Adab itu masih berada di atas ilmu (al-Adabu fauq al-Ilmi) Kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila kedua dari Pancasila). Di mana lagi bisa kita temukan guru yang dicintai muridnya. Hanya dengan pandangan matanya saja sang murid sudah mencari-cari apa salahnya. Suara teguran sang guru bagai halilintar yang menggetarkan jantung murid karena wibawanya.
Di mana lagi kita jumpai sang guru yang sibuk berdoa di malam hari sampai menangis agar si murid berhasil. Guru yang menyayangi dan mendedikasikan hidupnya untuk si murid agar kelak menjadi manusia berguna. Di mana lagi kita dengar ada murid yang menangis jika mengenang dan menceritakan gurunya karena ingat akan jasa-jasanya?
Jika hal itu masih anda jumpai, maka sungguh sebuah hubungan emosional dan spritual yang dalam antara murid dengan guru. Hasil pendidikan seperti itu akan melahirkan manusia beradab yang menjadi agen perobahan di manapun dia berada (Khalifah fi al-Ardhi/ agent of change). Namun jika hal itu tidak dijumpai lagi, atau sudah jarang ditemukan, maka artinya pendidikan kita telah gagal dalam memposisikan adab dalam sistemnya.
Untuk itu perlu dilakukan restrukturisasi sistem pendidikan. Tujuan pendidikan kita hanya dititik beratkan kepada capaian angka dan ranah kognitif. Perhatian kita hanya membentuk kecerdasan akal semata. Karakter dan adab hanyalah nilai sampingan dan selingan saja. Kelulusan pendidikan tidaklah didasarkan kepada adab, tapi penguasaan akan kurikulum.
Dan kurikulum tersebut berorientasi duniawi dan materi belaka. Dia hanya mengejar harga, bukan nilai. Sungguh timpang dan pincang. Kita menganggap sudah berhasil dalam mendidik murid jika dia di kemudian hari menjadi pejabat dan pengusaha besar. Namun, Kita tidak peduli walau dia menjadi koruptor dan penipu ulung. Lagi-lagi, membuktikan kalau adab telah hilang dari standar dan evaluasi pendidikan kita.
Istilah adab adalah terminologi yang lebih luas daripada istilah karakter, moral dan etika. Terkadang, kita terlalu minder dan latah untuk mengikuti kata-kata asing yang secara substansi akan dapat menggerus akar budaya sendiri. Karena itu, menurut kami, penting untuk membumikan bahasa-bahasa asli budaya kita dalam dunia pendidikan.
Karena bahasa menunjukkan bangsa. Lebih dari itu, kesetiaan kepada bahasa sendiri merupakan cerminan kepercayaan diri dan berdaulat dalam kultur. Para pendiri bangsa kita dahulu menyadari betul urgensitas adab ini dalam pembangunan bangsa. Terbukti dengan adanya sila kedua dalam pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Urgensi adab dalam pendidikan
Sangat mendesak dan sangat penting untuk memposisikan adab dalam strultur pendidikan kita. Jika tidak, maka pendidikan kita hanya akan melahirkan manusia cerdas yang makin beringas. Tanpa adab, Pendidikan kita hanya akan memproduksi manusia ahli yang menjahili. Tanpa adab, pendidikan kita hanya meluluskan para pakar yang kerjanya hanya merusak dan membongkar.
Mereka akan selalu berupaya untuk membongkar budaya, membongkat kedamaian, dan membongkar agama. Itu pasti. Inilah penomena riil hari ini.
Sampai sekarang, posisi adab dalam sistem pendidikan kita masih belum jelas. Padahal idealnya UU Sisdiknas mencantumkan adab sebagai proses dan evaluasi serta kelulusan peserta didik. Sehinga murid yang tidak beradab tidak akan lulus.
Sampai sekarang, posisi adab dalam sistem pendidikan kita masih belum jelas. Padahal idealnya UU Sisdiknas mencantumkan adab sebagai proses dan evaluasi serta kelulusan peserta didik. Sehinga murid yang tidak beradab tidak akan lulus.
Kapan murid diluluskan? Diluluskan hanya setelah simurid betul-betul beradab sesuai dengan tahapannya. Jika dilihat dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, maka adab itu hanya persoalan kecil saja. Padahal bangsa yang beradab, manusia yang beradab hanya akan dicapai dengan pendidikan yang beradab. Pendidikan berkarakter saja belum cukup. Adab ini musti dimasukkan ke dalam sistem, struktur serta pondasi pendidikan yang permanen.
Kebutuhan kepada pendidik yang jadi teladan
Nah, tentu kita makin butuh kepada sang pendidik yang beradab. Sebab bagaimanapun keteladanan dari guru itu penting sekali. Aturan dan regulasi mengenai guru dan murid yang beradab hanya akan lahir dari UU dan sistem yang beradab. Sedangkan sistem dan peraturan yang beradab itu keluar dari anggota DPR yang beradab. Di sini akan terlihat mata rantai panjang dan melingkar. Itulah yang kita maksud dengan reposisi adab ke dalam konstitusi.
Karena bagaimanapun konstitusi hanya sebuah kesepakatan para elit. Maka jika elitnya mau dan memiliki politikal will dan good will maka pendidikan kita dapat menjadi lebih beradab ke depannya.
Apa itu adab?
Adab merupakan capaian puncak dari semua proses pendidikan. Manusia beradab adalah manusia yang menjadi pemimpin dunia yang dimanapun dia berada akan membawa cahaya, pencerdasan dan pencerahan. Negara-negara maju dunia tidak dinamakan beradab jika mereka hanya menjajah negara lain secara kasar ataupun halus. Jika bangsa itu beradab, maka mereka tidak akan melakukan imperialisme ekonomi, politik, militer dan budaya.
Para ilmuan dan pakar telah merumuskan kalau adab berada di atas ilmu. Bagaimanapun kecerdasan seseorang, namun jika tidak membuatnya makin beradab maka artinya sama dengan tidak berguna. Kata ‘Adab’ jangan Cuma diartikan sebagai sopan santun, keramahan, atau kehalusan budi bahasa saja. Bukan. Itu hanyalah bagian kecil dari adab.
Adab sesungguhnya adalah semua hal yang membuat diri dan orang lain makin bermanfaat dan berguna. Adab itu nilai, bukan hanya persoalan harga. Seorang yang menjadi pejabat berarti dia berharga. Namun nilainya ditentukan oleh perilaku dan kinerjanya.
Dari mana adat dibangun?
Adab pasti dibangun di atas agama. Karena filosof jerman, Immanuel kant mengatakan bahwa moral, norma dan etika dibangun di atas agama. Tanpa agama maka tidak ada norma, tidak akan ada moral dan etika. Maka semua makna adab itu adalah semua makna yang ada dalam agama. Berarti, makin terinternalisasinya nilai agama pada diri seseorang, maka dia akan makin beradab.
Konsekuensinya, penguatan dan pendalaman pendidikan agama dalam semua jenis pendidikan umum dan agama adalah sebuah kemustian. Karena dengan hal itulah akan dapat melahirkan lulusan yang beradab. Ilmuan yang beradab maka dia akan menghasilkan produk yang berdaya guna bagi kemanusiaan. Sedangkan ilmuan yang tidak beradab, maka dia akan membawa petaka dan kehancuran.
Ketika pengayaan uranium berada di tangan ilmuan beradab, dia akan memproduks nuklir untuk tujuan damai dan tujuan kemanusiaan. Namun jika berada di tangan ilmuan jahat, maka dia akan gunakan membuat senjata pemusnah massal yang aka menghancurkan pepulasi manusia di dunia dan alam sekitarnya. Karena jika hanya sain dan teknologi semata maka dia bersifat netral.
Dia bisa digunakan untuk kebaikan dan bisa juga untuk sebaliknya. Maka ilmuan yang beradablah yang dapat menjadikan sain dan tekologi tersebut menjadi berdaya guna bagi peradaban kemanusiaan di dunia.
Dunia pendidikan kita mengalami degradasi adab
Dunia pendidikan kita hari ini sudah kehilangan adab secara umum. Mulai dai adab dalam arti sederhana, seperti akhlak, sopan santun etika dan sebagainya. Sampai kepada adab dalam makna luas, semisal perilaku, proses da cara menggunakan hasil karya. Perilaku korupsi, kasar, manipulatif, mementingkan diri dan kelompok sendiri adalah dampak dari krisis adab dalam diri sipelaku.
Dan tentunya, para pelaku tersebut adalah hasil didikan yang kurang beradab. Sebagiannya, karena ketiadaan teladan dalam masa pendidikannya. Hubungan antara peserta didik dengan pendidik sudah teramat riskan dan memperihatinkan. Jika dahulu sang guru sangat dihargai dan dihormati, maka sekarang guru hanya dianggap manusia biasa dan diperlakukan biasa saja.
Kita sulit menjumpai anak didik yang meradab kepada gurunya. Mulai dari bertegur sapa ketika jumpa, mengucap salam sambil cium tangan. Tidak melintas dihadapan guru. Bahkan membantu beberapa pekerjaan guru. Mengunjungi sang guru pada hari –hari tertentu semisal hari raya dan sebagainya. Hal-hal tersebut sudah hampir hilang dan punah di zaman kontemporer ini.
Kenapa bangsa ini sudah lebih setengah abad merdeka, namun belum juga mampu makin meningkatkan adab dalam pendidikannya? Karena tesisnya begini. Jika pendidikan kita beradab maka pasti akan melahirkan manusia beradab. Dan kelak mereka akan menjadikan bangsa ini beradab juga. Posisi Adab dalam pendidikan umum dan madrasah perlu dibenahi. Namun tentunya, perilaku dan sikap mengkultuskan guru harus dihindari.
Guru harus diperlakukan seperti orang tua. Jika ayah ibu adalah orang tua secara biologis yang memberi nafkah lahir, maka guru adalah bapak jiwa atau Abu ar-Ruh. Durhaka kepada ayah ibu akan membuat hidup sengsara di dunia dan akhirat. Demikian juga durhaka kepada guru akan membuat hidup tak berarah dan tak berkah.
Mengenai hubungan antar murid dan guru bisa dijumpai dalam kitab Tulisan Imam Zarnuji yang berjudul Ta’lim muta’allim. Kemudian dikomentari oleh KH. Hasyim Asyari dalam bukunya Adab alim wa muta’allim fi at-ta’lim. Memangada kesan sufi didalam kedua kitab tersebut. Namun banyak yang perlu diambil sebagai rujukandalam membangun adab dalam pendidikan kita mengenai penataan hubungan antara murid dengan guru.
Cuplikan adab antara sahabat dengan nabi Muhammad saw
Tapi jangan lupa, para sahabat nabi berhasil menjadi peserta didik yang super dikarenakan adab mereka kepada nabi. Dalam beberapa literatur dijelaskan, kalau nabi bicara para sahabat akan tunduk mendengarkan seperti tengkuknya dihingapi burung. Jika nabi berwudhuk, maka sahabat rebutan mengambil air dan berebut sisa air basuhan wudhuk nabi.
Para sahabat tidak berani mengangkat suara di majelis nabi.para sahabat juga diperintahkan Tuhan untuk menghormati keluarga nabi (ahlu bait). Itu adalah bagian dari adab dalam pendidikan. Sebaliknya, nabi akan memperhatikan sahabat yang tidak ikut sholat. Nabi akan mencari tahu keadaan sahabatnya tersebut. Jia karena sakit maka nabi kunjungi dan upayakan obatnya.
Jika karena ekonomi, maka nabi akan carikan solusinya. Itulah guru yang penyayang. Sang pendidik sejati. Inilah sebuah inspirasi dari sistem pendidikan yang harus dibangun. Dari cuplikan-cuplikan kisah nabi dan sahabat di atas kita dapat mencoba mengembangkan sistem pendidikan yang beradab dengan sentuhan modernisme.
Bukankah pancasila meng-amanahkan adab? Di samping kita menggalakkan pendidikan berkarakter, maka perlu pula kajian komprehensif untuk mewujudkan sistem pendidikan beradab