Dasar Teori
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebgai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi (Samsoed Sadjad, 1975).
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
1. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih.
2. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
3. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. Tipe-tipe dormansi antara lain: Dormansi fisik yang disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Dormansi fisiologis yang disebabkan oleh immaturity embrio, after ripening, dormansi sekunder, dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dalam istilah pertanian, benih-benih yang menunjukkan tipe dormasi yang impermabel terhadap air dan gas ini disebut sebagai ‘benih keras’. Hal ini dapat ditemukan pada sejumlah famili tanaman dimana beberapa speciesnya mempunyai kuilit biji yang keras, antara lain: Leguminosae, Malvaceae, Cannaceae, Geraniaceae, Chenopodaceae, Convolvulaceae, Solanaceae dan Liliaceae. Di sini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula.
Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya. Perlakuan mekanis umum dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kult biji dengan pisau, perlakuan impaction untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Perlakuan dengan tekanan, benih-benih dari sweet clover dan alfalfa setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180 C selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air.
Perlakuan pemberian temperatur tertentu dikenal dengan istilah stratifikasi. Banyak benih yang perlu dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkkan pada temperatur yang cocok untuk perkcambahannya. Cara yang paling sering dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
IV. Alat dan Bahan
1. Benih semangka non biji
2. Substrat kertas
3. Plastik bening
4. Pemotong kuku
5. Alat tulis dan label
6. Karet Gelang
7. Nampan
8. Air
V. Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menghitung benih semangka sebanyak 25 benih per perlakuan sebanyak 4 ulangan
3. Memecah bagian ujung benih semangka untuk satu perlakuan (K2) dengan menggunakan pemotong kuku
4. Menyiapakn media substrat dari kertas buram yang sudah direndam dalam air kemudian ditiriskan dan ditempatkan di atas plastic
5. Menanam benih dalam substrat tersebut K1 dan K2 secara terpisah, kemudian kertas digulung dan diberi label
6. Menyimpan di tempat yang diberi pencahayaan lampu pijar 5 watt
7. Mengamati tingkat daya kecambah selama 3 – 4 hari
VI. Hasil
Tabel hasil Pengamatan pematahan dormansi benih
Perbandingan Benih Berkecambah Belum
Berkecambah
K1 (control) 9 16
K2 (perlakuan) 21 5
VII. Pembahasan
Praktikum Pemecahan dormansi benih semagka non biji dilakukan dengan membuka sedikit ujung pankal benih dengan menggunakan penjepit/alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton tertutup yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau selama kurang lebih 2 hari
Membuka sedikit bagian ujung pangkal benih (Pare) dengan menggunakan alat pemotong kuku adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah dormansi
.
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dari data di atas gambar 1 (K1) kontrol dan gambar 2 (K2) perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dari daya kecambah yang diamatai 3 hari setelah penanaman. Data daya kecambah yang paling bagus yaitu K2 yang dilakukan perlakuan dengan memecah pangkal dari benih semangka tersebut. K2 yang diberi perlakuan pematahan dormansi secara mekanis daya kecambanya sangat bagus karena air, dan udara serta faktor yang mempengaruhi perkecambahan dapat mempengaruhi keadaan benih yang dorman karena bagian pangkalnya sudah membuka, dimana pada K1, dari 25 biji yang di kecambkan hanya terdapat 9 biji yang berkecambah dan 16 benih belum berkecambah, sedangkan pada K2 (perlakuan) dari 25 biji yang di kecambahkan , 21 benih berkecambah dan 5 biji belum berkecambah, kemungkinan bila masa pengamatan di perpanjang biji dapat berkecambah semua.
Gambar 1 Perkecambahan benih pada K1
Gambar 1 perkecambahan benih pada K2
Perlakuan pematahan dormansi pada semangka tersebut merupakan perlakuan yang sering dilakukan oleh para petani untuk memecahkan dormansi pada benih semangka. Hal ini juga sering dilakukan petani dengan membuka sedikit ujung pangkal benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton tertutup yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau selama kurang lebih 2 hari.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air, benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, di sini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas, pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum pematahan dormansi benih semangka non biji, di simpulkan bahwa Pada K1, dari 25 biji yang di kecambkan hanya terdapat 9 biji yang berkecambah dan 16 benih belum berkecambah, sedangkan pada K2 (perlakuan) dari 25 biji yang di kecambahkan, 21 benih berkecambah dan 5 biji belum berkecambah, kemungkinan bila masa pengamatan di perpanjang biji dapat berkecambah semua.sehingga pematahan dormansi sangat baik di lakukan untuk mempercepat perkecambahan
DAFTAR PUSTAKA
Hildayani. 2008. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Percobaan I Dormansi pada Biji. Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin Makassar.
http://www.tanindo.com/abdi6/hal04.htm/ 04/03/2010
http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm/ /04/03/2010
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebgai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi (Samsoed Sadjad, 1975).
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
1. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih.
2. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
3. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. Tipe-tipe dormansi antara lain: Dormansi fisik yang disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Dormansi fisiologis yang disebabkan oleh immaturity embrio, after ripening, dormansi sekunder, dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dalam istilah pertanian, benih-benih yang menunjukkan tipe dormasi yang impermabel terhadap air dan gas ini disebut sebagai ‘benih keras’. Hal ini dapat ditemukan pada sejumlah famili tanaman dimana beberapa speciesnya mempunyai kuilit biji yang keras, antara lain: Leguminosae, Malvaceae, Cannaceae, Geraniaceae, Chenopodaceae, Convolvulaceae, Solanaceae dan Liliaceae. Di sini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula.
Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya. Perlakuan mekanis umum dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kult biji dengan pisau, perlakuan impaction untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Perlakuan dengan tekanan, benih-benih dari sweet clover dan alfalfa setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180 C selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air.
Perlakuan pemberian temperatur tertentu dikenal dengan istilah stratifikasi. Banyak benih yang perlu dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkkan pada temperatur yang cocok untuk perkcambahannya. Cara yang paling sering dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
IV. Alat dan Bahan
1. Benih semangka non biji
2. Substrat kertas
3. Plastik bening
4. Pemotong kuku
5. Alat tulis dan label
6. Karet Gelang
7. Nampan
8. Air
V. Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menghitung benih semangka sebanyak 25 benih per perlakuan sebanyak 4 ulangan
3. Memecah bagian ujung benih semangka untuk satu perlakuan (K2) dengan menggunakan pemotong kuku
4. Menyiapakn media substrat dari kertas buram yang sudah direndam dalam air kemudian ditiriskan dan ditempatkan di atas plastic
5. Menanam benih dalam substrat tersebut K1 dan K2 secara terpisah, kemudian kertas digulung dan diberi label
6. Menyimpan di tempat yang diberi pencahayaan lampu pijar 5 watt
7. Mengamati tingkat daya kecambah selama 3 – 4 hari
VI. Hasil
Tabel hasil Pengamatan pematahan dormansi benih
Perbandingan Benih Berkecambah Belum
Berkecambah
K1 (control) 9 16
K2 (perlakuan) 21 5
VII. Pembahasan
Praktikum Pemecahan dormansi benih semagka non biji dilakukan dengan membuka sedikit ujung pankal benih dengan menggunakan penjepit/alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton tertutup yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau selama kurang lebih 2 hari
Membuka sedikit bagian ujung pangkal benih (Pare) dengan menggunakan alat pemotong kuku adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah dormansi
.
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dari data di atas gambar 1 (K1) kontrol dan gambar 2 (K2) perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dari daya kecambah yang diamatai 3 hari setelah penanaman. Data daya kecambah yang paling bagus yaitu K2 yang dilakukan perlakuan dengan memecah pangkal dari benih semangka tersebut. K2 yang diberi perlakuan pematahan dormansi secara mekanis daya kecambanya sangat bagus karena air, dan udara serta faktor yang mempengaruhi perkecambahan dapat mempengaruhi keadaan benih yang dorman karena bagian pangkalnya sudah membuka, dimana pada K1, dari 25 biji yang di kecambkan hanya terdapat 9 biji yang berkecambah dan 16 benih belum berkecambah, sedangkan pada K2 (perlakuan) dari 25 biji yang di kecambahkan , 21 benih berkecambah dan 5 biji belum berkecambah, kemungkinan bila masa pengamatan di perpanjang biji dapat berkecambah semua.
Gambar 1 Perkecambahan benih pada K1
Gambar 1 perkecambahan benih pada K2
Perlakuan pematahan dormansi pada semangka tersebut merupakan perlakuan yang sering dilakukan oleh para petani untuk memecahkan dormansi pada benih semangka. Hal ini juga sering dilakukan petani dengan membuka sedikit ujung pangkal benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku dan merendam dalam larutan fungisida selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton tertutup yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau selama kurang lebih 2 hari.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air, benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, di sini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas, pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum pematahan dormansi benih semangka non biji, di simpulkan bahwa Pada K1, dari 25 biji yang di kecambkan hanya terdapat 9 biji yang berkecambah dan 16 benih belum berkecambah, sedangkan pada K2 (perlakuan) dari 25 biji yang di kecambahkan, 21 benih berkecambah dan 5 biji belum berkecambah, kemungkinan bila masa pengamatan di perpanjang biji dapat berkecambah semua.sehingga pematahan dormansi sangat baik di lakukan untuk mempercepat perkecambahan
DAFTAR PUSTAKA
Hildayani. 2008. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Percobaan I Dormansi pada Biji. Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin Makassar.
http://www.tanindo.com/abdi6/hal04.htm/ 04/03/2010
http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm/ /04/03/2010