Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menganggap "perjodohan" Gerindra dengan PAN memang harus segera diresmikan. Mengingat kedua partai tersebut belum memiliki kepastian di pemilihan presiden mendatang.
Hanya Jokowi yang sudah memegang "boarding pass" karena suara PDIP, Nasdem, PKPI dan PKB sudah melebihi dari cukup untuk persyaratan suara gabungan parpol guna pengajuan pasangan capres-cawapres.
"Gerindra harus antisipasi kekecewaan jika nantinya Hatta Rajasa yang akan diumumkan secara resmi sebagai pendamping Prabowo. Anies Matta, Hidayat Nur Wahid sebagai tiga kandidat terunggul di pemilahan raya PKS atau Aburizal Bakrie dari Golkar tentu akan galau setengah mati karena gagal menjadi cawapres," kata Ari Junaedi, Jumat (5/9/2014).
Kekecewaan terbesar pasti terjadi di Golkar karena raihan suaranya di pemilu legeslatif lebih besar daripada Gerindradan Ical sudah rela menurunkan pangkatnya dari capres menjadi cawapres. Akan tetapi, ujar Ari, urung ditasbihkan sebagai cawapres koalisi yang dibangun Prabowo.
Menurut pengajar program pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini, motivasi PAN, PKS dan Golkar dengan merapat ke Gerindratidak lain dan tidak bukan karena "cinta tertolak" dari Jokowi.
"Dari amatan saya, Golkar sejak awal membangun sikap tetap keukeuh mengajukan Ical sebagai capres ketika Jokowi sowan pasca pemilu legelastif kemarin. Demikian juga PAN ngebet menyorongkan nama Hatta Rajasa sebagai cawapres padahal Jokowi masih menjalin komunikasi politik dengan mitra-mitra yang lain dan membangun kesepahaman awal," tuturnya.
"PAN terlalu dini mengajukan Hatta sebagai cawapres. Sedang untuk PKS, saya menduga memang platformnya yang bertolak belakang dengan PDIP sehingga koalisi tersebut sulit terwujud,"ungkap Ari Junaedi yang meraih penghargaan World Customs Organization Sertificate of Merit 2014 karena pola pengajaran komunikasinya yang sangat inspiratif.
Dosen S2 Komunikasi Politik Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya dan Universitas Persada Indonesia (UPI YAI) Jakarta ini, menambahkan, jika Golkar dan PKS dan tambah lagi PPP jika jadi bergabung dengan Gerindra dapat dipastikan Prabowo akan menerapkan politik akomodatif.
"Omong kosong jika koalisi hanya diniatkan membangun kesejahteraan rakyat. Sudah dapat diduga, Gerindra akan "obral" kursi menteri untuk elit-elit parpol pendukungnya. Ibarat sedang kepepet, Gerindra akan bagi-bagi menteri untuk Golkar, PKS dan PPP asalkan mendukung pencapresan Prabowo," katanya.
"Koalisi bertipe kepepet ini saya ramalkan tidak langgeng dan rawan retak ditengah jalan jika nantinya Prabowo memenangkan pilpres," papar Ari Junaedi.