Sekitar 150 hektare areal hutan tanaman industri (HTI) di Gorontalo Utara, terbakar sehingga pohon jabon dan sengon hangus, sementara kerugian ditaksir mencapai miliar rupiah.
Humas Perusahaan Gema Nusantara Jaya (GNJ) sebagai Penanggungjawab Program Penanaman dan Pengelolaan HTI, Rudi Hartono Uno, Senin di Gorontalo mengatakan, pihaknya menyesalkan peristiwa tersebut sebab menghanguskan ratusan pohon tegakan jenis sengon dan jabon yang rata-rata sudah berdiameter d iatas 10 milimeter.
Kebakaran yang berawal dari petak 60 Desa Huidu Melito dan Molantadu, Kecamatan Tomilito, sudah merembet ke wilayah Kecamatan Gentuma dan Atinggola.
"Hal yang kami sangat sesalkan, tidak ada upaya Pemerintah Daerah membantu pihak perusahaan untuk memadamkan api maupun menggelar sosialisasi kepada masyarakat terkait pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar," ujar Rudi.
Pihaknya pun terus berupaya melakukan pemadaman api agar tidak menyebar ke permukiman warga atau ke wilayah Markas Satuan Radar Kwandang di Kecamatan Tomilito.
Program HTI di kabupaten ini sudah berjalan selama dua tahun, menjangkau hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Ponelo Kepulauan.
Target penanaman di luasan 6 ribu hektare per tahun, dilakukan pihak perusahaan yang juga berencana akan membangun pabrik pengolahan di daerah ini.
Rudi berharap pemerintah daerah segera menyikapi kebakaran hutan yang sudah menghanguskan sekitar 150 hektare lahan miliknya.
Pihaknya memprediksi kata Rudi, kebakaran hutan dipicu akibat pembakaran pembukaan areal perkebunan yang dilakukan warga setempat.
Mengingat budaya di daerah ini saat mendekati musim tanam, masyarakat membuka areal perkebunan dengan cara membakar.
"Kami sangat berharap, agar Pemerintah Daerah mengambil langkah tegas terhadap aksi pembakaran lahan yang sangat merugikan pihaknya dalam menjalankan program investasi tersebut," ujarnya.
Sosialisasi terkait pelarangan membuka areal perkebunan dengan cara membakar, penting dilakukan pemerintah daerah, kata Rudi, apalagi saat ini musim kemarau sedang melanda bahkan diprediksi akan terjadi hingga bulan Desember.
Rudi mengatakani belum ada upaya Pemerintah Daerah membantu pemadaman api yang terus menjalar, namun pihaknya terus berupaya mengendalikan api dengan peralatan sederhana.
Humas Perusahaan Gema Nusantara Jaya (GNJ) sebagai Penanggungjawab Program Penanaman dan Pengelolaan HTI, Rudi Hartono Uno, Senin di Gorontalo mengatakan, pihaknya menyesalkan peristiwa tersebut sebab menghanguskan ratusan pohon tegakan jenis sengon dan jabon yang rata-rata sudah berdiameter d iatas 10 milimeter.
Kebakaran yang berawal dari petak 60 Desa Huidu Melito dan Molantadu, Kecamatan Tomilito, sudah merembet ke wilayah Kecamatan Gentuma dan Atinggola.
"Hal yang kami sangat sesalkan, tidak ada upaya Pemerintah Daerah membantu pihak perusahaan untuk memadamkan api maupun menggelar sosialisasi kepada masyarakat terkait pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar," ujar Rudi.
Pihaknya pun terus berupaya melakukan pemadaman api agar tidak menyebar ke permukiman warga atau ke wilayah Markas Satuan Radar Kwandang di Kecamatan Tomilito.
Program HTI di kabupaten ini sudah berjalan selama dua tahun, menjangkau hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Ponelo Kepulauan.
Target penanaman di luasan 6 ribu hektare per tahun, dilakukan pihak perusahaan yang juga berencana akan membangun pabrik pengolahan di daerah ini.
Rudi berharap pemerintah daerah segera menyikapi kebakaran hutan yang sudah menghanguskan sekitar 150 hektare lahan miliknya.
Pihaknya memprediksi kata Rudi, kebakaran hutan dipicu akibat pembakaran pembukaan areal perkebunan yang dilakukan warga setempat.
Mengingat budaya di daerah ini saat mendekati musim tanam, masyarakat membuka areal perkebunan dengan cara membakar.
"Kami sangat berharap, agar Pemerintah Daerah mengambil langkah tegas terhadap aksi pembakaran lahan yang sangat merugikan pihaknya dalam menjalankan program investasi tersebut," ujarnya.
Sosialisasi terkait pelarangan membuka areal perkebunan dengan cara membakar, penting dilakukan pemerintah daerah, kata Rudi, apalagi saat ini musim kemarau sedang melanda bahkan diprediksi akan terjadi hingga bulan Desember.
Rudi mengatakani belum ada upaya Pemerintah Daerah membantu pemadaman api yang terus menjalar, namun pihaknya terus berupaya mengendalikan api dengan peralatan sederhana.