Menurut pengamat pendidikan dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Prof. Dr. Wuryadi, Ki Hadjar Dewantara, mensyaratkan tiga unsur utama dalam menciptakan kepribadian dan karakter siswa yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
“Sekolah saat ini cenderung mengedepankan konsep pengajaran bukan pendidikan, belajar di sekolah sekarang seolah hanya mencerdaskan kehidupan pikiran,” kata Wuryadi, seperti dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (26/12/2014).
Wuryadi menilai, pendidikan kepribadian dan karakter harus dimulai dari keluarga dan didukung oleh masyarakat. “Konsep pendidikan rakyat ini perlu dikedepankan dalam mendorong kemajuan pendidikan bangsa,” imbuhnya.
Pendapat Wuryadi mengemuka dalam diskusi bertajuk “Skenario Indonesia 2045″ di kampus UGM. Selain soal prioritas pendidikan keluarga dan masyarakat, diskusi itu juga membahas pentingnya negara meningkatkan jenjang pendidikan generasi muda.
Sebab, menurut Guru Besar Studi Kependudukan Fisipol UGM Prof. Dr. Tadjudin Nur Effendi, semakin tinggi tingkat pendidikan anak muda Indonesia, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia pun diharapkan dapat menurun dalam 20 hingga 30 tahun mendatang.
Tadjudin menambahkan, pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan bonus demografi dan kelebihan tenaga kerja produktif tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bahkan, dia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 9-10 persen per tahun jika memanfaatkan bonus demografi dengan baik.
“Hal ini pernah dilakukan Korea dan Jepang pada 1970-an. Jika tidak, maka tenaga kerja produktif Indonesia akan dipakai negara lain seperti Malaysia dan Timur Tengah,” imbuhnya