SEJENAK jika kita mengenang ‘Demi Masa’ tentu akan terbesit dengan salah satu surat di Al-Qur’an yakni surat Al ‘Ashr (Wal Ashri).
Betapa dahsyat surat tersebut jika dalam setiap waktu kita bisa merenungi dari 3 ayat pendek tersebut, mungkin dari sejak kecil kita pun sudah terbiasa untuk menghafalnya yang termasuk bagian dari surat-surat pendek.
Pun demikian banyak dari kehidupan kita ini melewati yang namanya waktu (masa), seiring berganti tahun baru Hijriyah beberapa waktu lalu kita pun banyak yang melewati untuk mensyukurinya terlebih pada momen 10 Muharram yang sangat sarat dengan sejarah.
“Bergantinya hari, bulan, dan tahun tentu membuat umur kita pun semakin berkurang serta ini menjadi pertanda bahwa alam dunia pun akan semakin dekat untuk kita tinggalkan dan kelak kita siap memasuki alam kubur,” begitulah seuntai kata dari sang khatib saat khutbah Jum’at (9/12) kemarin.
Banyak hal yang disampaikan khatib pada khutbah kali itu menjadi iktibar dan pelajaran, namun ada satu hal yang paling saya ingat yakni penuturan surat Al ‘Ashar di atas.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Begitulah arti dari surat Al ‘Ashr, namun mari kita lihat secara seksama terjemahan surat di atas karena jika benar apa yang kita lewati saat sia-sia sungguh kita benar-benar telah merugi dalam hidup ini.
Namun, ada empat kriteria manusia yang tidak merugi dari penjelasan ayat tersebut dan ini secara garis besar terlihat pada ilustrasi/gambar di atas dimana tertulis; Beriman, Beramal Shaleh, Kebenaran, dan Kesabaran.
Pertama, disebut dengan Beriman karena ini adalah hal pokok manusia hidup yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka wajiblah baginya untuk beriman kepada Allah. Iman pun bukan datang begitu saja, melainkan dibarengi dengan ilmu. Seperti yang tersurat dalam hadis “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Maka dari itu sudah sepatutnya untuk setiap muslim menuntut ilmu, belajar tentang akidah, ibadah, muamalah dan lainnya. Dalam firman Allah SWT, “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Quran itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy Syuura: 52). Sehingga kita bisa menjadi orang yang tidak merugi selamanya.
Kedua, Beramal shaleh ini adalah bagian yang dari mempelajari ilmu. Dimana ilmu yang ada diamalkan, sehingga menjadi amal shaleh dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).
Ketiga, Adapun kebenaran dalam hal ini adalah mengatakan yang hak (amar makruf nahi mungkar). Mungkin ini juga sering disebut dengan ajaran atau mengajarkan sesama dalam hal berdakwah. Menyampaikan setiap petunjuk dari apa yang telah Allah sampaikan kepada Malaikat lalu kepada Nabi dan Rasul-NYA.
Allah SWT berfirman dalam surat Fushshilat ayat 33 yang artinya “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
Dan Rasul pun pernah bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari). Maka, bukanlah hal sepele jika kita telah memiliki sedikit ilmu petunjuk yang benar dari Allah, dengan seyogyanya kita sampaikan pada saudara-saudara kita walaupun itu satu perumpaan satu huruf atau ayat yang kita tahu.
Keempat, Lalu yang terakhir adalah kesabaran dimana ini menjadi kata yang mudah diucapakan namun pada hakikatnya banyak orang yang mengatakan kesabaran mempunyai batas, sungguh menjadi miris saat kita lihat dewasa ini. Dimana sabar menjadi salah satu kriteria bahwa kita bisa menjadi orang-orang yang tidak merugi jika mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka”. (QS. Al-An’am : 34)
Terakhir, mengutip dari Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah pernah berkata, “Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar”. (Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934)
Semoga petuah singkat untuk menjadi orang-orang beruntung di dunia dan akhirat ini menjadi bagian pengingat kita semua, kelak kita mohon taufiq dan hidayah-NYA agar terus membimbing kita menjadi hamba-hamba yang tidak merugi sepanjang massa.