Saturday, August 24, 2013

“Penerapan Pembelajaran Fisika dengan Model Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah Siswa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan satu langkah yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Memasuki era industrialisasi dan globalisasi banyak terjadi perubahan dalam kehidupan, sehingga manusia ditantang untuk lebih memiliki kemampuan guna menghadapi perubahan tesebut. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia tersebut adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan terutama pendidikan sains, karena disadari bahwa perkembangan teknologi berawal dari perkembangan sains.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikanadalah dengan pembaharuan kurikulum. Berkaitan dengan pembaharuan kurikulum, sekarang ini pemerintah sedang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang diajarkan ditingkat pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan pembelajaran fisika dalam KTSP dituntut agar dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Selain itu, proses pembelajaran fisika dalam KTSP lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP:2006).
Mata pelajaran Fisika diajarkan dalam KTSP dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupunkuantitatif
5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
(BSNP,2006)
Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka dalam proses pembelajarannya menuntut agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran terutama melalui kegiatan penemuan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai sumber belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dalam belajar atau menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Seiring dengan penerapan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), SMAN 5 Malang mulai melaksanakannya pada tahun ajaran 2007/2008 untuk kelas I, sedangkan kelas II dan III belum diberlakukan. Hal ini sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberlakukan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007. Dengan diterapkannya KTSP ini, maka dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Akan tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di SMAN 5 Malang khususnya pelajaran fisika selama ini lebih banyak didominasi metode ceramah. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan guru fisika SMAN 5 Malang. Selama proses pembelajaran, guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa pasif dalam menerima pelajaran (pembelajaran berpusat pada guru). Aktivitas siswa pada umumnya mencatat, mendengarkan, dan mengerjakan soal-soal latihan dalam LKS atau buku teks yang telah ditentukan untuk membuktikan informasi yang diberikan oleh guru. Hal ini bertentangan dengan hakekat fisika yang menyatakan bahwa siswa harus terlibat dalam penemuan informasi dan prinsip serta dapat bersikap secara ilmiah seperti fisikawan.
Selama proses pembelajaran, guru sangat jarang sekali mengajak siswa melakukan pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari saat itu secara nyata/kongkrit. Sebagai gantinya guru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasidilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi tidak menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat. Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak tampak.
Berdasarkan pengamatan awal ketika proses pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan praktikum di kelas X-4 SMAN 5 Malang, diperoleh bahwa keterampilan proses ilmiah yang dimiliki siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang masih rendah. Hal ini dibuktikan dari masih banyak siswa yang belum bisa menyusun hipotesis dengan tepat dari hasil pengamatan gejala yang disajikan, siswa masih kesulitan dalam mengoperasikan alat-alat praktikum seperti bangku optik, kesulitan dalam mengidentifikasi variabel, salah dalam melakukan kegiatan praktikum karena tidak mengikuti langkah kerja yang telah tersedia di LKS, kesulitan dalam menganalisis data, serta masih banyak siswa yang kesulitan dalam menarik kesimpulan dari kegiatan praktikum. Untuk itu perlu sekali suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang. Salah satu upayauntuk meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang adalah melalui penerapan pembelajaran dengan model latihan inkuiri.
Menurut Joyce (Laksmi:2007), latihan inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh J.Richard Suchman yang bertujuan untuk membelajarkan siswa tentang suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa. Senada dengan pendapat Joyce, Tobing (1981:1) menyatakan bahwa model latihan inkuiri bertujuan untuk membantu siswa menyusun fakta, membentuk konsep, dan menghasilkan penjelasan atau teori yang menerangkan fenomena yang sedang diselidiki.
Melalui model latihan inkuiri, siswa akan diperkenalkan dan dilatih dengan seperangkat prosedur yang biasa dilakukan oleh para ahli dalam mengorganisasikan pengetahuan sampai menghasilkan prinsip yang menjelaskan sebab akibat. Prosedur yang dimaksud antaralain mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu gejala/objek, menggali informasi yang ada pada suatu objek sebanyak-banyaknya melalui pengajuan pertanyaan, membuat hipotesis dan menguji hipotesis dengan cara mengumpulkan data, kemudian menganalisisnya melalui kegiatan praktikum, menarik kesimpulan dengan menganalisis data dari informasi yang diperoleh selama melakukan praktikum, dan tahap terakhir yaitu menganalisis proses inkuiri. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, sangat dimungkinkan keterampilan proses ilmiah siswa akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang penerapan model pembelajaran latihan inkuiri terhadap siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses ilmiah siswa perlu dilaksanakan. Untuk itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul,
“Penerapan Pembelajaran Fisika dengan Model Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah Siswa Kelas X-4 SMAN 5 Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang setelah diterapkan pembelajaran fisika dengan model latihan inkuiri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMAN 5 Malang tahun
ajaran 2007/2008 dengan penerapan pembelajaran fisika model latihan inkuiri..
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui kegiatan penilitian ini adalah.
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengajar untuk meningkatkan proses ilmiah siswa dalam pembelajaran fisika dengan penerapan pembelajaran model Latihan Inkuiri.
2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk menerapkan model yang lain.
3. Bagi siswa, Penerapan model latiahan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah.
E. Penjelasan istilah
Terdapat beberapa istilah yang penting dalam penelitian ini, antara lain:
1. Latihan inkuiri (Inquiry Training Models) adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki langkah-langkah konfrontasi dengan masalah, pengumpulan data-verifikasi, pengumpulan data-eksperimentasi, merumuskan penjelasan, dan yang terakhir adalah menganalisis proses inkuiri .
2. Keterampilan proses ilmiah adalah keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang merupakan bagian dari studi sains dan terdiri dari seperangkat komponen, yaitu keterampilan dalam melakukan kegiatan mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi data, merumuskan hipotesismengidentifikasi variabel, dan membuat kesimpulan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Latihan Inkuiri (Inquiry Training Model )
Model latihan inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan oleh J.Richard Suchman. Model latihan inkuiri bertujuan untuk membantu siswa menyusun fakta, membentuk konsep, dan kemudian menghasilkan penjelasan atau teori yang menerangkan fenomena yang sedang diselidiki. Latihan inkuiri merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori (Handayanto, 2003:72). Berdasarkan model latihan inkuiri para siswa akan dilatih untuk menjadi ilmuan, karena dalam proses pembelajarannya siswa diperkenalkan dengan seperangkat prosedur yang biasa dilakukan oleh para ahli dalam mengorganisasikan pengetahuan sampai menghasilkan prinsip yang menjelaskan sebab akibat (Tobing, 1981:1).
Menurut Joyce et al (dalam Laksmi:2007) Model latihan inkuiri dirancang untuk melatih siswa dalam suatu penelitian ilmiah sehingga diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, menumbuh kembangkan kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, kemampuan meneliti, kemampuan berargumentasi dan kemampuan mengembangkan teori. Selain itu, model latihan inkuiri juga dirancang agar siswa dapat langsung mengontrol sendiri pembelajarannya (Suchman dalam Laksmi:2007). Jadi, penerapan model latihan inkuiri dalam proses pembelajaran benar-benar melibatkan siswa untuk aktif berfikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya, sedangkanguru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan kondisi belajar, mengatur proses belajar, mengatur kegiatan belajar mengajar dan membantu dalam mengevaluasi kemajuan siswa.
Langkah- langkah (sintaks) model pembelajaran latihan inkuiri sebagai berikut.
1. Menghadapkan pada masalah.
Guru memulai proses pembelajaran dengan menjelaskan prosedur-prosedur inkuirikemudian menyajikan kejadian ganjil.
2. Tahap pengumpulan data-verifikasi.
Menguji keadaan dan kondisi dari objekmenguji bagaimana terjadinya kejadian dari situasi masalah.
3. Pengumpulan data-eksperimentasi.
Memisahkan variabel-variabel yang relevan, berhipotesis ( menguji hubungan kausalitas).
4. Mengorganisasi, merumuskan penjelasan.
Merumuskan hukum-hukum atau penejelasan-penjelasan.
5. Menganalasis proses inkuiri.
Setelah keempat tahap latihan inkuiri telah dilaksanakan, guru dan siswa bersama-sama merefleksi/menganalisis strategi inkuiri yang telah dilakukan dan mengembangkannya menjadi lebih efektif.
(Tobing, 1981:4)
Model latihan inkuiri

Proses ilmiah

Strategi untuk inkuiri kreatif

Spirit kreativitas

Kebebasan otonomi dalam belajar

Toleransi ambiguitas

Hakikat tentatif pengetahuan
Penerapan pembelajaran model latihan inkuiriakan memberi 2 dampak sekaligus pada siswa, yakni dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional dilambangkan dengan anak panah garis tebal, sedangkan dampak sertaan dilambangkan dengan anak panah garis putus-putus, yangdapat dilihat pada Gambar 2.1.
( Sumber: Handayanto, 2003: )
Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Dampak Sertaan pada Model Latihan Inkuiri
B. Keterampilan Proses Ilmiah
Seseorang dalam melakukan kegiatan dengan menggunakan metode ilmiah perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode ilmiah. Hal tersebut antara lain berupa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang peneliti, yaitu merumuskan masalah yang diteliti, menyusun hipotesis, menguji hipotesisnya dengan melakukan eksperimen atau penelitian, menganalisis data hasil eksperimen dan yang terakhir pengambilan kesimpulan atas suatu hal yang diteliti.
Seorang peneliti dalam merumuskan masalah harus melakukan pengamatan, observasi dan menganalisa data hasil observasi yang dilakukan pada objek penelitian, sedangkan hipotesis disusun berdasarkan masalah-masalah yang diajukan. Pengujian kebenaran hipotesis dapat dilakukan dengan eksperimen atau penelitian. Jenis penelitian yang dilakukan tergantung dari perumusan masalah yang diajukan. Teknik analisa data hasil penelitian tergantung dari jenis penelitian yang dilakukan, apakah penelitian yang dilakukan menghasilkan data numerik atau data deskriptif. Pengambilan kesimpulan didasarkan hasil analisa data yang dilakukan, apakah hasil analisa data sesuai dengan hipotesis atau tidak, jika sesuai maka penelitian yang dilakukan bisa dikatakan berhasil.
Penerapan metode ilmiah di atas melibatkan berbagai keterampilan yang sering dinamakan dengan keterampilan proses. Karena pentingnya keterampilan proses untuk mendapatkan hasil yang baik, maka para peneliti harus memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, melakukan eksperimen, mengolah data, dan mengambil hasil kesimpulan serta hal-hal penting yang lain.
Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (Holil,2008). Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Menurut Semiawan (dalam Cholifah,1989:19), yang dimaksud keterampilan proses adalah menyangkut keterampilan-keterampilan, antara lain: (1) mengobservasi, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan eksperimen, (4) mengendalikan variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan, (7) memprediksi, (8) menerapkan, (9) mengkomunikasikan.
Buku petunjuk pelaksanaan proses belajara mengajar kurikulum 1998 pendidikan menengah kejuruan menjabarkan keterampilan proses menjadi tujuh keterampilan. Tujuh keterampilan itu dijabarkan lagi menjadi sejumlah keterampilan spesifik seperti berikut.
1. Mengamati
Melihat. mendengar, merasa,meraba, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, dan membaca.
2. Mengklasifikasikan
Mencari persamaan, mencari perbedaan, membandingkan, mengkontraskan, mencari dasar penggolongan.
3. Menginterprestasikan
Menaksir, memberi arti, memproposisikan, mencari hubungan ruang/waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan, menggeneralisasi.
4. Meramalkan
Mengantisipasi (berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi).
5. Menerapkan
Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi lainnya), menghitung, menentukan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis dan membuat model.
6. Merencanakan
Menentukan masalah/obyek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan sumber data/informasi, menentukan cara analisis, menentukan langkah-langkah pengumpulan data/informasi, menentukan alat,bahan dan sumber kepustakaan, menentukan cara melakukan penelitian.
7. Mengkomunikasikan
Berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan, mengarang,me meragakan, mengungkapkan/melaporkan (dalam bentuk lisan,tulisan, gambar, gerak atau tampilan).
(Nur,2003:13-15)
Bila rincian keterampilan-keterampilan proses diatas diperhatikan dengan seksama, maka proses atau keterampilan proses itu memang benar merupakan perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuan dalam mengembang-kan ilmu. Menurut Ahmad (2007), dalam proses pembelajaran tidak mungkin semua aspek keterampilan dilatihkan pada siswa. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi awal siswa, kondisi guru, kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, materi pembelajaran, ketersediaan waktu dan lain sebagainya. Kondisi siswa yang menyebabkan ketidakmungkinan pelaksanaan pelatihan semua aspek keterampilan proses ialah kondisi keterampilan yang sudah dimiliki siswa, motivasi, usia siswa, kondisi perekonomian siswa dan lain sebagainya. Kondisi guru yang mempengaruhi adalah pengetahuan yang dimiliki oleh guru pasti terbatas, motivasi dalam membelajarkan siswa, kondisi psikologis dari guru itu sendiri dan lain sebagainya. Pelaksanaan keterampilan proses juga harus memperhatikan lingkungan sekitar, apakah keterampilan proses yang dilatihkan sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut atau ataukah tidak.
Hal yang terpenting dalam pelaksanaan keterampilan proses ialah sarana dan prasarana yang ada. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung tidak mungkin pelatihan keterampilan proses akan berjalan dengan lancar. Pelatihan keterampilan proses juga harus memperhatikan materi pelajaran yang diajarkan, karena tidak semua materi pelajaran memerlukan kajian secara ilmiah dan mendetail untuk mempelajarinya. Selain itu waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran juga dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan proses.
Menurut Amin (1987:12) Proses ilmiah adalah proses yang biasanya diikuti oleh ilmuan dalam memecahkan suatu permasalahan, Sedangkan menurut Semiawan (dalam Cholifah, 2007:18), menyatakan bahwa proses ilmiah merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah sendiri. Berdasarkan pendapat diatas, diperoleh bahwa keterampilan proses ilmiah merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang merupakan bagian dari studi sains dan terdiri dari seperangkat komponen, yaitu keterampilan dalam melakukan kegiatan mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi data, merumuskan hipotesis, mengidentivikasi variabel, dan membuat kesimpulan. Seperangkat keterampilan ini merupakan seperangkat keterampilan yang biasa digunakan ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Menurut W.Gulo (dalam Sudarman:2008) proses ilmiah terdiri dari:
1) melakukan pengamatan,
2) mengumpulkan dan mengorganisasikan data,
3) mengidentifikasikan variable,
4) merumuskan dan menguji hipotesis,
5) mengambil kesimpulan.
C. Penerapan Inquiry Training Model untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah Siswa
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006). Salah satu tujuan dari pembelajaran fisika adalah mengembangkan keterampilan proses siswa seperti : mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan pembelajaran ini akan tercapai dengan baik jika dalam proses pembelajaran digunakan model pembelajaran yang tepat oleh guru. Model pembelajaran yang diterapkan haruslah berpusat pada siswa dan berorientasi pada penemuan, penyelidikan, pemecahan masalah dengan menggunakan atau sambil mengembangkan keterampilan proses. Peran guru adalah sebagai katalisator, pembimbing, pengamat dan evaluator.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta menitikberatkan pada kegiatan siswa pada proses penemuan adalah model latihan inkuiri. Menurut Joyce et al(dalam Laksmi:2007), model latihan inkuiri dirancang untuk melatih siswa dalam suatu penelitian ilmiah, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, menumbuh kembangkan kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, kemampuan meneliti, kemampuan berargumentasi dan kemampuan mengembangkan teori. Selain itu, model latihan inkuiri juga dirancang agar siswa dapat langsung mengontrol sendiri pembelajarannya (Suchman dalam Laksmi:2007). Jadi, penerapan model latihan inkuiri dalam proses pembelajaran benar-benar melibatkan siswa untuk aktif berfikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan kondisi yang seperti biasanya, mengatur prosesnya, mengatur kegiatan belajar mengajar dan membantu siswa dalam mengevaluasi kemajuannya.
Berdasarkan tujuan dari pembelajaran dengan latihan inkuiri tersebut diatas, maka model pembelajaran latihan inkuiri dianggap sangat tepat diterapkan di kelas X-4 SMAN 5 Malang sebagai alternatif pemecahan masalah rendahnya keterampilan proses ilmiah siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahan pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:6). Penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif yaitu (1) penelitian pada latar alamiah, (2) manusia sebagai instrumen, (3) menggunakan metode pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, (4) analisis data secara induktif, (5) lebih mementingkan proses daripada hasil, (6) desain bersifat sementara, (7) deskriptif, dan (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus (Moleong, 2006:8-11).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) atau sering disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas (Muhardjito:2005). Menurut Sugyanto(dalam Ahmad, 2006:23), penelitian tindakan kelas merupakan riset terapan yang dilaksanakan di tingkat kelas untuk mendapatkan solusi dari permasalahan spesifik di kelas atau untuk mengujicobakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran dengan cara mengidentifikasi masalah, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengambil data, dan menganalisis data.
B. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Malang yang terletak di Jl. Tanimbar 24 Malang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X-4 yang berjumlah 37 siswa, terdiri dari 11 putra dan 26 putri.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap tahun ajaran 2007/2008, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2008. Jadwal penelitian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
C. Data dan sumber data
Data dalam penelitian ini adalah keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 SMA Negeri 5 Malang. Sumber data dalam penelitian ini adalah perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
D. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, antara lain:
1. Format Observasi Pembelajaran
Format observasi digunakan untuk memperoleh data keterlaksanaan pembelajaran modellatihan inkuiriFormat observasi ini berisi semua kegiatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Format disajikan dalam Lampiran 4.
2. Format Penilaian keterampilan proses ilmiah siswa
Format penilaian ini digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses ilmiah siswa kelas X-4 selama pelaksanaan tindakan (melakukan Pengamatan, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variable,merumuskan dan menguji hipotesis, dan mengambil kesimpulan). Format penilaian keterampilan proses ilmiah siswa ini dapat dilihat pada Lampiran
3. Format catatan lapangan
Format catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala hal yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang tidak tercantum dalam format penilaian keterampilan proses ilmiah siswa. Format catatan lapangan dapat dilihat pada Lampiran
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS digunakan untuk memandu siswa dalam melaksanakan praktikum dan melatih keterampilan proses ilmiah siswa. LKS disajikan dalam Lampiran 4a dan 4b.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknikObservasi, wawancara dan Dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini terdiri dari observsi awal dan observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi awal dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal sebelum dilaksanakan tindakan, yaitu dengan mengadakan pengamatan ke dalam kelas dan observasi di laboraturium fisika. Keadaan awal keterampilan proses ilmiah siswa diukur berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung sebelum dilaksanakan tindakan, sedangkan observasi selama pelaksanaan tindakan merupakan pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran selama penerapan model latihan inkuiri, yang hasilnya dapat diketahui dari pencapaian indikator-indikator keterampilan proses ilmiah yang sudah dikembangkan.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang membeerikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2006:186). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, yang tediri dari pedoman wawancara untuk guru (lembar observasi pendahuluan untuk guru) dan pedoman wawancara untuk siswa (lembar observasi pendahuluan untuk siswa). Hasil dari wawancara akan digunakan untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah hasil observasi selama pelaksanaan tindakan (rubrik penilaian keterampilan proses ilmiah), catatan lapangan, skenario pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), nilai ulangan dan foto-foto.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan perbaikan-perbaikan yang ingin dicapai melalui tahap refleksi. Selanjutnya untuk memperoleh informasi awal mengenai pemahan konsep fisika siswa dilakukan observasi awal berupa tes diagnostik. Prosedur-prosedur tindakan kelas antara lain:
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan mengumpulkan data penelitian adalah sebagai berikut.
a. Melakuakan observasi awal untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran, laboraturium, sarana dan prasarana lain yang mendukung sebelum dilakukan tindakan.
b. Berdiskusi dengan dosen pembimbing mengenai pokok bahasan yag akan dipilih untuk menerapkan pembelajaran model latihan inkuiri.
c. Menentukan jadwal penelitian.
d. Menyusun rencana pembelajaran (RPP) sesuai tahap-tahap model latihan inkuiri untuk materi yang akan dibahas, berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
e. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan materi yang akan dibahas.
f. Menyusun instrumen penelitian tentang keterampilan proses ilmiah yang disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran dengan model latihan inkuiri.
g. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus penelitian, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing dari siklus baik siklus I maupun siklus II terdiri dari beberapa tahapan, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflection). Berikut disajikan gambaran pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
PLAN

REVISED PLAN

Reflekct

Observe

Act


Reflektif

Observe

Act



Gambar 1. Siklus Model Kemmis dan Taggart
(Sumber: Kemmis dan Taggart, 1988 dalam wiriatmadja, 200666)
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Siklus I
1) Perencanaan I
· Mengidentifikasi masalah berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran fisika di kelas X-4 SMA N 5 Malang dan hasil wawancara dengan siswa tentang kesulitan dalam menguasai konsep fisika dan metode pembelajaran yang dipakai sebelumnya.
· Merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan identifikasi masalahyaitu penerapan model latihan inkuiri.
· Menentukan materi pembelajaran. Materi yang digunakan pada siklus I yaitu pokok bahasan suhu dan kalor dengan sub pokok bahasan kalor
· menyusun instrumen pembelajaran berupa RPP dan lembar kerja siswa (LKS) yang berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
· menyusun instrumen penelitian yang meliputi pedoman observasi pembelajaran dan pedoman observasi keterampilan prroses ilmiah siswa, catatan lapangan, serta rekaman data.
2) Tindakan I
Tindakan yang dilakukan merupakan pelaksanaan perencanaan tindakan. Pelaksana tindakan adalah peneliti sendiri. Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran model latihan inkuiri. Langkah- langkah (sintaks) model pembelajaran latihan inkuiri sebagai berikut. Menghadapkan pada masalah, tahap pengumpulan data-verifikasi, Pengumpulan data-eksperimentasi, mengorganisasi, merumuskan penjelasan, merumuskan hukum-hukum atau penejelasan-penjelasan, dan menganalasis proses inkuiri.
3) Observasi
· Peneliti melakukan pengamatan secermat mungkin mengenai keterampilan proses ilmiah siswa yang terdiri dari keterampilan mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi datamerumuskan hipotesismengidentifikasi variabel, danmembuat kesimpulan.
· Membuat catatan lapangan mengenai penerapan pembelajaran model latihan inkuiri dan segala sesuatu yang terjadi di luar hal yang tercantum dalam format observasi.
4) Refleksi I
Tahapan refleksi I dilakukan untuk membahas pelaksanaan tindakan pembelajaran sebelumnya. Tahapan ini meliputi pelaksanaan perencanaan I, keterlaksanaan RPP, keefektifan LKS, pemberian tindakan pada kelas serta hal-hal yang perlu dikembangkan pada siklus berikutnya. Refleksi ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai faktor pendukung, penghambat serta segala sesuatu yang berhubungan dengan siklus I.
b. Siklus II
1) Perencanaan II
Perencanaan yang dilakukan pada siklus ini menggunakan hasil refleksi pada
siklus I.Perencanaan yang dilakukan pada tahapan ini untuk memperbaiki
penerapan tindakan kelas pada pelaksanaan siklus I. Perencanaan yang
dilakuakn antara lain.
· Menentukan materi pembelajaran. Materi yang digunakan pada siklus II yaitu pokok bahasan listrik dinamis dengan sub pokok bahasan rangkaian listrik seri paralel
· menyusun instrumen pembelajaran berupa RPP yang berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
· menyusun instrumen penelitian yang meliputi pedoman observasi pembelajaran, pedoman observasi keterampilan prroses ilmiah siswa, catatan lapangan, soal postes serta rekaman data.
· Mengidentifikasi kekurangan pada siklus I yaitu tujuan yang belum tercapai pada saat refleksi.
· Merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan identifikasi hasil refleksi I
· Menyusun instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan II (berupa rancangan pembelajaran, alat evluasi, media pembelajaran, pedoman observasi dan perekaman proses pembelajaran).
2) Tindakan II
· Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perangkat yang telah disusun sebelunya seperti RPP,LKS. Pada akhir siklus dilakukan postes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
· Peneliti melakukan observasi dan dibantu oleh observer yang lain
3) Observasi II
Selama pelaksanaan tindakan II, diikuti pelaksanaan observasi keterampilan proses ilmiah siswa yang dipandu dengan rubrik penilaian keterampilan proses ilmiah siswa, dengan melakukan observasi pada siklus II ini akan diperoleh besarnya skor keterampilan proses ilmiah siswa yang dicapai pada siklus II, yang selanjutnya akan diketahui apakah ada peningkatan keterampilan proses ilmiah siswa setelah diberi tindakan berupa pembelajaran model latihan inkuiri pada siklus II dengan keterampilan proses ilmiah siswa pada siklus I.
4) Refleksi II
Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan II terhadap pemecahan masalah. Hasil Refleksi II menggambarkan segala kegiatan penelitian pada siklus II. Pengguna data dapat mengetahui kondisi nyata dilapangan dengan mempelajari hasil refleksi ini.
Pada akhir kegiatan dari siklus I dan siklus II, dilakukan analisis hasil secara keseluruhan untuk membuat kesimpulan, mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan kegiatan penelitian yang dilakukan. Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I, siklus ini merupakan perbaikan dari tindakan pada siklus I. Perbaikan pada siklus II dilakukan setelah melakukan Refleksi I dan perencanaan II. Tindakan II dikatakan keberhasilan Apabila keterampilan proses ilmiah siswa pada tindakan II mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan I.
G. Teknik Analisa Data
Analisi data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu (1) reduksi data, (2) display data, (3) penarikan kesimpulan, verifikasi data, dan refleksi.
1. Reduksi Data
Mereduksi data dilakukan setelah semua data yang telah diperoleh dari hasil observasi, dan dokumentasi yang telah ditulis dalam lembar rekaman data yang sudah disiapkan. Data keterampilan poses ilmiah siswa selama proses pemebelajaran merupakan data mentah. Data tersebut keemudian disingkat, direduksi dan disusun secara sistematis, sehingga data yang diperoleh dalam kondisi yang mudah dimengerti dan dikenali.
2. Penyajian Data
Displai data merupakan tahapan analisis data yang berusaha mendeskripsikan temuan penelitian. Temuan penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan format rekaman data.
3. Penarikan Kesimpulan, Verifikasi, dan Refleksi
Berdasrkan displai data, ditarik suatu kesimpulan, sehingga didapatkan temuan.Temuan ini kemudian diverifikasi atau dilakukan pengecekan keabsahan temuan data. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya dilakuakn pemaknaan (refleksi) sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Hasil dari kesimpulan akhir tersebut, dipakai sebagai bahan untuk menyusun tindakan selanjutnya.
Dalam menganalisis keterampilan proses ilmiah siswa digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan persentase. Menurut arikunto (2000:246), perumusan persentase sebagai berikut.
P = ´ 100 %
Dengan P = persentase keterampilan proses ilmiah siswa
X = skor keterampilan proses ilmmiah yang dicapai siswa
Y = skor maksimum/ideal kemampuan berpikir kritis siswa
Sebagai pedoman dalam penarikan kesimpulan dari hasil analisis data, ditetapkan kriteria yang juga mengacu pada pendapat arikunto (2000:352) dengan
kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kriteria keberhasilan Keterampilan Proses Ilmiah
No Persentase keberhasilan (%) Taraf Keberhasilan
1. 92 – 100 sangat baik
2. 75 – 91 baik
3. 50 – 74 cukup baik
4. 25 – 49 kurang baik
5. 0 – 24 sangat kurang
H. Pengecekan keabsahan data
Kegiatan ini digunakan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian seteliti mungkin sehingga nantinya hasil peenelitian dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini, teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan sesuai dengan pendapat Moleong (2006:327-331) meliputi.
1. Perpanjangan Keikut Sertaan
Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan tersebut tidak dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama yakni memerlukan perpanjangan keikut sertaan penelliti. Perpanjangan keikut sertaan peneliti memungkinkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti untuk terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup lama guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data (Moleong,2006: 328). Perpanjangan keikut sertaan yang dilakuakn peneliti adalah dua siklus untuk memperdalam pengujian pembelajaran model latihan ikuiri dalam meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa.
2. Ketekunan/ Keajegan Pengamat
Peneliti melakukn pengamatan secara rinci, teliti, dan secermat mungkin terhadap faktor yang berkaitan dengan keterampilan proses ilmiah siswa. Kedudukan peneliti sebagai instrrumen pengumpul data sangat memerlukan ketekunan dalam melakukan pengamatan sejak awal sampai penelitian berakhir agar diperoleh data yang utuh, lengkap, kompleks, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Triangulasi
Triagulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleeh (Moleong,2006:330). Teknik triagulasi yang dgunakan dalam penelitian ini adalah teknik triagulasi sumber, yang dilaksanakan dengan membandingkan data hasil pengamatan dan catatan lapangan.

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...