Faktor Rh menggambarkan
adanya partikel protein (antigen D) di dalam sel darah seseorang.Bagi yang
ber-Rh negatif berarti ia kekurangan faktor protein dalam sel darah
merahnya.Sedangkan yang ber-Rh positif memiliki protein yang cukup. Pada jaman
dahulu dalamtransfusi darah, asal golonganya sama, tidak dianggap ada masalah
lagi. Padahal, bila terjadiketidak cocokan rhesus, bisa terjadi pembekuan darah
yang berakibat fatal, yaitu kematian penerima darah.Orang-orang dengan rhesus
negatif mempunyai sejumlah kesulitan karena diseluruh dunia ini,orang dengan
rhesus negatif relatif jumlahnya lebih sedikit. Pada orang kulit putih,
rhesusnegatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar 8%, dan pada
orang asia bahkanhampir seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif.
Di Indonesia, kasus kehamilan dengan rhesus negatif
ternyata cukup banyak dijumpai.Umumnya dijumpai pada orang-orang asing atau
orang yang mempunyai garis keturunan asingseperti Eropa dan Arab, walaupun
tidak langsung. Ada juga orang yang tidak mempunyairiwayat keturunan asing,
namun jumlahnya lebih sedikit.Bila seorang wanita dengan rhesus negatif
mengandung bayi dari pasangan yang mempunyairhesus positif, maka ada
kemungkinan sang bayi mewarisi rhesus sang ayah yang positif.Dengan demikian
akan terjadi kehamilan rhesus negatif dengan bayi rhesus positif. Hal
inidisebut kehamilan dengan ketidak cocokan rhesus
(rhesus
inkontabilita).
Kehadiran
janin sendiri di tubuh ibu merupakan benda asing, apalagi jika Rh janin tak
samadengan Rh ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah
merah (eristrosit)membentuk daya tahan atau antibodi berupa zat anti Rh untuk
melindungi tubuh ibu sekaligusmelawan ‘benda asing’ tersebut. Inilah yang
menimbulkan ancaman pada janin yangdikandung.Efek ketidakcocokan bisa
mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada sel darah merah bayiyang disebut
erytroblastosis
foetalis
dan
hemolisis
.
Hemolisis ini pada jaman dahulumerupakan penyebab umum kematian janin dalam
rahim, disamping
hydrop
fetalis
,
yaitu bayiyang baru lahir dengan keadaan hati yang bengkak, anemia dan
paru-paru penuh cairan yangdapat mengakibatkan kematian.Selain itu kerusakan
sel darah merah bisa juga memicu kernikterus (kerusakan otak) dan
jaundice
(bayi
kuning/
hiperbilirubinimia
),
gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupunsetelah lahir.Dikarenakan
jarangnya kasus kehamilan dengan rhesus negatif, maka sangat sedikit pula
rumahsakit yang dapat menanganinya. Untuk itu walaupun tidak ada masalah serius
dokter biasanyaakan tetap menangani kehamilan dengan rhesus negative secara
khusus. Langkah pertama yangdilakukan dokter adalah dengan memeriksa darah ibu
untuk memastikan jenis rhesus dan untuk melihat apakah telah tercipta
antibodi.Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan
dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan injeksi anti-D (Rho)
immunoglobulin, atau biasa juga disebutRhoGam. Proses terbentuknya zat anti
dalam tubuh ibu sendiri sangat cepat sehingga akanlebih baik lagi jika setelah
48 jam melahirkan langsung diberi suntikan RhoGAM agar manfaatnya lebih terasa.
Sayangnya, perlindungan RhoGAM hanya berlangsung 12 minggu.Setelah lewat batas
waktu, suntikan harus diulang setiap kehamilan berikutnya.Bila dalam diri ibu
telah tercipta antibodi, maka maka akan dilakukan penanganan khususterhadap
janin yang dikandung, yaitu dengan monitoring secara reguler dengan scanner
ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah pada pernafasan dan peredaran
darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala
penderitaan bayi akibatrendahnya sel darah merah.Bila memang ada zat anti-Rh
dalam tubuh ibu hamil, sebaiknya dilakukan pemeriksaan jenisdarah janin melalui
pengambilan cairan ketuban (amniosentesis). Dapat juga melalui pengambilan
cairan dari tulang belakang Chorionic Villi Sampling (CVS), dan
pengambilancontoh darah dari tali pusat janin (kordosentesis). Pada kasus
tertentu, kadang diputuskan untuk melakukan persalinan lebih dini, sejauh usia
janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan diluar
rahim. Tindakan ini akan segera diikuti dengan penggantian
darah janin dari donor yang tepat.Induksi persalinan juga akan dilakukan pada
ibu yang belum mempunyai antibodi bilakehamilannya telah lewat dari waktu
persalinan yang diperkirakan sebelumnya, untuk mencegah kebocoran yang tak
terduga.Pada kasus janin belum cukup kuat untuk dibesarkan diluar, maka perlu
dilakukan transfusidarah terhadap janin yang masih dalam kandungan. Biasanya
bila usia kandungan belummencapai 30 minggu. Proses transfusi ini akan diawasi
secara ketat dengan scanner ultrasonografi dan bisa diulang beberapa kali
hingga janin mencapai ukuran dan usia yangcukup kuat untuk diinduksi. Setelah
bayi lahir, ia akan mendapat beberapa pemerikasaan darahsecara teratur untuk
memantau kadar bilirubin dalam darahnya. Bila diperlukan akan dilakukan
phototerapi. Bila kadar bilirubin benar-benar berbahaya akan dilakukan
penggantian darahdengan transfusi. Kadar cairan dalam paru-paru dan jantungnya
juga akan diawasi denganketat, demikian juga dengan kemungkinan
anemia.Perbedaan Rh ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama.
Sebab,kemungkinan terbentuknya zat anti-Rh pada kehamilan pertama sangat kecil.
Kalaupun sampaiterbentuk, jumlahnya tidak banyak. Sehingga, bayi pertama dapat
lahir sehat.Pembentukan zat anti Rh baru benar-benar dimulai pada saat proses
persalinan (ataukeguguran) pada kehamilan pertama. Saat plasenta lepas,
pembuluh-pembuluh darah yangmenghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga
putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam peredaran darah
ibu dalam jumlah yang lebih besar. Peristiwa inidisebut
transfusi feto-maternal.
Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau
keguguran,tubuh ibu dirangsang lagi untuk memproduksi zat anti-Rh lebih banyak
lagi. Demikianseterusnya.Saat ibu mengandung lagi bayi kedua dan selanjutnya,
barulah zat anti-Rh di tubuh ibu akanmenembus plasenta dan menyerang sel darah
merah janin.