Penerapan Hukum II Termodinamika- Hukum
I termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal, tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Berdasarkan teori ini, Anda dapat
mengubah energi kalor ke bentuk lain sesuka Anda asalkan memenuhi hukum
kekekalan energi. Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat
diubah sekehendak Anda. Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi
dari suatu ketinggian tertentu. Pada saat bola besi jatuh, energi
potensialnya berubah menjadi energi kinetik. Saat bola besi menumbuk
tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah menjadi energi panas dan
sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi. Sekarang, jika prosesnya
Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga memiliki energi panas
sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah, mungkinkah energi
ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah menjadi
energi potensial sehingga bola besi dapat naik? Peristiwa ini tidak
mungkin terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh sekalipun.
Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya dapat
berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik. Proses yang tidak
dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel.
Peristiwa di atas mengilhami terbentuknya hukum II termidinamika. Hukum II termodinamika
membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat
terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara
lain, hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: “Kalor
mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”; hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor: “Tidak
mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya
menjadi usaha luar”; hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel terjadi”.
Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
- Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
- Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
- Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel (Clausius).
a. Pengertian Entropi
Dalam menyatakan Hukum Kedua Termodinamika ini, Clausius memperkenalkan besaran baru yang disebut entropi (S). Entropi
adalah besaran yang menyatakan banyaknya energi atau kalor yang tidak
dapat diubah menjadi usaha. Ketika suatu sistem menyerap sejumlah kalor Q
dari reservoir yang memiliki temperatur mutlak, entropi sistem
tersebut akan meningkat dan entropi reservoirnya akan menurun sehingga
perubahan entropi sistem dapat dinyatakan dengan persamaan
ΔS = Q/T
tersebut berlaku pada sistem yang mengalami siklus reversibel dan besarnya perubahan entropi (ΔS)
hanya bergantung pada keadaan akhir dan keadaan awal sistem. Ciri
proses reversibel adalah perubahan total entropi ( ΔS = 0) baik bagi
sistem maupun lingkungannya. Pada proses irreversibel perubahan entropi
semesta ΔSsemestea > 0 . Proses irreversibel selalu menaikkan entropi semesta.
ΔSsistem + ΔSlingkungan = ΔSseluruhnya > 0
Contoh soal
Gambar di dibawah menunjukkan bahwa 1.200 J kalor mengalir secara spontan dari reservoir panas bersuhu
600 K ke reservoir dingin bersuhu 300 K. Tentukanlah jumlah entropi
dari sistem tersebut. Anggap tidak ada perubahan lain yang terjadi.
Jawab
Diketahui Q = 1.200 J, T1 = 600 K, dan T2 = 300 K.
Perubahan entropi reservoir panas:
ΔS1 = Q1/T1 = -1.200J/600K = -2J/K
Perubahan entropi reservoir dingin:
ΔS2 = Q2/T2 = 1.200J/300K = 4J/K
Total perubahan entropi total adalah jumlah aljabar perubahan entropi setiap reservoir:
ΔSsistem = ΔS1 + ΔS2 = –2 J/K + 4 J/K = +2 J/K
b. Mesin Pendingin
Mesin yang menyerap kalor dari suhu rendah dan mengalirkannya pada suhu tinggi dinamakan mesin pendingin
(refrigerator). Misalnya pendingin rungan (AC) dan almari es (kulkas).
Perhatikan Gambar 9.9! Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian
diberikan pada suhu tinggi T1. Berdasarkan hukum II termodinamika, kalor
yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah kalor
yang diserap (Q1 = Q2 + W)
Hasil bagi antara kalor yang masuk (Q1) dengan usaha yang diperlukan (W) dinamakan koefisien daya guna (performansi) yang diberi simbol Kp.
Secara umum, kulkas dan pendingin ruangan memiliki koefisien daya guna
dalam jangkauan 2 sampai 6. Makin tinggi nilai Kp, makin baik kerja
mesin tersebut.
Kp = Q2 /W
Untuk gas ideal berlaku:
Kp = (Q2/Q1-Q2) = (T2/T1-T2)
Keterangan
Kp : koefisien daya guna
Q1 : kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi (J)
Q2 : kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah (J)
W : usaha yang diperlukan (J)
T1 : suhu reservoir suhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir suhu rendah (K)
Contoh Soal
Mesin pendingin ruangan memiliki daya 500 watt. Jika suhu ruang -3 oC dan suhu udara luar 27 oC, berapakah kalor maksimum yang diserap mesin pendingin selama 10 menit? (efisiensi mesin ideal).
Penyelesaian:
Diketahui: P = 600 watt (usaha 500 J tiap 1 sekon)
T1 = 27 oC = 27+ 273 = 300 K
T2 = -3 oC = -3 + 273 = 270 K
Ditanya: Q2 = … ? (t = 10 sekon)
Jawab:
Kp = T2/(T1-T2)
Q2/W = T2/(T1-T2)
Q2 = T2/(T1-T2)W = (270)(300-270)(500)=4.500J (tiap satu sekon)
Dalam waktu 10 menit = 600s
Q2=4.500 x 600 = 2,7×106 J