Tuesday, October 1, 2013

Menelisik Astronomi Iran


Hari Astronomi setiap tahun diperingati di seluruh dunia. Pada 19 April yang bertepatan dengan 30 Farvardin, Pusat Sains dan Astronomi Iran menggelar berbagai acara khusus memperingati Hari Astronomi Dunia. Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu alam ini yang melibatkan pengamatan benda-benda langit, seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi, serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi, misalnya radiasi latar belakang kosmik.

Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi atas gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Pada beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga menyusun artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium purba ini selain bertujuan seremonial, namun juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim yang wajib diketahui apabila ingin bercocok tanam, atau memahami panjang tahun.

Astronomi sebagai salah satu ilmu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah. Akan tetapi, meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.

Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang yaitu astronomi observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Kedua cabang ini bersifat komplementer. Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang merupakan kepercayaan bahwa nasib dan urusan manusia berhubungan dengan letak benda-benda langit seperti bintang atau rasinya.

Di Iran, astronomi memiliki sejarah yang sangat panjang dan para astronom memliki kedudukan khusus dalam peradaban dan kebudayaan Persia sebelum dan sesudah Islam. Naqsh-e Rostam, di provinsi Pars merupakan tempat bersejarah yang dijadikan sebagai observatorium surya. Naqsh-e Rostam dibangun pada Dinasti Darius I dalam bentuk bangunan persegi dengan ketinggian lebih dari lima meter, dan lebar setiap bagian sebesar tujuh meter.

Para astronom Iran sejak 2500 tahun lalu telah menemukan kaidah mengenai gerak matahari, bumi dan bintang. Mereka juga menemukan dan memprediksi terjadinya fenomena di langit seperti gerhana matahari maupun gerhana bulan. Bahkan, naskah kuno sejak zaman Darius I menjelaskan tempat dan posisinya.
Pada periode Achaemenid, sejak tahun 224 hingga 651 M, terdapat kitab Zig-Shahriar yang menjelaskan kaidah ilmu astronomi dan panduan bagi para astronom.

Pada era Islam, disiplin astronomi mengalami perkembangan pesat yang ditandai dengan dibangunnya observatorium-observatorium yang terbilang canggih di masanya. Pada tahun 964, astronom Persia, Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda dan mencatatnya dalam Kitab Suwar al-Kawakib. Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia seperti Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Nasir al-Din al-Tusi serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand.

Observatorium Maragha adalah sebuah observatorium astronomi yang didirikan pada tahun 1259 Masehi di bawah perlindungan dari Ilkhanid Hulagu dan dipimpin oleh Nasir al-Din al-Tusi. Observatorium itu terletak di ketinggian barat Maragheh, Provinsi Azerbaijan Timur, Iran yang pernah dianggap menjadi salah satu observatorium yang paling bergengsi di dunia.

Observatorium Maragha adalah observatorium terbesar pada masanya, yang terdiri dari serangkaian bangunan berukuran lebar 150 meter dan panjang 350 meter. Salah satu bangunan ini adalah sebuah kubah yang memungkinkan sinar matahari melewatinya. Ada juga sebuah perpustakaan yang terdiri dari 40.000 jilid. Para astronom dari seluruh Persia, Suriah, Anatolia dan bahkan Cina berkumpul di observatorium tersebut.

Observatorium Maragha juga dilaporkan telah memiliki lebih dari seratus mahasiswa yang belajar di bawah Nasir al-Din Tusi. Observatorium Maragha merupakan observatorium pertama yang didanai dari pendapatan wakaf. Setelah kematian al-Tusi, putranya diangkat sebagai direktur lembaga, tetapi kemudian ditinggalkan pada pertengahan abad ke-14.

Para astronom Maragha berusaha untuk memecahkan masalah equant dan menghasilkan konfigurasi alternatif untuk model Ptolemeus. Mereka lebih berhasil daripada astronom sebelumnya dalam memproduksi konfigurasi non-Ptolemaic yang menghilangkan equant dan eksentrik, yang lebih akurat dibandingkan dengan model Ptolemeus dalam prediksi numerik terhadap posisi planet. Para astronomi Maragha di antaranya: Mo'ayyeduddin Urdi (w. 1266), Nasiruddin al-Tusi (1201-1274), Najm al-Din al-Qazwini al-Kātibī (w. 1277), Quthb al-Din al-Shirazi ( 1236-1311), Sadr al-Sharia al-Bukhari (c. 1347), Ibn al-Shatir (1304-1375), Ali Qushji (c. 1474), al-Birjandi (w. 1525), dan Syams al-Din al-Khafri (w. 1550).

Pada tahun 1957, berdiri Institut Geofisika yang didirikan di Universitas Tehran atas prakarsa Profesor Hossein Kashi Afshar. Institut Geofisika memulai kegiatannya dengan tiga bagian Seismologi, Geomagnetics, dan Gravimetri. Kemudian, ruang lingkup diperluas untuk pendidikan geofisika teori dan terapan. Pada tahun 1970, Dewan pengawan Universitas Teheran menyetujui pembentukan kelompok fisika Bumi dan fisika Antariksa. Kemudian dibuatlah observatorium surga terbesar di Iran yang menjadi tempat bagi para astronom Iran.

Selain itu, terdapat sejumlah observatorium lainnya seperti observatorium Nasional Iran, Observatorium Kavir Isfahan, Observatorium Universitas Kashan Observatorium Abu Rayhan Biruni di Shiraz, Observatorium Ferdows Mashhad, Observatorium Zafaraniyeh di Tehran, dan Observatorium Bushehr.

Menariknya, pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, kehadiran para astronom amatir tumbuh pesat. Berbagai upaya dilakukan untuk mengenalkan astronomi kepada masyarakat. Salah satunya dilakukan oleh Observatorium Zafaraniyeh Tehran yang menjelaskan keindahan angkasa raya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat, terutama anak-anak dan remaja.

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...