Sunday, February 17, 2013

Pandangan Islam Mengenai Valentine’s Day

Islam melarang dengan tegas perayaan Valentine’s Day, tidak berarti Islam adalah ajaran yang tidak berlinang kasih sayang, justru Islam adalah agama yang menjadikan rasa cinta dan kasih sayang sebagai pilar-pilar membangun ukhuwah bagi pemeluk-pemeluknya. Saripati manisnya tidak hanya dirasakan oleh umat Islam sendiri, tapi merembesi umat-umat yang lain bahkan kepada seluruh alam semesta. Islam telah mengatur secara tegas bagaimana kaum Muslimin dalam memilih dan menjalani cinta sejati nan hakiki.

Beberapa hari terakhir kosa kata Valentine’s Day menjadi kosa kata paling laris manis yang banyak dibahas khususnya para remaja. Hiruk-pikuk remaja membincangkan hari kasih sayang menyeruak menawan laksana cendawan di musim hujan. Pernak-pernik perayaan Valentine Day semakin menyemarak. Begitu berartinya hari spesial ini tidaklah bila heran persiapan perayaannya jauh hari sebelum datangnya hari ‘H’, bahkan sampai membentuk panitia khusus untuk mengatur persiapannya. 
Kalaulah dulu Valentine’s Day hanya ada dan dirayakan di Eropa, sekarang ini cerita menjadi lain. Di negeri ini pun dan termasuk negeri-negeri Muslim lainnya, menjadi tabu jika berlalu begitu saja tanpa ada perayaan istimewa. Meski perayaan Valentine’s Day bermula di zaman klasik, masih terasa asyik di zaman modern. Kalau dulu dianggap fasik bagi Muslim yang merayakannya, menjadi udik di zaman ini bagi yang tidak merayakannya. Pesta yang dulu dianggap aib kini menjadi wajib. 

Latar Belakang 
Pada abad ketiga masehi, berkuasa seorang raja Romawi bernama Claudus II Ghoticus. Dengan kekuasaannya dia menghukum pancung seorang Pendeta bernama Santo Valentine’s pada tanggal 14 Februari 269 M, karena dianggap bersalah menentang ketentuan kerajaan. Santo Valentine’s telah menikahkan seorang remaja (prajurit) muda yang sedang menjalani cinta kasih.
Tindakan ini dianggap bertentangan dengan ketentuan kerajaan karena prajurit kerajaan yang belum menikah dianggap memiliki ketangguhan yang luar biasa di medan perang. Bagi pihak gereja tindakan Santo Valentine’s dianggap benar karena telah melindungi orang yang bercinta, sehingga dia dinobatkan sebagai pahlawan kasih sayang. Sehingga tercatatlah dalam sejarah bahwa setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang bagi ummat Kristiani.
Valentine’s Day juga merupakan warisan budaya Romawi Kuno, yaitu upacara pemujaan dan penyembahan kepada dua dewa besar yaitu Leparcus (Dewa kesuburan) dan Faunus (dewa alam semesta). Upacara ini dirayakan tepatnya tanggal 15 Februari, masa kekaisaran kaisar Konstantine (280-337), dalam upacara tersebut diberikan kesempatan kepada remaja wanita untuk menyampaikan pesan cintanya kepada pria pujaan hatinya. Kemudian remaja pria akan menerima pesan- pesan cinta tersebut mereka berpasang-pasangan, bernyanyi bersama, berdansa dan biasanya diakhiri dengan perbuatan amoral (coitus). 
Namun pada abad kelima masehi tepatnya pada tahun 494 M, oleh Paus Glasium I, upacara penyucian itu kemudian ditetapkan sebagai peringatan hari kasih sayang (Valentine’s Day). Tanggal peringatan diubah menjadi setiap 14 Februari, yaitu tanggal dihukumnya pendeta Santo Valentine’s, karena itulah Paus Glasium I dikenal sebagai pelopor peringatan Valentine’s Day.

Pandangan Islam 
Berangkat dari alasan di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa: pertama, perayaan tersebut hanyalah untuk mengenang jasa seorang Pendeta. Selain itu untuk menyembah dan memuja dewa-dewa. Dengan kata lain bahwa Valentine’s Day adalah salah satu ritual peribadatan non-Muslim, dan apabila kita ikut serta merayakannya berarti adalah menjadi bagian dari mereka. Sesuai dengann sabda Rasulullah SAW. “Barang siapa menyerupai / mengikuti suatu kaum maka ia termasuk kaum itu”( HR. Abu Daud). Olehnya itu janganlah kita mengikuti tradisi orang non-Muslim tersebut. 
Kedua, dalam perayaan Valentine Day banyak pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum-hukum agama Islam, seperti bercampur baurnya (ikhtilat) antara laki-laki dan perempuan bukan mahram, berdansa, minum minuman keras, perempuan tidak memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan agama, bahkan sampai pada perkara membolehkan zina yang sangat jelas-jelas dilarang oleh agama Islam. Intinya Valentine Day merupakan peringatan yang didalamnya banyak maksiat kepada Allah SWT, jadi pelakunya telah bermaksiat/ menentang perintah Allah SWT. 
Sebagai seorang Muslim, yang dalam setiap aktivitasnya dilarang untuk mengikuti cara hidup orang-orang non Muslim dan menjadi wajib untuk hidup berdasarkan tuntunan agama (Al-qur’an dan Hadis), maka menjadi keharusan untuk meninggalkan atau tidak terlibat dalam perayaan Valentine Day karena jelas-jelas merupakan cara hidup/ ibadah non Muslim  yang sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. 
Islam melarang dengan tegas perayaan Valentine’s Day, tidak berarti Islam adalah ajaran yang tidak berlinang kasih sayang, justru Islam adalah agama yang menjadikan rasa cinta dan kasih sayang sebagai pilar-pilar membangun ukhuwah bagi pemeluk-pemeluknya. Dimana saripati manisnya tidak hanya dirasakan oleh umat Islam sendiri, tapi merembesi umat-umat yang lain bahkan kepada seluruh alam semesta. Islam telah mengatur secara tegas bagaimana kaum Muslimin dalam memilih dan menjalani cinta sejati nan hakiki.   
Sabda Rasulullah SAW: Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. Tidakkah (kalian suka) aku tunjukkan pada perkara, jika kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian! (HR. Muslim) 
Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda: “Kecintaanku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena aku, yang saling mengunjungi karena aku, dan yang saling berkorban karena aku”.
Dalil di atas secara tegas lagi jelas menempatkan cinta kepada Allah Dan Rasul-Nya, di atas kecintaan kepada yang lainnya. Bahkan dengan nada menantang seorang dianggap belum sempurna keimanannya sampai mereka saling mencintai karena Allah SWT.
Hendaknya kecintaan dan rasa kasih sayang seperti inilah yang harus disemaikan dalam hati setiap muslim. Kecintaan karena dilandasi oleh manisnya iman senantiasa mengejewantah dalam kehidupan. Pesona cinta yang tidak ternilai oleh harta, tak terukur oleh tahta dan tak bergeming oleh nafsu sesaat. Inilah cinta sejati lagi hakiki. Cinta kepada Allah SWT sebagai pemilik cinta sejati. Cinta kepada Rasulullah SAW sang kekasih hamba yang mendamba surga. Cinta yang mewujud dalam ketaatan atas segala syariah-Nya, melaksanakan titah, menjauhi larangan-nya. Maka jadi merugi orang yang tidak bisa menggapainya. Bergelimang bahagia bagi yang senantiasa menghangati hati dalam taat akan syariah-Nya.***

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...