Sekitar 9 bulan yang lalu aku menerima surat yang menyatakan kalau aku harus meninggalkan jenjang SMP, waktu itu aku dan ibuku menuju sekohlahku sekitar jam 8 pagi menaiki sepeda motorku, setengah jam kita lalui untuk sampai di sekolahku,sesampainya ibuku bersama wali murid lainnya sedangkan aku bersama dengan teman-temanku cewek maupuncowok merenungi kejadian lucu, manis, pahit yang kita lalui bersama selama 3 tahun di SMPN 1 PAKEM. Tak lama kemudian terdengar suara kepala sekolah di microphone.
” kepada yang terhormat semua wali murid kelas IX untuk memasuki ruangan yang telah disediakan untuk menerima surat pernyataan kelulusan dari siswa-siswi kelas IX” Setelah mendengar itu semua wali murid termasuk ibuku memasuki ruangan yang telah disediakan.
Sedangkan aku dan teman-temanku menunggu surat yang akan menentukan keberhasilan kami, gelisah menunggu di taman depan sekolah, seraya dengan kegelisahan tersebut sahabat karibku mengajakku ke suatu tempat.
“Za ikut aku yuk” Kata Dwi sahbatku
“Mau kemana sih Wi’ ?” Tanyaku
“Pokoknya kamu ikut aja deh, nanti kamu akan tau sendiri”
“Ya udah ayuk !” Kataku menyetujui
“ Eh guys aku ma Reza pergi dulu ya bentar ,ntar kalau sudah selesai sms aku” Dwi bilang sama teman-teman.
Setelah itu aku ma sahabatku menuju ke tempat yang dimaksud sahabatku tadi, tidak terlalu jauh untuk sampai ketempat yang aku sendiri tidak tau tempat apa yang dimaksud sahabatku itu,beberapa menit kemudian kita sampai…..
“Kenapa kamu bawa aku kesini Wi’ ?” Tanyaku dengan perasaan, bingung
“Kamu gak tau tempat apa ini?” Dia balik bertanya
Sejenak aku mengingat tempat apakah itu, tak terduga sahabatku memelukku diiringi denagn tangisan
“Wi’ kenapa kamu nangis ?” Tanyaku
“Aku gak tau kanapa di setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan, kenapa akhirnya aku harus pisah sama kamu ?” Reza yang selalu ada disampingku yang selalu ada dikala aku suka maupun duka ?” Kamu sudah aku anggap saudara aku sendiri Za.” Suaranya bergetar
“Wi’ siapa yang akan ninggalin kamu ? Kita akan selalu bersama meskipun nanti kita akan beda sekolah”! Kataku meyakinkannya
“Tapi aku takut nanti di sekolahku yang baru gak akan ada yang bisa mengerti aku”
“Aku yakin pasti ada teman yang bisa gantiin posisi aku, meskipun orang itu gak sepenuhnya kayak aku”
Setelah aku berkata seperti itu hpku berdering pertanda ada seseorang yang menelphonku, ternyata temanku
“Za ada di mana kamu sekarang?” Dia bertanya dengan suara yang sedikit terburu-buru
“Ada di taman dekat SD patemon 1, kenapa ?” Tanyaku dengan penasaran
“Cepat balik,,,….surat pernyataannya sudah dibagikan !” Temanku berkata dengan semamgat
“Oh ia dah aku balik sekarang” Kataku.
Telephone langsung aku tutup dan segera balik ke sekolah
“Wi’ ayuk balik sekarang suratnya sudah dibagikan” Kataku seraya mengambil sepeda motorku.
Dengan cepat aku mengendarai sepeda motorku, tak lama aku sampai di sekolah, ternyata ibuku baru keluar dari ruangan, dan aku lari menuju ibuku,
entah kenapa ibuku memberi isyarat yang membingungkan buatku, ibuku menggelengkan kepalanya, dan itu memberikan arti yang gak membahagiakan buatku……..
Tahukah kamu apa yang dikatakan ibuku ? Kata-kata yang tidak sama sekali aku fikirkan, yang tidak sama sekali aku bayangkan…
“Nak, mungkin ini sudah takdirmu!” Kata-kata itu yang pertama kali ibuku ucapkan?”
“Maksudmu Bu ? Aku tidak memahaminya
“Ya….mungkin dengan ini kamu bisa belajar lebih rajin lagi” Kata ibuku dengan serius
“Aku tidak mengerti maksud ibu, aku lulus apa tidak bu ?” Dengan nada yang bingung
“Kamu tidak lulus nak !” Ibuku menjawabnya dengan singkat sambil memelukku
“ Benarkah apa yang diucapkanmu itu Bu ? Benarkah aku tidak lulus?” Tanyaku seraya menangis
“Sudahlah Nak mungkin ini memang takdirmu, kamu tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi takdirmu” Ibu menenangkanku
Ibuku tetap memberi semangat buat aku, dan yang aku tidak sangka semua temen-temenku sudah ada di balakangku dengan muka yang berteteskan air mata, dengan tidak bicara apapun aku langsung memeluk Dwi sahabatku dan menangis, hanya beberapa menit ibuku mengajakku pulang, sebenarnya teman-temanku tidak mengizinkanku untuk pulang, tapi ibuku sudah bertekat untuk membawaku pulang.
Tidak lupa sebelum pulang aku pamit kepada semua teman-temanku dan aku Ucapkan selamat tinggal kepada mereka, aku dan ibuku berjalan ke pintu gerbang diiringi dengan tangisan kecewa dan, serta teman-temanku dibelakang menyemangatiku, mereka melambaikan tangan mereka sebagai tanda perpisahan kami, ibuku sudah menungguku di gerbang sekolah. Dan entah kenapa ibuku tidak menangis atau sedih malah ibuku ketawa melihatku…..
“Sudah?” Tanya ibuku
“Sudah?” Tanya ibuku
“Ia Bu, kenapa ibu malah senang melihatku seperti sekarang ini ?” Nada suaraku tinggi
“Ngapain menangis ? Wong kamu lulus Nak, seharusnya senang ? bukannya sedih ?” Kata-kata ibuku membuatku bingung kembali
“Apa maksud Ibu ?” Tanyaku
“Sebenarnya kamu itu lulus Nak, Tapi ibu mau memberi kejutan buat kamu, benar kamu lulus, kalau tidak percaya, ini suratnya” Ibuku memberi surat itu kepadaku
Aku benar-benar gak percaya. Dengan hati yang berbunga-bunga dan dengan segera aku meraih surat itu dari tangan ibu yang sudah menyodorkannya kepadaku.
“Ya Allah terimakasih,,,,Engkau telah mengabulkan do’aku. Ibu aku lulus” Aku teriak dan langsung memeluk ibuku.
“Ya sudah sana keteman-temanmu,mungkin mereka sedih dan menginginkan kehadiranmu disana” Ibu menyuruhku dengan senyuman
“Ia Bu akan ke teman-temanku” Dengan hati yang membawa rasa bahagia aku lari ke teman-temanku.
“Aku lulus” Teriakku ke teman-temanku
“Za…….kamu lulus?” Tanya sahabatku dengan tidak percaya
“Ia ini suratnya” Kataku sarambi menangis
“Ia kamu lulus Za…” Teriak sahabatku sehingga semua temanku mendengar teriakan itu
Setelah semua mendengar teriakan sahabatku, semua temanku menghampiriku dan menangis. Begitulah keharuan dan kesenanganku dan teman-temanku di sekolahku tercinta SMPN 1 PAKEM, akhirnya kita tasyakuran malam itu dengan semua guru-guru karena 100% dinyatakan lulus. Tasyakuran itu berakhir pada jam 08.00 malam. Sesudah kepala sekolah menutup acara tersebut, kepala sekolah menyarankan untuk bersalaman satu persatu. Semua pipi teman-temanku termasuk pipiku dibasahi air mata yng tak kunjung berhenti menetes dari mata kami
Jam menunjukkan pukul 08.30 malam. Aku tidak pulang kerumah karena aku ingin menikmati malam bersama sahabatku, aku pun bermalam di rumah Dwi sahabatku. Kita berdua tidak langsung merobohkan badan kita di tempat tidur melainkan duduk di teras depan rumah Dwi. Sambil meniKmati malam dengan keindahan bintang dan bulan yang selalu menerangi malam itu. Aku dan Fatma mengingat masa lalu kita waktu pertama kali kita kenalan sampai kita memutuskan untuk bersahabat. Tidak terasa jam menunjukkan pukul 00.00 kami pun segera masuk rumah.