Mekanisme kerja Otot-
Pernahkah Anda melihat seorang atlet binaragawan? Bentuk badan seorang
atlet binaragawan berbeda dengan orang biasa. Ia memiliki otot pada
lengan, dada, perut, dan paha yang begitu besar dan keras. Ia memiliki
bentuk otot seperti itu karena sering melakukan latihan fisik pada
bagian otot, misalnya angkat beban, skiping, dan sebagainya. Jika
seseorang sering mengadakan latihan otot, misalnya senam, lari, atau
olahraga lainnya, maka ototnya akan sering berkontraksi, akibatnya otot
menjadi besar dan keras. Sebaliknya, jika otot jarang digunakan untuk
melakukan latihan fisik, maka otot akan kendur dan mengecil. Otot
seperti ini disebut atropi. Otot bekerja dengan cara
berkontraksi dan relaksasi. Energi untuk berkontraksi diperoleh dari ATP
dan kreatin fosfat, tetapi serabut otot hanya mengandung cukup ATP
untuk menggerakkan beberapa kekejangan. Sumber tenaga apakah yang dapat
menjadi andalan agar ATP terus tersedia? Sumber yang paling baik ialah
respirasi molekul-molekul nutrien seluler yang dibawa oleh darah ke
serabut.
Pada saat berkontraksi, ATP dan kreatin fosfat akan terurai. ATP akan terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat dan energi, ADP akan terurai menjadi AMP (Adenosin Monofosfat)
dan energi. Kreatin fosfat akan terurai menjadi kreatin dan fosfat.
Fosfat yang dihasilkan kemudian akan bergabung dengan ADP menjadi ATP
dan akan mengalami peruraian seperti tersebut tadi.
Rangsangan
yang datang dari luar akan ditangkap pertama kali oleh sel-sel saraf.
Dari sel-sel saraf, rangsangan ini akan diteruskan ke sel-sel otot. Di
dalam otot akan diteruskan pada suatu neurohormon yang sangat peka
terhadap rangsang yang disebut asetilkolin, sehingga
asetilkolin ini akan terangsang. Akibat dari rangsangan ini, asetilkolin
akan terurai, akibatnya akan terbentuk miogen. Selanjutnya, miogen ini
akan merangsang pembentukan aktomiosin. Rangsangan miogen terhadap
aktomiosin akan menyebabkan terjadinya kontraksi miofibril.