Tak secerah tahun-tahun sebelumnya. Daya tarik jejaring sosial, khususnya facebook dan twitter, agaknya telah membuat kompleks blogosphere sepi. Tak sedikit blogger yang mengalihkan perhatiannya ke aktivitas micro-blogging. Mereka sibuk meng-update status di jejaring sosial, sementara blognya dibiarkan merana, tak terurus.
Saya tidak hendak mengatakan bahwa jejaring sosial telah menjadi “pembunuh” buat blog. Kalau toh banyak blogger yang mengalihkan aktivitas ke jejaring sosial, itu juga soal pilihan. Mau “istiqomah” ngeblog atau tenggelam di tengah riuhnya aktivitas berjejaring sosial juga tak ada yang berhak melarangnya. Toh antara blog dan jejaring sosial tidak harus dipertentangkan secara vis a vis, tetapi bisa disandingkan ibarat rumah dan ruang publik. Blog ibarat rumah, tempat menyimpan pemikiran-pemikiran kreatif penghuninya, sedangkan jejaring sosial ibarat ruang publik, tempat bersosialisasi dan memperkenalkan pemikiran-pemikiran kreatif seorang blogger ke ranah yang lebih luas.
Kalau pada akhirnya pemikiran-pemikiran kreatif itu tak tersimpan di “rumah” pribadinya dan cenderung lebih suka “mengobralnya” di ruang publik, pelan tapi pasti, pemikiran-pemikiran kreatif itu akan gampang musnah dan tenggelam di balik riuhnya jejaring sosial. Akibatnya, pemikiran-pemikiran kreatif yang amat mahal harganya itu hanya –meminjam bahasa Chairil Anwar— sekali berarti sesudah itu mati.
Secara jujur mesti diakui, semakin tenggelam ke dalam aktivitas berjejaring sosial, seringkali membuat kita lupa “pulang”, kecuali buat sahabat-sahabat blogger yang memiliki stamina serba-ekstra. Tetap eksis ngeblog, tetapi juga menunjukkan aktivitas berjejaring sosial yang luar biasa. Namun, entah sampai kapan stamina serba-ekstra itu bisa terus bertahan?
Pertanyaan ini memang bukan hal yang terlalu penting untuk dijawab. Sekali lagi, ini soal pilihan. Meski demikian, secara pribadi saya sangat berharap sahabat-sahabat blogger kembali ke “rumah”-nya. Bukankah jejaring sosial, entah itu facebook, twitter, atau google+, masih bisa dijadikan sebagai ruang yang tepat untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan postingan-postingan kita? Dalam soal pergulatan pikir dan rasa, blog agaknya masih tetap belum terkalahkan fungsinya sebagai rumah yang nyaman untuk mendulang dan mengolah pemikiran-pemikiran kreatif hingga kelak menjadi semacam “perpustakaan” virtual yang lebih “mengabadi”. Semoga 2013 bukan menjadi tahun kelabu buat blog