Dalam perkara apapun, memahami adanya perbedaan
adalah hal yang penting.
Sebab, setiap orang
dikondisikan pada situasi yang berbeda; setiap orang punya kesukaan dan
kemampuan yang berlainan.
Orang lain tidak
punya hak menuntut kita untuk harus bisa serupa dengannya.
Begitu juga, kita tak perlu memaksa orang lain untuk harus
bisa sama seperti kita.
Memang, satu hal yang tidak salah jika kita memberi
tahu bahwa kemalasan adalah satu perkara yang buruk.
Tapi kita tak perlu memaksa orang lain untuk tidak
malas.
Sebab apapun yang terjadi kemudian pada orang itu,
orang itu sendiri yang akan merasakan akibatnya.
Begitu pula, kita cukup mengingatkan bahwa pelaku
syirik --atau menyekutukan Allah-- itu diancam dengan neraka.
Namun jika orang itu tetap musyrik, maka masuk
neraka itu resiko yang harus dihadapinya.
Buat apa kita ambil pusing.
Yang penting, kita sudah mengingatkannya.
Yang jelas, dalam penyampaian tuntunan Islam,
bersikap lembut dan benar adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Penyampaian yang lembut tapi yang diajarkan tidak
benar merupakan kezaliman.
Begitupun, walau yang dituntunkan satu hal yang
benar jika disampaikan dengan cara yang tidak lembut, bisa berdampak kezaliman.
Ingat, sebelum mengajak, berikanlah contoh yang
baik dan benar; paling tidak, berupa perangai yang pantas diteladani.
Sebab, bagaimana mungkin mengajak kepada kebenaran
dengan cara yang kasar.
Bagaimana mungkin membersihkan meja penuh debu
dengan kain lap penuh oli.