Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu (20/3), mengatakan ia berduka atas meninggalnya Presiden Bangladesh Zillur Rahman.
Rahman meninggal pada Rabu di satu rumah sakit Singapura, tempat ia telah menjalani perawatan karena mengalami gangguan pernafasan dan beberapa penyakit komplikasi sejak 11 Maret.
Ia sebelumnya dirawat di Combined Military Hospital di Wilayah Dhaka, karena ia mengeluh bahwa mengalami gangguan pernafasan.
"Sekretaris Jenderal menyampaikan belasungkawa sepenuh hati kepada keluarga Presiden Bangladesh," demikian isi satu pernyataan yang dikeluarkan di Markas PBB oleh juru bicara Ban.
Rahman telah memberi sumbangan penting buat peralihan demokrasi di negerinya selama kehidupan politiknya, demikian isi pernyataan itu sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.
Politikus kawakan yang berusia 84 tahun tersebut dilantik sebagai kepala negara seremonial pada 2009, setelah Partai Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Liga Awami, menang dalam pemilihan umum bersejarah Desember 2008.
Ban bertemu di New York pada Selasa (19/3) dengan Menteri Luar Negeri Bangladesh Shahidul Haque, dan bertukar pandangan mengenai situasi saat ini di negara Asia Selatan itu, termasuk masalah pertanggungjawaban dan keadilan.
Mereka juga membahas pemilihan umum mendatang di negeri tersebut dan pentingnya proses yang bebas, adil, dapat dipercaya dan melibatkan semua pihak