Seperti
biasa, tayangan Indonesia Lawyers Club di TV One yang tayang tiap
Selasa malam memancing perhatian dan menumbuhkan penasaran. Karni Ilyas
memang begitu jeli mengangkat isu paling hot tiap pekannya.Tadi malam,
temanya tak kalah heboh: “Napi VVIP: Raja Narkoba”. Ceritanya tentang
gembong narkoba bernama Freddy Budiman yang masih bisa mengendalikan
bisnis barang haram tersebut dari balik jeruji besi.
Dalam diskusi tersebut, Vanny yang mengaku sebagai model majalah pria dewasa itu dimaksudkan tampil sebagai whistle blower terhadap
berbagai penyimpangan kewenangan yang terjadi di Lapas Klas I Cipinang.
Hal itu terlihat dari pernyataan Wamenkumham via seluler yang intinya
hendak melindungi Vanny sebagai saksi pembuka tabir kejahatan yang lebih
besar.
Berikut Foto-Foto Vanny Rosyane
Sayangnya, ada perkara yang mengganjal di hati saya ketika menonton
acara tersebut. Vanny memang bicara secara blak-blakan, apa adanya
tentang bagaimana sipir penjara membiarkannya membesuk Freddy dari pagi
sampai sore dan tentang lihainya Freddy mengatur semua transaksi dari
dalam hotel prodeo. Namun, alangkah miris mendengar kalimat-kalimatnya
yang seperti kehilangan rasa malu. Ia mengakui bahwa ia sudah pakai
narkoba sejak SMP secara terbuka sambil bercanda, sembari berkata kepada
perwakilan BNN, “Jangan ditangkap ya, Pak!.” Ia juga tak segan mengakui
kalau ia dan Freddy juga menggunakan sabu selama berkunjung di
Cipinang. Selain itu, ia juga mengaku bercinta dengan lelaki yang bukan
siapa-siapanya itu. “Di ruangan berdua, namanya nyabu, kan bawaanya
cinta,” begitu kilahnya.
Sedihnya semua itu ia ungkapkan secara terbuka di depan khalayak ramai
dan disaksikan jutaan pasang mata pemirsa di seluruh nusantara tanpa
rasa segan, malu dan sungkan. Bahwa ia melakukan semua perbuatan yang
dalam cara pandang kita di Indonesia adalah perkara-perkara tabu.
Bagaimana mungkin seorang wanita bisa jatuh cinta pada penjahat yang
sudah jadi terpidana mati? Ternyata ia akui juga bahwa setiap berkunjung
ia selalu diberikan duit hingga 15 s.d. 20 juta rupiah. Malahan semua
itu ia pertegas dengan kalimat penekanan, “Ya, kita nggak usah
munafiklah..”
Menyimak penuturannya yang demikian, saya hanya bisa geleng-geleng
kepala dan istighfar. Memang tidak ada manusia yang sempurna dan suci
dari kesalahan, selain Nabi Muhammad SAW yang sudah dijamin ma’shum.
Saya maklum kalau, kadang-kadang –entah sadar atau tidak, sengaja atau
tidak- kita masih melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, keji, munkar
nan berdosa. Namun umumnya orang selalu akan melakukannya
sembunyi-sembunyi. Takut ketahuan orang lain.
Misalnya, siswa SMA yang membuka contekan saat ujian, pastilah khawatir
kalau kepergok gurunya. Contoh lain, anak muda yang suka melinting ganja
bersama temannya, pastilah takut ketahuan orangtuanya. Begitu juga
dengan dua sejoli muda-mudi yang diam-diam making love. Mereka
ketar-ketir kalau di kost-anya, ada yang ketuk-ketuk pintu.
Jangan-jangan nanti digrebek warga atau dirazia polisi. Kalau yang
demikian, saya pikir masih mendingan, karena mereka masih sadar bahwa
yang mereka lakukan adalah salah. Mereka ini masih punya peluang besar
untuk berubah dan bertaubat.
Nah, hebatnya Vanny mengakui itu semua di forum publik –bukan
persidangan/peradilan- tanpa rasa malu. Bahkan sambil bercanda dan
tertawa, ditemani pengacara yang selalu menjadi penasehat hukum para
model seksi, Farhat Abbas. Semua yang normal pasti heran, “Maksiat kok
bangga? Dimana lagi rasa malu itu?” Apakah ini ciri akhir zaman? Apakah
bangsa ini akan segera dibinasakan?Rasulullah SAW berabda, “Sesungguhnya
Allah tatkala hendak membinasakan seorang hamba, Allah mencabut rasa
malu darinya. Ketika Allah telah mencabut rasa malu darinya, orang itu
tidak akan mendapati dirinya kecuali dia dibenci dan membenci orang
lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dibenci dan membenci orang
lain akan dicabut amanah (kepercayaan) darinya. Ketika amanah telah
dicabut darinya dia tidak mendapati dirinya kecuali dia berkhianat dan
dikhianati oleh orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia
berkhianat dan dikhianati, akan dicabut darinya rahmat. Ketika telah
dicabut rahmat darinya, tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan
dilaknat. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan
dilaknat, maka akan dicabut darinya tali agama Islam.” (HR. Ibnu Majah)
Masalah malu ini bukan sepele. Kata Nabi, “Malu dan iman adalah satu pasang, jika salah satunya hilang maka yang lain juga hilang.” (HR.
Al-Hakim). Tanpa malu, iman akan mudah tergerus, goyang bahkan hilang
sama sekali. Tak salah jika kita merujuk pada pesan Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah, “Kebahagiaanmu karena melakukan perbuatan dosa merupakan
dosa terbesar di sisi Allah.”