Konflik komunal yang terjadi di Myanmar dianggap telah merusak citra negara itu di dunia internasional. Presiden Thein Sein melihat kekerasan yang ditargetkan terhadap warga Muslim Myanmar, telah memicu kekhawatiran internasional.
Gelombang kekerasan yang kembali terjadi pada 20 Maret lalu, menyebabkan masjid dan rumah warga terbakar di beberapa kota Myanmar. Insiden itu juga menewaskan 43 orang tewas. Presiden Thein Sein juga telah menetapkan status darurat dan jam malam di beberapa wilayah.
"Warga tewas terbunuh akibat peristiwa ini dan dari mereka juga ada yang diduga terlibat aksi pembakaran tanpa melihat bahwa mereka sudah melakukan pelanggaran hukum. Tindakan kekerasan Anti-Muslim ini telah merusak citra Myanmar di level dunia," ujar Presiden Thein Sein dalam pidatonya kepada rakyat Myanmar, seperti dikutip The News, Senin (1/4/2013).
Mantan jenderal di era junta militer itu menambahkan, insiden seperti itu telah merusak kehormatan negara. Thein Sein melihat, insiden tersebut patut diperhatikan karena dunia internasional telah memperingatkan transisi demokrasi di Myanmar bisa rusak oleh konflik ini.
Amerika Serikat (AS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan beberapa pihak yang menyuarakan kekhawatiran akibat kerusuhan itu. Kerusuhan di Meikhtila itu mengingatkan kembali kerusuhan yang terjadi di Rakhine antara etnis Rohingnya dengan etnis Rakhine yang telah menewaskan 180 jiwa.
Utusan khusus PBB yang mengurus masalah Myanmar mengatakan, Pemerintah Myanmar terlibat dalam pembantaian yang dialami oleh etnis Rohingya. Selain itu ada dugaan bahwa kerusuhan terbaru di Meikhtila telah direncanakan.
Quintana menyebutkan, keterlibatan pemerintah itu berlangsung selama kerusuhan terbaru yang terjadi di Mekhtila pada 20 Maret lalu. Quintana mendesak agar Pemerintah Myanmar mengambil langkah untuk mencegah aksi kekerasan menyebar ke wilayah lain dari Myanmar.
Sebelumnya Penasihat PBB Vijay Nambiar yang mengunjungi Meikhtila pada Minggu 24 Maret lalu melihat bahwa kerusuhan ini memang sudah direncanakan sebelumnya.