Faktor Luar Penyebab Perubahan Lingkungan- Selain disebabkan oleh peristiwa suksesi alam, perubahan-perubahan lingkungan disebabkan pula oleh ulah manusia. Bahkan ulah manusia sangat besar peranannya dalam mengubah keseimbangan lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi kemudahan kepada manusia untuk memperlakukan lingkungan sesuai dengan kehendaknya. Penebangan hutan menjadi semena-mena. Pembukaan lahan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti real estate, villa, atau bahkan pabrik-pabrik industri dilakukan tanpa perhitungan yang matang, serta penggunaan dinamit atau trawl(pukat harimau) dalam menangkap ikan. Berikut adalah beberapa kenyataan perubahan lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia:
1) Menciutnya Areal Hutan
Banyak hal yang dapat menyebabkan menciutnya areal hutan, antara lain:
a) Penebangan liar. Menurut penelitian tahun 1986/1987, penebangan kayu untuk tujuan komersial mencapai 80 ribu hektar/tahun.
b) Kebakaran hutan. Walaupun kebakaran hutan dapat terjadi secara alami, ulah manusia kadang-kadang dapat memicu peristiwa ini. Kebakaran hutan akan menurunkan kualitas tanah tersebut sehingga sulit untuk ditanami lagi. Dalam periode 1979-1984 kebakaran hutan mencapai 70 ribu hektar/tahun.
c) Pembukaan hutan untuk tujuan proyek-proyek pembangunan pada periode yang sama mencapai 250 hektar/tahun
d) Akibat konversi lahan untuk perkebunan termasuk peladangan berpindah (di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya) mencapai 500 hektar/ tahun.
2) Meningkatnya pencemaran
Menurut Supardi (1994) yang dimaksud pencemaran lingkungan adalah terjadinya pencemaranyang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan makhluk hidup, sedangkan menurut Sasatra Wijaya (1991) pencemaran lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dan berakibat jelek terhadap lingkungan.
3) Macam-macam pencemaran
Berdasarkan macamnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara.
a) Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam (SDA) yang mendukung pertumbuhan tanaman. Ketersediaan zat organik, anorganik, serta mikroorganisme akan menentukan kesuburan tanah. Tanah dapat tercemar dan kehilangan kesuburannya oleh bahan-bahan pencemar (polutan), seperti insektisida, fungisida, herbisida, penggunaan pupuk yang berlebihan, dan limbah industri. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh limbah yang tidak dapat menjadi tanah secara singkat, seperti plastik, kaca, dan styrofoam.
b) Pencemaran air
Pencemaran air, menurut Fardiaz (1992) adalah penyimpangan sifat-sifat dari keadaan normal. Dalam keadaan normal sebenarnya air telah mengandung bahan-bahan terlarut, seperti O2, CO2, N2, debu dan partikel-partikel lain. Untuk menentukan apakah air itu tercemar, dapat diketahui dengan suatu pengujian. Parameter-parameter pengujian dapat berupa parameter fisik, misalnya suhu, perubahan warna, bau, kekeruhan, dan parameter kimia serta biologi (misalnya kandungan oksigen terlarut BOD/COD = Biochemical Oxygen Demand dan Chemical Oxygen Demand, pH, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan jumlah organisme patogen). Air dikatakan tercemar apabila bahan-bahan tersebut dalam jumlah yang melebihi ambang batas yang ditetapkan. Pada umumnya pencemaran air terjadi sebagai akibat dari tingkah laku manusia yang membuang limbahnya di parit, kolam, danau, atau sungai. Bahan-bahan pencemar tersebut dapat berupa detergen, zat kimia, pestisida, sampah organik, pupuk buatan, logam berat, dan mikroorganisme patogenik. Salah satu logam berat yang pernah mencemari perairan adalah merkuri (air raksa). Merkuri ini pernah mencemari sebuah teluk di Jepang, yaitu teluk Minamata. Merkuri tersebut berasal dari buangan sebuah pabrik plastik. Peristiwa yang dikenal sebagai“Tragedi Minamata” ini telah mengakibatkan matinya berbagai jenis burung di sekitar teluk tersebut, telur-telur pecah, bahkan peristiwa tersebut menyebabkan bayi-bayi dilahirkan cacat.
Merkuri adalah zat kimia yang sulit terurai sehingga dapat terakumulasi (tertimbun) dalam jaringan makhluk hidup. Contoh lain adalah pencemaran air oleh insektisida, misalnya DDT. DDT (Dichloro Diphenil Trichloretan) adalah sebuah insektisida yang sangat ampuh. Penggunaannya sangat meluas sekitar tahun 1960-an. Meskipun keberhasilan awal DDT tidak dapat disangkal, ternyata zat itu mempunyai keburukan-keburukan. Banyak jenis serangga akhirnya resisten (kebal) terhadap DDT ini. Hidrokarbon berklor lain yang fungsinya sama dengan DDT adalah aldrin, dieldrin, dan endrin. DDT juga mempunyai sifat sukar larut dalam air dan sukar diurai oleh mikroorganisme (non-biodegrada able), tetapi mudah larut dalam lemak. Jadi, tidak mengherankan jika zat tersebut dapat tertimbun dalam jaringan makhluk hidup. Terjadinya penimbunan ini adalah melalui rantai makanan. Mula-mula DDT dari lahan pertanian terbawa olah air hujan dan masuk ke perairan (misalnya danau). Selanjutnya produsen dalam perairan tersebut (plankton) akan mengandung konsentrasi DDT sedikit lebih tinggi daripada konsentrasi DDT dalam air. Selanjutnya organisme pemakan plankton (herbivor) mengandung DDT 10 kali lebih tinggi daripada plankton. Konsentrasi ini terus meningkat melalui rantai makanan dari tingkat trofik yang satu ke tingkat tropik berikutnya. Burung pemakan kerang dapat menimbun 40 x lipat kadar DDT kerang. Kadar DDT paling tinggi terdapat pada karnivora terakhir dari suatu rantai makanan. Perhatikan Gambar 9.18.
Penimbunan ini menyebabkan tingginya angka mortalitas pada burung, penipisan cangkang telur, dan menurunnya tingkat kesuburan. Penimbunan senyawa dalam jaringan melalui serangkaian proses makan dan dimakan ini dinamakan magnifikasi biologi (Biologycal magnification). Mengingat dampak negatif DDT, pada tanggal 31 Desember 1972 pemerintah AS melarang penggunaan DDT sebagai gantinya dicari insektisida lain yang lebih aman. Saat ini insektisida yang relatif kecil dampaknya adalah jenis organofosfat. Organofosfat mudah terurai dalam lingkungan, organofospat yang paling aman adalah karbamat, misalnya karbaril (sevin). Bahan pencemar perairan lainnya adalah pupuk dan detergen. Dalam konsentrasi kecil detergen justru bertindak sebagai pupuk bagi tumbuhan air, karena detergen tersebut seperti halnya pupuk buatan, mengandung fosfat. Hasilnya adalah terjadinya peledakan populasi alga di perairan tersebut (dikenal dengan istilah “blooming”). Banyaknya hamparan alga menyebabkan kadar oksigen tertekan pada malam hari, diikuti matinya ikan-ikan, dan akhirnya terjadi pembusukan. Kadar oksigen terlarut (BOD & COD) sangat rendah menyebabkan pembusukan yang tidak sempurna sehingga menyebabkan bau yang tidak sedap, diikuti dengan perubahan warna air dan akhirnya danau dapat mengalami pendangkalan. Kita menggunakan istilah eutrofikasi untuk menerangkan penambahan kesuburan dengan melimpahnya nutrien dalam suatu perairan.
c) Pencemaran udara
Adanya zat pencemar ke udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normal dan berpengaruh jelek terhadap semua makhluk hidup. Pada dasarnya ada 2 macam pencemaran udara, yaitu sebagai berikut.
(1) Berasal dari alam, antara lain debu yang terdapat di udara akibat tiupan angin yang kadang-kadang mengandung bakteri, virus, dan jamur penyebab penyakit.
(2) Akibat kegiatan manusia
(a) Hasil pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara), misalnya gas CO, CO2, NO2.
(b) Bahan-bahan buangan dari kegiatan berbagai pabrik industri; partikel Pb, asbes, Al, Zn, Cu, dan lain-lain.
(c) Zat radioaktif yang berasal dari kebocoran reaktor atom. Satu keadaan yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah munculnya isu pemanasan global. Lihatlah grafik kenaikan suhu di berbagai tempat di permukaan bumi berikut ini.
Gambar 9.18 Rata-rata suhu tahunan dari tahun 1880 s.d. 1990 Gambar 9.19 Kandungan CO2 di udara kota Hawaii (dalam ppm)
Apakah yang menyebabkan naiknya suhu bumi tersebut? Salah satu penyebab adalah peningkatan produksi CO2 oleh aktivitas di bumi. Lihat grafik berikut ini!
Pada sebagian besar negara-negara di dunia ini, pembakaran bahan bakar fosil baik dari kendaraan bermotor maupun dari pabrik-pabrik industri merupakan sumber CO2 terbesar. Gas CO2 yang menyelimuti bumi mampu menghalangi radiasi panas dari bumi yang mestinya dipantulkan kembali ke atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi naik. Hal ini dikenal dengan istilah efek rumah kaca (green house effect). Bayangkan jika kita berada di ruangan tertutup yang terbuat dari kaca, panas bukan? Apakah akibat dari suhu bumi yang cenderung semakin meningkat ini? Bagaimana efek terhadap bongkahan-bongkahan es di kutub? Apakah pemikiran untuk mencari jalan keluar menghadapi masalah ini? Gas lain yang tidak kalah bahayanya adalah SO2. SO2 yang dibebaskan ke atmosfer tersebut terutama berasal dari pembakaran batu bara dan pencairan bijih yang mengandung sulfur, seperti bijih tembaga. Di daerah industri Eropa dan Amerika Utara dan di daerah yang terletak di arah angin jatuhnya SO2 ini menghasilkan hujan asam dan salju dengan pHmenurun. Pernah dilaporkan pH hujan secara teratur sekitar 4 dan yang paling rendah 2,1. Kita tidak tahu apakah hujan asam merupakan bahaya kesehatan, tetapi yang jelas hujan asam menurunkan pH air di banyak danau di Amerika Utara sebelah timur. Mungkinkah ada pengaruh bagi produktivitas danau tersebut? Mungkinkah hujan asam juga mempercepat pelapukan gedung dan patung yang dibuat dari batu kapur dan marmer. Lihatlah gambar patung di bawah ini.
Sementara itu dampak polusi udara juga menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.