"Ibu Ainun itu imtak dan saya iptek," kata BJ Habibiei kepada penulis. Jumat 28 Mei 20120, di kediaman Jalan Patra, Kuningan, Jakarta. BJ Habibie mengenang almarhumah istrinya, Hasri Ainun Habibie. Jika ia sedang bekerja sepanjang malam di rumah, di kamar lain, Ainun selalu terdengar mengalunkan suaranya yang lirih membaca Alquran. Bayangkan, hal inisudah berlangsung bertahun-tahun dan kini semua itu sudah tidak ada lagi. "Saya bisa melupakannya sejenak jika ada kalian yang saya ajak berbicara. Begitu pula jika saya sedang berada di depan komputer saya. Tetapi, jika semuanya sudah pergi dan saya matikan komputer, saya tidak menemui siapa-siapa lagi."Ainun memang seorang Muslimah yang taat. Menurut Ali Hanafiah, imam pengajian rutin untuk ibu-ibu yang diprakarsai oleh Ibu Ainun di Patra Kuningan, setiap bulan Ibu Ainun bisa satu kali khatam Alquran. Jika sedang berada di Jakarta, ia juga tidak pernah absen hadir dalam pengajian yang pesertanya terdiri atas berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari mantan istri pejabat tinggi sampai rakyat biasa, tanpa membedakan kedudukan.
Beberapa hal yang membuat BJ Habibie sangat kehilangan dengan wafatnya Ainun adalah Ainun telah memberikan segala pengorbanan, dedikasinya, dan kasih sayangnya kepada suami dan keluarga. "Tidak mungkin segala pekerjaan berat yang pernah diemban berjalan dengan baik, tanpa dukungan Ainun," kata BJ Habibie suatu ketika mengomentari pengabdian Ainun kepadanya.
Sehari-hari, ia juga bisa merasakan kehangatan dan perhatian penuh sang istri kepadanya. Jika berada di rumah dan sibuk bekerja, terkadang ia lupa meminum obatnya. Istrinyalah yang dengan tekun selalu membawaobat-obatan itu untuk diminum. Jika ia masih saja sibuk dan belum bisa diganggu, Ainun kembali lagi membawa obat itu. Kembali dan kembali lagi tanpa bosan, sampai akhirnya obat itu dia minum.
Sekali waktu, istrinya rupanya tidak sabar. Ia marah-marah dan meninggalkan obat itu di depan suaminya. Ainun masuk kamar dan mengun-cinya. BJ Habibie yang sudah selesai bekerja pada larut malam tidak bisa masuk kamar dan mengetuk pintu berkali-kali. Akhirnya, pintu terbuka juga. Keesokan harinya, Habibie meminta maaf kepada Ainun. Spontan, Ainun, istrinya, dengan tulus memafkannya.
Bekerja sampai larut malam di kamar kerjanya menjadi kebiasaan BJ Habibie. Apalagi, ketika hari-hari pertama Reformasi dan pengalihan kekuasaan Pak Harto kepadanya. Istrinya itulah yang selalu mengingatkannya untuk istirahat. Ketika tekanan politik gencar diarahkan kepada suaminya dan hujatan politisi datang dari berbagai arah disiarkan media, Ainun dengan tegar membaca dan mefldengarkannya. Ia juga tidak ragu-ragu dan takut mendampingi suaminya meninjau bekas tempat kerusuhan yang baru saja melanda Jakarta. Padahal, keamanan belum pulih, sementara asap dari gedung dan toko yang dijarah masih tampak mengepul.
Bukan sekadar pendamping Tidak hanya setia mendampingi sang suami, Ainun dikenal pula sebagai sosok yang sangat peduli kepada masyarakat. Rasa peduli itu yang terlihat ketika Ainun menjadi ketua Dewan Pengurus Yayasan Amal Abdai Beasiswa-Orang Tua Bimbingan Terpadu (YAAB-ORBIT). Yayasan ini didirikan tahun 1995 untuk mengggalang partisipasi masyarakat agar meningkatkan kualitas SDM.
Ainun juga menjadi ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra (PPMTI) yang didirikannya bersama sejumlah mantan istri pejabat dan koleganya. Tujuan lembaga ini, antara lain, mengumpulkan pendonor mata sukarela seandainya pemiliknya sudah wafat untuk disumbangkan bagi kaum tunanetra. Ainun sendiri mencatatkan diri sebagai pendonor. Sa-yang almarhumah meninggal jauh dari Tanah Air dan tidak ada persiapan medis mewujudkan niat mulianya mendonorkan matanya terhadap sesama manusia yang memerlukan.
Keteladanan yang bisa dipetik dari suami-istri ini adalah keteladanan seorang tua kepada anak-anaknya. Lebih jauh dari itu, juga keteladanan seorang istri yang mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk keluarga dan karier suaminya. Karier dan tugas yang diemban suaminya tidaklah kecil. Karena, suaminya telah berhasil mengantar periode sulit bangsa ini menuju negara demokratis-dengan damai. Tugas istri yang sangat disadarinya adalah untuk selalu mendorong suaminya dan memberi semangat. BJ Habibie mengakui bahwa di balik semua tugas berat yang diembannya, berdiri sosok seorang istri. "Istri saya sudah memberikan saya ketenangan dan harmoni hidup sehingga saya bisa berkonsentrasi pada pekerjaan dantugas saya. Istri saya bukan sekadar pendamping, tetapi juga sebagai mitra, kamerad, kawan karib, penasihat, sekaligus pemberi ilham. Saya bersyukur, memang kami dipertemukan oleh Allah, dua insan yang memang dijodohkan. Sering saya berkata kepada istri saya bahwa kamu dilahirkan untuk saya dan saya untuk kamu. Itu saya rasakan dalam seluruh hidup saya," kata BJ Habibie suatu waktu kepada penulis.
Seharusnya, belumlah pada waktunya mereka harus berpisah karena mereka saling mencintai dan membutuhkan satu sama lain, tetapi ternyata tidak demikian yang terjadi. "Semua itu sudah menjadi kehendak Allah," kata BJ Habibie dengan suara tertahan.
Kehidupan itu tidak bisa diduga dan ajal kematian tidak diketahui. Semoga Ibu Ainun berdiri di sana dengan tersenyum karena Allah telah menerima semua amal ibadahnya di dunia. Amin ya rabbal alamin.