Peristiwa
sejarah dapat dilihat dalam hubungan sebab akibat, baik yang bersifat
internal maupun eksternal dari peristiwa itu. Internal disebabkan faktor
yang ada dalam peristiwa itu sendiri, misalkan lahirnya pergerakan
nasional di Indonesia pada awal abad ke-20 disebabkan oleh lahirnya kaum
terpelajar sebagai dampak dari politik pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda melalui politik etis. Secara eksternal
pergerakan kebangsaan di Indonesia lahir disebabkan oleh kemenangan
perang oleh Jepang terhadap Rusia 1904/1905. Sebab biasanya merupakan syarat utama bagi timbulnya suatu akibat. Syarat tersebut bisa berupa kondisi tertentu. Sebab suatu peristiwa bisa
bersifat tunggal atau sebab utama, bisa pula bersifat multisebab atau
lebih dari satu. Sebagai contoh, peristiwa perang terjadi disebabkan
oleh konflik militer yang tidak dapat diselesaikan oleh dua negara yang
bersengkata. Perang dapat pula disebabkan oleh multisebab, bukan hanya
konflik militer tetapi disebabkan oleh aspek-aspek lainnya misalnya
konflik perbatasan, kepentingan ekonomi, kepentingan politik dalam
negeri, dan sebagainya.
Gambar 1.1 Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan bukti sejarah sebagai fakta
Dalam sejarah umat manusia, peristiwa sejarah dapat merupakan suatu perubahan kehidupan. Sebab sejarah pada
hakikatnya merupakan sebuah perubahan. Sejarah mempelajari aktivitas
manusia dalam konteks waktu. Dengan melihat aspek waktu tersebut, akan
terlihat perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan kehidupan tersebut
dapat berupa aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Aspek-aspek
tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Suatu peristiwa ekonomi
bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial, dan budaya, juga sebaliknya.
Peristiwa
politik biasanya peristiwa kehidupan manusia yang berkaitan dengan
kekuasaan. Kekuasaan dapat berhubungan dengan penguasa, negara,
pemerintahan, keputusan-keputusan pemerintah, partai politik,
undang-undang, keterlibatan masyarakat dalam politik misalnya pemilu,
dan lain-lain. Penguasa bisa seorang raja, presiden, atau pemimpin
partai. Terdapat pula orang-orang tertentu yang bukan penguasa tetapi
memiliki pengaruh terhadap kekuasaan, yang biasanya orang-orang tersebut
dikategorikan sebagai “orang-orang besar”, misalkan seorang tokoh
masyarakat yang memiliki kharisma di mata masyarakatnya.
Peran seorang penguasa dapat menjadi suatu peristiwa politik, misalnya peran yang dilakukan oleh Daendels ketika
menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Salah satu tindakan dari
keputusan politiknya yang sangat penting bagi sejarah Indonesia ialah
pembuatan Jalan Raya yang terbentang dari ujung barat Pulau Jawa yaitu
Anyer sampai dengan ujung timur Pulau Jawa yaitu Panarukan. Pembuatan
jalan raya ini berawal dari keputusan politik Daendels yang bertugas
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, tetapi kemudian
berakibat pada aspek-aspek lainnya. Pembangunan jalan raya sebagai suatu
sebab, dapat berakibat pada aspek-aspek lain yang tidak lagi merupakan
peristiwa politik. Aspek-aspek lain tersebut misalnya pertumbuhan
kota-kota di Jawa Barat yang dilalui jalan raya. Kota-kota tersebut
misalnya Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan kota-kota lainnya. Di
antara kota-kota tersebut dibangun jalur ekonomi, karena jalan tersebut
berfungsi sebagai sarana transportasi bagi barang-barang yang dihasilkan
oleh daerah tersebut. Di dalam kota-kota tersebut memungkinkan
tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat, masyarakat mudah berinteraksi
secara ekonomi karena terdapat sarana transportasi, sehingga kegiatan
perdagangan antarmasyarakat semakin meluas.
Bahkan
secara sosial dapat menimbulkan suatu kegiatan usaha jasa, misalnya
jasa pengangkutan barang yang menggunakan gerobak kuda. Berdasarkan
contoh di atas, dapatlah dilihat bahwa peristiwa politik dapat menjadi
sebab terhadap peristiwa-peristiwa lainnya seperti peristiwa ekonomi dan
sosial. Selain peran individu dalam politik, peran kelompok juga dapat
menjadi peristiwa politik. Misalkan, peristiwa peran yang dilakukan oleh
partai politik dalam kampanye. Partai politik merupakan kumpulan
individu-individu yang berkumpul untuk mencapai tujuan-tujuan
politiknya, yang biasanya akan mereka perjuangkan nanti di parlemen.
Kegiatan kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilu. Kegiatan pemilu
dapat memperlihatkan bagaimana individuindividu itu berperilaku. Dalam
kegiatan kampanye, partai-partai berlombalomba dengan berbagai jargon
yang mereka ungkapkan untuk meraih massa.
Kegiatan kampanye sebagai peristiwa politik dapat menjadi sebab bagi
peristiwa-peristiwa lainnya. Misalnya apabila kampanye itu dilakukan
tidak dengan tertib dan tumbuhnya fanatisme yang berlebihan di kalangan
pengikut atau massa partai politik, dapat berakibat lahirnya peristiwa konflik sosial atau kerusuhan. Selain berakibat secara sosial, kampanye dapat pula berakibat pada
kegiatan ekonomi. Misalnya setiap partai politik memiliki identitasnya
masing-masing. Identitas tersebut dapat dilihat pada bendera dan kaos
yang digunakan oleh massanya. Untuk kegiatan kampanye, identitas
tersebut harus digunakan, dan membutuhkan jumlah yang cukup banyak.
Pemenuhan identitas tersebut tidak mungkin dilakukan oleh partai itu
sendiri, sebab partai lebih berkonsentrasi pada kegiatan politik.
Akibatnya, tumbuhlah para pengusaha atau penjual bendera dan kaos partai
politik. Terjadi perdagangan bendera dan kaos partai dalam jumlah yang
lebih besar. Bagi sekelompok pedagang atau pengusaha, ini merupakan
peristiwa ekonomi yang sangat menguntungkan.
Partai
politik dalam melakukan kampanye biasanya dilakukan di lapangan yang
terbuka luas dan membutuhkan kerumunan massa yang cukup besar. Bagi
sekelompok pedagang makanan, khususnya pedagang kecil, kerumunan massa
ini merupakan potensi untuk mencari konsumen dalam rangka menjual
dagangannya. Dalam kegiatan kampanye ini ternyata terjadi peristiwa
ekonomi, yaitu terjadinya transaksi dagang antara pedagang makanan yang
menjajakan di tempat berlangsungnya kampanye dengan massa pendukung
partai. Dalam sejarah Indonesia, peristiwa-peristiwa politik tersebut
dapat dilihat dari kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) yang pertama pada
tahun 1955 sampai dengan pemilu terakhir pada tahun 2003. Bagi mereka
yang mengalaminya pelaksanaan pemilu, dapat melihat secara langsung dari
lingkungan terdekat atau lingkungan sekitarnya bagaimana perubahan yang
terjadi dalam masyarakat pada saat pemilu berlangsung, apakah
masyarakat terkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan politik, atau adakah
kegiatan ekonomi masyarakat dalam rangka pemilu, atau kegiatan-kegiatan
lainnya di luar kegiatan yang bersifat politik.
Peristiwa
ekonomi merupakan peristiwa yang menggambarkan kegiatan masyarakat yang
berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi. Ciri utama dari kegiatan ekonomi
yaitu adanya produksi dan pertukaran hasil produksi dalam bentuk
kegiatan jual beli. Produk yang diperjualbelikan bisa berbentuk barang
atau jasa. Penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, tidak
hanya dilihat sebagai peristiwa politik belaka, dapat pula dilihat
sebagai peristiwa ekonomi.
Misalkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda tentang Sistem Tanam Paksa atau cultuurstelsel dan
diberlakukannya Undang-Undang Agraria 1870. Sistem Tanam Paksa
dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada dasarnya merupakan
persoalan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Belanda. Kas negara
pemerintah Belanda mengalami kekosongan yang disebabkan oleh pembiayaan
perang.
Untuk memenuhi kekosongan kas
negara tersebut, pemerintah Belanda menjadikan wilayah jajahannya
(Indonesia) sebagai sumber komoditas ekonomi. Sebagai pelaksanaan sistem
tanam paksa, lalu ditanamlah tanam-tanaman yang laku di pasaran dunia
atau tanaman ekspor. Pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang
sangat besar dari pelaksanaan Sistem Tanam Paksa tersebut. Keuntungan
itu diperoleh karena pemerintah Belanda tidak mengeluarkan ongkos
produksi yang besar. Dalam penanaman digunakan buruh yang tidak diupah
secara bebas, tetapi buruh yang memiliki wajib kerja. Akibat sosial yang
terjadi dalam masyarakat di Indonesia ialah timbulnya kemiskinan,
bahkan kelaparan. Terjadi kematian penduduk di beberapa daerah karena
kelaparan. Ternyata bagi penduduk, Sistem Tanam Paksa tidak memberikan
kesejahteraan secara ekonomis. Dampak-dampak negatif inilah yang
kemudian menjadi salah satu sebab dihapuskannya Sistem Tanam Paksa.
Sebagai
pengganti dari Sistem Tanam Paksa yaitu diberlakukannya Undang-Undang
Agraria (Agrarische Wet) 1870. Pemberlakuan Undang-Undang tersebut dapat
dilihat sebagai suatu peristiwa ekonomi. Undang-undang ini mengandung
unsur liberalisasi ekonomi, karena yang menjadi penyelenggara utama
ekonomi bukan lagi pemerintah seperti halnya dalam Sistem Tanam Paksa,
tetapi pihak swasta sebagai penyelenggara. Pemberlakuan Undang-Undang
Agraria 1870 mengakibatkan datangnya para investor asing yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Peristiwa ekonomi yang dapat dilihat dari
diberlakukannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870 tersebut
yaitu semakin luasnya dibuka usaha perkebunan.
Perkebunan
merupakan bentuk kegiatan ekonomi, yaitu adanya produksi berupa hasil
tanam-tanaman seperti teh, karet, kopi, kina, tembakau, coklat, dan
lain-lain. Hasil-hasil perkebunan tersebut ada yang diolah di
pabrik-pabrik yang kemudian hasil olahan tersebut dijual. Usaha produksi
dan jual beli produk perkebunan ternyata berdampak pada usaha-usaha
jasa, baik secara ekonomi maupun sosial. Secara sosial tumbuh model
buruh yang berbeda dengan masa tanam paksa. Pada masa tanam paksa, buruh
yang digunakan yaitu buruh yang wajib kerja, mereka tidak diberi upah.
Sedangkan pada masa diberlakukannya Undang-Undang Agraria, muncul model
buruh yang bebas, mereka digaji atau diupah sesuai jam kerja dan hasil
pekerjaannya.
Begitu pula, mereka
bekerja tidak dipaksa. Untuk menarik produk-produk perkebunan, baik ke
pabrik maupun dari pabrik ke tempat penjualan, membutuhkan usaha jasa
pengangkutan, sehingga tumbuh usaha jasa angkutan. Peristiwa ekonomi
sebagai sejarah masyarakat manusia Indonesia, tidak hanya dilihat pada
masa penjajahan. Sejarah kontemporer pun dapat dilihat sebagai peristiwa
sejarah. Pada perkembangan sejarah ekonomi yang kontemporer, kita bisa
melihat kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar
lingkungan kita, baik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok. Sebagai contoh, kita bisa melihat perubahan atau jatuh
bangunnya usaha yang dilakukan oleh para pengrajin di sekitar lingkungan
tetangga kita.
Bagaimana usaha
kerajinan itu dirintis, berkembang pesat pada tahun-tahun tertentu, dan
mungkin mengalami kebangkrutan. Berbagai sebab perjalanan sejarah
kegiatan ekonomi pengrajin tetangga bisa kita cari. Apakah
kebangkrutannya disebabkan oleh modernisasi teknologi, manajemen
perusahaan, interes masyarakat pada produk kerajinan, atau sebab-sebab
lainnya.
Pertumbuhan industri besar
yang terjadi di sekitar kita, dapat juga dilihat sebagai peristiwa
ekonomi. Bagaimana industri besar itu berdampak pada kehidupan ekonomi
dan sosial masyarakat sekitar. Misalkan di beberapa kota tumbuh
pabrik-pabrik besar. Pabrik-pabrik tersebut membutuhkan lahan yang cukup
luas. Hal itu menyebabkan banyak kebun-kebun atau sawahsawah yang
merupakan sumber kehidupan ekonomi masyarakat menjadi tergusur. Terjadi
perubahan sosial dalam diri masyarakat, misalnya masyarakat yang semula
berprofesi sebagai petani berubah menjadi buruh pabrik, tukang ojeg,
sopir angkot, buruh bangunan, dan lain-lain. Masyarakat di sekitar
pabrik kegiatan ekonomi tidak lagi menjadi petani, tetapi beralih ke
sektor jasa. Peristiwa sosial merupakan peristiwa sejarah yang terjadi
atau timbul dapat disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya. Seperti
telah dicontohkan di atas, peristiwa ekonomi dan politik dapat berdampak
pula pada peristiwa sosial. Peningkatan ekonomi dalam satu kelompok
masyarakat, dapat berakibat terjadinya perubahan sosial. Pertumbuhan
pabrik-pabrik dapat pula meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di
sekitar. Ketika menjadi petani, masyarakat di sekitar, hanya mampu
menyekolahkan anaknya sampai jenjang SLTP. Tetapi ketika ia beralih ke
profesi jasa dengan tumbuhnya pabrik, masyarakat di sekitar bisa
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Perubahan
sosial terjadi, yaitu di lingkungan masyarakat sekitar sudah mulai
banyak orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih baik. Dengan
pendidikan yang lebih baik, memungkinkan bagi masyarakat di sekitar
dapat melakukan pilihan-pilihan pekerjaan yang profesional. Peristiwa
sejarah terjadi dalam lingkup spasial atau ruang yang beragam. Mulai
dari ruang lingkup spasial yang lebih kecil sampai pada ruang lingkup
yang lebih besar. Ruang lingkup spasial secara administratif
pemerintahan bisa mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten atau
kota, provinsi, negara bahkan dunia. Sebuah peristiwa sejarah bisa saja
terjadi hanya di desa tertentu saja, misalkan bagaimana perubahan pada
masyarakat pedesaan di Jawa dengan adanya Sistem Tanam Paksa, apakah
mereka tetap menjadi petani, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya.
Spasial
dalam ruang lingkup yang lebih kecil misalnya keluarga. Keluarga dapat
diangkat menjadi tema penulisan sejarah. Dalam hal ini keluarga jangan
hanya dipahami sebagai ikatan individu-individu yang merupakan anggota
keluarga seperti ayah, ibu, dan anak. Pendekatan sosiologis atau
antropologis dapat dilakukan dalam mengkaji tema sejarah keluarga.
Secara sosiologis, keluarga harus dipahami sebagai bentuk suatu
masyarakat. Sebagaimana lazimnya suatu masyarakat, akan terjadi
interaksi di antara anggotanya. Interaksi di antara mereka akan
menciptakan suatu dinamika atau perubahan. Perubahan inilah yang
kemudian dapat menjadi suatu peristiwa sejarah. Interaksi tersebut dapat
terjadi misalnya adanya kegiatan ekonomi yang ada di keluarga. Dinamika
ekonomi yang terjadi di keluarga dapat menjadi basis dinamika ekonomi
masyarakat yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat terutama pada
masyarakat yang homogen aktivitas ekonominya pada suatu daerah. Misalnya
terdapat suatu desa pengrajin, semua keluarga yang tinggal pada desa
itu merupakan pengrajin tikar. Jatuh bangunnya kegiatan ekonomi pada
desa tersebut bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi
pada keluarga-keluarga yang ada di desa tersebut.
Peristiwa-peristiwa
keluarga yang bisa kita lihat, misalnya bagaimana keluarga itu
memproduksi dan menjual hasil-hasil kerajinannya, bagaimana sistem
manajemennya, apakah ada hubungan dengan sistem kekerabatan atau sistem
lainnya. Kalau ada hubungan dengan sistem kekeluargaan, maka kita dapat
melihat bagaimana peristiwa pernikahan yang dilakukan oleh
keluargakeluarga pengrajin tersebut, apakah untuk memperkuat bisnisnya
mereka menikahkan putera atau puterinya dengan sesama saudara atau
tetangga yang berprofesi sebagai pengrajin tikar. Dengan demikian,
peristiwa keluarga yang merupakan suatu peristiwa dalam ruang lingkup
spasial yang lebih kecil, dapat berakibat pada peristiwa ekonomi dalam
spasial yang lebih luas.
Peristiwa
yang terjadi dalam keluarga tidak hanya dilihat dalam konteks yang luas.
Penulisan peristiwa dapat dilihat dalam peran individu yang ada di
keluarga tersebut. Anggota keluarga yang ditulis biasanya merupakan
tokoh penting dalam sejarah. Penulisan peristiwa sejarah seperti ini
akan menampilkan suatu biografi. Tokoh yang ditulis akan menceritakan
peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada dirinya dan keluarganya.
Peristiwa yang ditampilkan mulai dari peristiwa yang ia alami dalam
ruang lingkup yang kecil hingga pada ruang lingkup yang lebih luas.
Dalam ruang lingkup yang lebih kecil misalnya peristiwa yang terjadi di
keluarganya, sedangkan peristiwa dalam ruang lingkup yang lebih luas
misalnya peran dia di masyarakat yang lebih luas.
Kesimpulan
yang bisa kita nyatakan berdasarkan uraian tersebut bahwa peristiwa
sejarah pada dasarnya merupakan sesuatu yang objektif dan suatu
kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Objektivitas tersebut
sangat ditentukan oleh keberadaan sumber sejarahnya. Peristiwa yang
terjadi pada masa lalu dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.