TAHAPAN pemilihan kepala daerah (pilkada) di Barru memang telah usai pasca-penetapan pasangan bupati dan wakil bupati terpilih, akhir pekan lalu. Tapi catatan dibalik torehan kemenangan Andi Idris Syukur-Suardi Saleh (AIS) nampaknya masih hangat diperbincangkan.
Kemenangan yang ditorehkan pasangan bertagline “Bekerja untuk Rakyat” itu memang tergolong fenomenal. Mengingat, Idris Syukur yang berstatus sebagai incumbent mendapat ujian berat jelang pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mantan penjabat Bupati Wajo itu, sempat ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri.
Terlepas ada unsur rekayasa dibalik penetapan tersangka jelang pilkada itu, tentu saja status tersebut sangat berdampak bagi pencalonan suami dari Andi Citta Mariogi tersebut. Bukan menjadi rahasia umum lagi, jika badai yang menghampiri Idris membuat konstalasi berubah. Partai politik yang awalnya sudah mengarahkan dukungan, sebagian mulai menunjukkan keraguan. Bahkan, ada partai lebih memilih mengalihkan dukungan ke kandidat lainnya.
Status tersangka yang sama sekali tidak ada bukti kerugian negara, juga dimanfaatkan oleh para rival Idris untuk menyudutkan, sekaligus menurunkan pamor mantan Kepala Dinas Kehutanan Sulsel yang sebelum ditetapkan sebagai tersangka, memiliki elektabilitas yang sangat jauh mengungguli para bakal calon kala itu.
Tidak sampai disitu, besan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang tersebut, juga menjadi bulan-bulanan pemberitaan saat kantor bupati dan rumah jabatan bupati digeledah oleh penyidik Bareskrim Polri lengkap dengan aparat bersenjata lengkap, serta mobil lapis baja (baracuda) yang menjadi tontonan gratis warga.
Serangkaian kejadian itu, tentu saja menimbulkan beragam isu negatif yang dihembuskan pihak tertentu, terutama orang-orang yang memang ingin memanfaatkan badai yang sedang melanda kandidat doktor pembangunan di Universitas Brawijaya, Malang itu. Seperti memassifkan wacana jika Idris tidak akan ditetapkan sebagai calon bupati, dan ayah dari tiga anak itu juga bakal ditahan oleh aparat kepolisian.
Meski demikian, satu per satu isu yang beredar di kalangan masyarakat perlahan bisa diredam pasca Idris menentukan pasangannya dan mendaftar secara resmi di KPU. Koalisi tujuh partai politik yang mengusung dan mendukung, setidaknya menjadi jawaban tersendiri bila masih banyak yang menaruh harapan kepadanya melanjutkan pengabdian di kabupaten berjuluk “Hibrida” itu.
Selain badai yang menjadi pukulan telak bagi Idris dan keluarganya, para penantang incumbent tersebut juga bukan figur sembarangan. Ibarat laga El Clasico, posisi Idris kali ini banyak yang meragukan bisa mengulang kemenangannya di pilkada lima tahun sebelumnya. Betapa tidak, magister sains Universitas Hasanuddin tersebut sedang dikeroyok.
Jika di lima tahun sebelumnya sukses menaklukkan rival terberatnya Malkan Amin, tidak lepas dari andil Bupati Barru 2005-2010 Andi Muh Rum yang terang-terangan berada dibelakangnya, serta kekuatan Andi Anwar Aksa yang meniadi pasangan Idris di periode pertama. Maka untuk Pilkada 2015, posisi Idris justru terbalik.
Idris harus menerima kenyataan harus berlawanan dengan figur-figur yang di pilkada sebelumnya berada dibarisannya. Mantan Bupati Barru Andi Muh Rum, secara mengejutkan mendorong putranya Andi Salahuddin Rum maju mendampingi Malkan Amin. Begitu pun, Andi Anwar Aksa memilih mencalonkan diri di posisi bupati dengan menggandeng pengusaha Adhan Arman.
Peta tiga pasangan tersebut membuat sebagian kalangan punya analisa dan kesimpulan tersendiri. Tidak sedikit yang beranggapan jalan Malkan membalas kekalahannya bakal terwujud. Pasalnya, selain mantan anggota DPR RI itu punya kekuatan financial dan jaringan nasional, juga pengaruh Andi Muh Rum masih tergolong kuat.
Dua kekuatan besar ini, ditambah Anwar yang tidak lagi berpasangan dengan Idris, menjadi momok yang bisa menggagalkan langkah Idris menjabat untuk periode kedua. Apalagi, pertarungan bagi Malkan dan Rum bukan sekadar menjadi pemenang semata, tapi ada gengsi, harga diri, sekaligus pembuktian siapa sebenarnya yang memiliki pengaruh di masyarakat dibanding dengan Idris.
Rum yang dulunya disebut-sebut sulit bersatu dengan Malkan, seolah ingin membuktikan, bahwa pengaruhnya di masyarakat masih lebih besar dibanding Idris yang tak lain adalah sepupunya. Mungkin itu sebabnya, Rum sibuk keluar-masuk pemukiman warga demi menyolidkan dan merangkul para loyalis, serta birokrat senior yang pernah menjadi bawahannya selama dua periode memimpin Barru.
Perpaduan kekuatan Malkan dan keluarga Rum semakin lengkap dengan bergabungnya eks calon bupati Barru Herman Agus yang sejak awal all out dan memimpin relawan tersendiri memenangkan pasangan nomor urut 2 di pilkada itu, terutama di wilayah basis Idris di Kecamatan Tanete Rilau. Kubu pasangan ini, memang sangat percaya diri bisa memenangkan pilkada.
Dari badai dan menyatunya kekuatan besar itu, disinilah Idris menunjukkan dirinya sebagai seorang petarung sejati. Ia seolah tak larut dengan status tersangka, kendati menjadi bulan-bulanan oleh kubu rival menjadikan isu itu sebagai salah satu senjata menyudutkan putra mantan Bupati Barru Petta Sukkuru.
Kepiawaian berpolitik Idris, ditunjukkan saat menentukan pendamping. Ia lebih memilih Kepala Bappeda Pinrang Suardi Saleh yang notabene pendatang baru di Barru. Suardi yang selama 29 tahun mengabdikan diri sebagai birokrat, memang banyak menghabiskan waktunya di luar tanah leluhurunya di Barru. Sehingga sangat wajar jika namanya kala itu tidak setenar dengan figure-figur yang masuk menjadi bursa kandidat.
Idris nampaknya tahu betul, bahwa selain membutuhkan figur pendamping yang punya kemampuan di pemerintahan, juga sosok Suardi bisa lebih mudah diterima masyarakat. Mengingat, besan Rektor Unhas Prof Dwia Tina itu, tidak memiliki resitence dan bisa leluasa masuk ke kelompok-kelompok masyarakat. Ditambah lagi, track recordnya di pemerintahan tergolong mumpuni.
Strategi lainnya yang berhasil dijalankan ayah Andi Cora Dita itu, yakni selalu mengedepankan politik santun. Itu sebabnya, Idris tidak pernah membalas, terpancing atau memprovokasi timnya menanggapi serangkaian isu negatif, black campaign yang hampir setiap hari dihembuskan kubu rivalnya lewat selebaran, media social, termasuk saat pertemuan langsung dengan masyarakat.
Idris yang memilih memperbanyak turun bersosialisasi ke masyarakat, mampu membalikkan pandangan. Di tengah serangan para rival, simpati justru terus menghampiri. Idris yang menunjukkan kesederhanaan, kesabaran, dan selalu mengedepankan suasana kondusif, perlahan mampu mengikat hati masyarakat. Ia dipersepsikan sebagai kandidat yang tersalimi oleh lawan politiknya.
Entah disadari atau tidak, Malkan-Salahuddin yang diback full Andi Rum, seolah terus menyudutkan Idris-Suardi. Padahal realita di masyarakat kala itu, semakin menyerang Idris-Suardi, maka justru public semakin bersimpati ke pasangan yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai figur yang santun dan beriwibawa.
Entah disadari atau tidak, Malkan-Salahuddin yang diback full Andi Rum, seolah terus menyudutkan Idris-Suardi. Padahal realita di masyarakat kala itu, semakin menyerang Idris-Suardi, maka justru public semakin bersimpati ke pasangan yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai figur yang santun dan beriwibawa.
Berikut foto-fotonya 17-02-1967
Hsaid Benmar admin dari blog hsaidbenmar.blogspot.com dan Wakil Bupati Barru Suardi Saleh yang Terpilih
Andi Idris Syukur Bupati Barru yang Terpilih
Penjagaan Ketat Di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan
Hsaid Benmar di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan
Rumah Bupati Barru yang Terpilih di Jalan Hertasning Makassar