Tokoh spritual lintas agama Anand Krishna akhirnya mau dijemput paksa oleh tim kejaksaan yang dibantu pihak kepolisian. Anand mau dibawa petugas karena tidak ingin melihat pertumpahan darah di Padepokannya di Desa Tegalantang, Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (16/2/2013).
Anand Krishna di eksekusi paksa sekitar pukul 11.00 Wita oleh tim dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dibantu petugas kepolisian yang dibekingi Dalmas Polda Bali. Penangkapan paksa terhadap penulis ratusan buku meditasi dan spritual itu berlangsung menegangkan.
Bahkan akibat eksekusi itu membuat murid dan pendukung Anand Krishna mengalami beberapa tindak kekerasan oleh petugas. "Petugas melompat pagar memaksa masuk, tujuh murid Pak Anand dibanting petugas sehingga mengalami trauma," kata Putu Puji Astuti, salah satu murid Anand yang menyaksikan jalannya eksekusi, Sabtu (16/2/2013).
Beberapa murid Anand lainnya yang sedang melaksanakan kegiatan spiritual di Anand Asram juga mengalami tekanan psikologis setelah acaranya dibubarkan petugas. Menyaksikan keributan di dalam padepokannya, Anand yang mengenakan baju serba putih itu akhirnya luluh dan bersedia digiring lalu dinaikan mobil oleh petugas untuk dibawa ke Polda Bali.
"Bapak tidak menyerah, beliau akan terus melawan ketidakadilan kesewenang-wenangan oknum penegak hukum," tegas Puji.
Anand mengaku mau dieksekusi dari pasraman tempatnya tinggalnya selama ini, karena tidak ingin melihat ada pertumpahan darah di padepokan tempat ia biasa bermeditasi. "Bapak tidak ingin melihat ada lagi tindak kekerasan, apalagi harus menimpa murid-muridnya," jelasnya.
Sesuai komitmen awal, menurut Puji, Anand Krishna tidak akan berhenti dan tetap akan terus berjuang menegakkan kebenaran serta menyebarkan semangat kasih sayang dan perdamaian dunia
Anand Krishna di eksekusi paksa sekitar pukul 11.00 Wita oleh tim dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dibantu petugas kepolisian yang dibekingi Dalmas Polda Bali. Penangkapan paksa terhadap penulis ratusan buku meditasi dan spritual itu berlangsung menegangkan.
Bahkan akibat eksekusi itu membuat murid dan pendukung Anand Krishna mengalami beberapa tindak kekerasan oleh petugas. "Petugas melompat pagar memaksa masuk, tujuh murid Pak Anand dibanting petugas sehingga mengalami trauma," kata Putu Puji Astuti, salah satu murid Anand yang menyaksikan jalannya eksekusi, Sabtu (16/2/2013).
Beberapa murid Anand lainnya yang sedang melaksanakan kegiatan spiritual di Anand Asram juga mengalami tekanan psikologis setelah acaranya dibubarkan petugas. Menyaksikan keributan di dalam padepokannya, Anand yang mengenakan baju serba putih itu akhirnya luluh dan bersedia digiring lalu dinaikan mobil oleh petugas untuk dibawa ke Polda Bali.
"Bapak tidak menyerah, beliau akan terus melawan ketidakadilan kesewenang-wenangan oknum penegak hukum," tegas Puji.
Anand mengaku mau dieksekusi dari pasraman tempatnya tinggalnya selama ini, karena tidak ingin melihat ada pertumpahan darah di padepokan tempat ia biasa bermeditasi. "Bapak tidak ingin melihat ada lagi tindak kekerasan, apalagi harus menimpa murid-muridnya," jelasnya.
Sesuai komitmen awal, menurut Puji, Anand Krishna tidak akan berhenti dan tetap akan terus berjuang menegakkan kebenaran serta menyebarkan semangat kasih sayang dan perdamaian dunia