satu bidang. Satu orang saja bisa memproses sebuah berita mulai dari pencarian data, menulis berita, mengedit berita, bahkan sampai me-layout berita hingga siap cetak.
Tak hanya waktu Jawa Pos Group mindset ini diterapkan. Di awal penunjukannya sebagai Direktur Utama PLN oleh Presiden SBY mindset ini juga di terapkan. Pada minggu pertama pengangkatannya ia langsung belajar listrik dan hal yang terkait pada sebuah manajer yang memahami betul masalah listrik.
Pun ketika menjabat sebagai menteri BUMN. Pak DIS terus belajar. Ia belajar memahami macam-macam kultur di semua BUMN dengan mendatangi ratusan BUMN dan unit usahanya yang ada.
Tak berhenti sampai disitu. Sadar akan pentingnya menjalin hubungan dengan negara China yang begitu pesat perkembangan perekonomiannya, Pak DIS bertekad belajar bahasa Mandarin. Sampai-sampai saat berada dalam masa penantian menjelang operasi transplantasi hati selama enam bulan di China, ia masih menyempatkan diri untuk memperdalam pelajaran bahasa mandarinnya dengan memanggil guru bahasa mandarin ke rumah sakit tampat ia dirawat. Tak luput para perawat di sana pun menjadi guru dadakan baginya (hal. 26-27).
Begitulah kira-kira penggambaran sosok Pak DIS yang memproyeksikan orang yang cerdas, tangguh, ulet, dan membuat orang tercengang kekaguman beserta sepuluh mindset suksesnya dalam buku ini.
Kelebihan dari buku ini adalah keberseimbangan penulis dalam penggambaran tokoh utama buku ini, Dahlan Iskan. Walaupun penulis berbackground Jawa Pos Group, namun dalam penggambarannya terhadap kepemimpinan Pak DIS dalam sektor lain seperi ketika di PLN dan BUMN tak ternafikan.
Selain itu, dengan bahasa yang runtut dan enak dibaca serta dengan ditambah tokoh yang memang tak diragukan lagi kapasitas dan kapabilitasnya sepuluh rahasia kesuksesan itu dapat dengan mudah dipahami dan selanjutnya diteladani oleh pembaca. Selamat membaca!