Usai menerima surat pemecatan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bekas Bupati Garut, Jawa Barat,Aceng HM Fikri, sujud di kaki kedua orang tuanya, Holil Munawar dan Aat Atmilali. Air mata Aceng terlihat membasahi kedua kaki orang tuanya yang menyambut kedatangannya di pelataran rumah, di Kampung Copong, kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota.
Tak banyak kata yang diucapkan Aceng saat mencium kaki orang tuanya. "Bapak, saya minta maaf," ujarnya. Tak lama kemudian Aceng pun bergegas mencari ibunya. Tak ada satu patah kata yang diucapkan Aceng saat mencium kaki ibunya.
Sebelum sampai di kediamannya, Aceng dihadang ratusan simpatisannya di Jalan Raya Oto Iskandardinata, tepatnya di Kampung Cileungsing, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler. Setelah turun dari kendaraan dinasnya, Aceng pun diarak menuju rumah pribadinya yang berjalak sekitar 5 kilometer dengan menggunakan sepeda motor.
Saat diarak, Aceng tidak lagi mengenakan lambang kebesaran bupati di dada kanannya. Dia hanya mengenakan kopiah hitam, kacamata, dan kemeja putih. Konvoi ratusan sepeda motor yang mengarak Aceng ini sempat membuat arus lalu lintas terganggu.
Sesampainya di depan rumah, Aceng sempat berorasi di hadapan pendukungnya. Dia mengatakan bahwa dirinya telah menerima surat pemecatan dari Presiden. Meski begitu, Aceng meminta agar masyarakat tetap menjaga ketertiban dan keamanan. "Jangan ada darah yang menetes, jangan ada satu ranting pohon pun yang patah. Hidup perdamaian," ujarnya.
Tak hanya itu, Aceng juga meminta pendukungnya untuk menerima keputusan Presiden ini. Menurut dia, bila keputusan pemecatan dirinya dianggap sebagai sebuah kezaliman, tidak harus dibalas dengan hal yang serupa. Melainkan dengan berdoa agar orang tersebut dibukakan hatinya.
Menurut dia, dirinya tetap akan berjuang untuk membela kepentingan masyarakat, meski sudah tidak lagi menjadi bupati. "Perjuangan bukan berarti berakhir. Mari perjuangkan kesejahteraan rakyat ini bersama-sama," ujarnya.
Orasi Aceng ini mendapat sambutan yang cukup antusias dari pendukungnya. Suara tepuk tangan dan teriakan "Hidup Aceng", "Lanjutkan" terdengar hampir di setiap penjuru. Bahkan sejumlah perempuan yang hadir meneriakkan "Pak Aceng kasep, Pak Aceng kasep (ganteng).