Aksi yang dipertontonkan tim Bareskrim Polri menangani kasus yang disangkakan terhadap Bupati Barru Andi Idris Syukur jelang momentum pilkada dinilai sangat berlebihan. Anggota Forum Dosen Makassar, Firdaus Muhammad menyatakan, penggeledahan yang dilakukan tim Bareskrim selama dua hari terakhir memaksa kesan politisasinya sulit terhindarkan.
“Kesan politisasi sulit terhindarkan terkait masa penetapan tersangka hingga penggeladahan bertepatan yang bersangkutan, Idris Syukur ikut kontestasi politik,” ujar Firdaus di Makassar, Rabu 29 Juli.
Terlepas cara itu diatur sesuai prosedur di kepolisian, tapi tetap untuk ukuran kasus yang menimpa Idris penanganannya berlebihan. “Hal itu menjadi tindakan berlebihan,” katanya. Meski demikian, kasus yang menimpa Idris bisa saja justru menuai simpatik masyarakat, khususnya kalau kasus itu dinilai ada kesan dipaksakan.
“Sangat tergantung pada strategi politiknya. Kalau mencitrakan diri terzalimi justru bisa dapat empati masyarakat,” imbuhnya.
Penggeledahan ruangan kerja Andi Idris Syukur yang dilanjutkan penggeledahan ke seorang kerabat dekat Idris di Jalan Bau Mangga, Makassar menuai protes. Cara yang ditunjukkan tim Bareskrim Polri itu, terkesan tidak lasim untuk kasus yang dialamatkan ke Idris Syukur. Selain hanya sehari setelah pendaftaran calon bupati-wakil bupati, juga pengerahan kendaraan tempur, seperti Barracuda dan pasukan Tim Gegana.
Padahal pengerahan Barracuda, biasanya dilakukan institusi kepolisian saat mengantisipasi huru-hara, atau kerusuhan. Begitu juga Tim Gegana, kadang difungsikan ketika ada bentrokan dan kasus penggrebekan teroris.