Monday, April 15, 2013

Derita Pejalan Kaki Tunanetra

Jalan Thamrin, Jakarta, dihiasi dengan jalur untuk tunanetra. "Belum diresmikan," kata satpam di depan Gedung Jaya, yang malah memasang bollard oranye itu persis sepanjang dan di atas jalur kuning tunanetra.
Apakah jalur ini akan membantu tunanetra? Mungkin membantu. Tetapi masih banyak halangan, terlepas dari maksud baik pemerintah. Seri foto ini diambil pagi jam 08.30-09.00 di sepanjang Jalan Thamrin.

Bayangkan seandainya Anda adalah seorang tunanetra yang mencoba berjalan mengikuti jalur kuning. Pegang tongkat Anda erat-erat dan mari berjalan.


Pertama-tama, meski trotoar nampak rata dan luas untuk pejalan kaki biasa, jalur tunanetra justru berkelok-kelok karena terhalang aneka rupa galian.

Tunanetra terus berjalan, dan hup. Risiko menabrak benda-benda di jalan tinggi sekali. Ada rambu, tiang, dan bollard yang bertujuan mencegah sepeda motor naik ke trotoar. Awas, kepala juga bisa menabrak dedaunan dan ranting-ranting pohon.

Beberapa fasilitas umum dipasang sangat berdekatan dengan jalur tunanetra.Mereka bisa menabrak tempat sampah. Kalau ada yang sedang duduk menunggu bus, pasti kakinya beradu dengan tungkat dan kaki tunanetra. Gambar di paling kanan, jalur pejalan kaki justru dihuni lift besar yang tak dapat digunakan lagi.

Jalur rusak karena trotoar sering dilewati kendaraan berat yang masuk ke proyek, dan jalur yang bolong entah karena apa. Membingungkan para tunanetra.

Dan ini paling ironis, bollard disusun rapi di atas jalur kuning. "Belum diresmikan, masih setengah-setengah, pemprov ini!" Kata Satpam yang sedang menyusun bollard ini. Tapi mengapa harus diletakkan persis di atas jalur kuning ini? "Ya, nanti kalau diperintahkan geser, kita geser!"
Mungkin yang diperlukan adalah keseriusan. Mudah-mudahan pada saat peresmian, semua halangan ini sudah ditiadakan.

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...