Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem- Keanekaragaman Hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam suatu ekosistem tertentu, bioma, atau seluruh planet. Keanekaragaman Hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman Hayati adalah sebagian fungsi dari iklim. Pada habitat darat, daerah tropis biasanya kaya sedangkan daerah-daerah kutub dukungan spesies yang lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massa. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang telah ada di Bumi yang masih ada.
Setiap organisme sangat bergantung pada lingkungan tempat tinggalnya. Kondisi lingkungan akan memengaruhi jenis, pola makan, cara hidup, bahkan struktur suatu organisme. Keanekaragaman lingkungan akan memengaruhi keanekaragaman hayatinya. Hal tersebut akan membentuk ekosistem yang beraneka ragam. Setiap ekosistem memiliki karakteristik yang berbeda, bergantung pada kondisi faktor abiotiknya. Contohnya, jika terdapat dua ekosistem air tawar. Ekosistem air tawar yang satu terletak di daerah subtropis, dan ekosistem air tawar lainnya terletak di daerah tropis, maka kedua ekosistem tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Hal itu disebabkan karena suhu dan iklimnya berbeda. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada jenis organisme yang hidup di dalamnya. Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter ekosistem sangat dipengaruhi oleh keadaan faktor abiotiknya. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh yang lain. Di ekosistem gurun, terdapat tumbuhan kaktus dan ular derik. Kaktus memiliki struktur daun berbentuk jarum, batang berklorofil, dan akar menyebar jauh sampai ke dalam tanah. Sementara itu, ular derik memiliki sisik yang keras, warna cokelat seperti warna pasir, dan bergerak menyamping. Dari fakta tersebut, tampak jelas bahwa cara hidup kedua organisme tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Untuk dapat hidup di gurun harus memiliki struktur anatomi dan fisiologi yang khusus. Beberapa contoh keanekaragaman ekosistem antara lain, ekosistem danau, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem mangrove, dan ekosistem terumbu karang (Gambar 5.3).
![keanekaragaman ekosistem keanekaragaman ekosistem](http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/2011/10/keanekaragaman-ekosistem-300x164.jpg)
Gambar 5.3 (a) Ekosistem danau, (b) ekosistem hutan hujan tropis, (c) ekosistem mangrove, dan (d) ekosistem terumbu karang
Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai ekosistem. Ekosistem tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis vegetasinya atau tumbuhan penyusunnya. Vegetasi ini dipengaruhi oleh jenis tanah, iklim, dan ketinggian suatu ekosistem. Berbagai vegetasi di Indonesia menunjukkan keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi dibandingkan dengan vegetasi-vegetasi lainnya di dunis. Ekosistem di Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Ekosistem vegetasi dataran rendah, contohnya ekosistem hutan rawa di Rawa Danau di Jawa Barat (Gambar 5.4a)
b. Ekosistem air laut, contohnya ekosistem hutan bakau di Pulau Komodo, Nusa Tenggara (Gambar 5.4b)
c. Ekosistem vegetasi dataran tinggi, contohnya ekosistem vegetasi di Taman Nasional/Gunung Gede-Pangrango (Gambar 5.4c) dan vegetasi Acacia di Gunung Baluran. Jawa Timur (Gambar 5.4d)
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
![keanekaragaman ekosistem](http://static.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/2011/07/keanekaragaman-ekosistem.jpg)
keanekaragaman ekosistem
Gambar Keanekaragaman ekosistem (a) padang rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.
Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik (interaksi) antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) yang tinggal di suatu lingkungan, adapun komponen abiotik meliputi lingkungan fisik dan kimia di sekitar makhluk hidup. Lingkungan fisik terdiri atas sinar matahari, iklim, cuaca, suhu, udara, angin, kelembapan, air, dan tanah sedangkan lingkungan kimia terdiri atas kandungan mineral, kandungan keasaman, dan salinitas. Komponen penyusun ekosistem sangat beragam sehingga interaksi antarkomponen biotik maupun interaksi komponen biotik dengan abiotik beragam pula. Keragaman interaksi komponen penyusun ekosistem tersebut akan membentuk keanekaragaman ekosistem. Contoh keanekaragaman ekosistem adalah ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem laut, ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan tropik, ekosistem padang rumput, dan ekosistem padang pasir.Masing-masing ekosistem memiliki ciri fisik, kimia, maupun biologis tersendiri, sehingga flora dan fauna yang terdapat di dalam suatu ekosistem tertentu tidak akan sama dengan ekosistem lainnya. Misalnya, flora dan fauna ekosistem hutan hujan tropik berbeda dengan ekosistem padang rumput, berbeda pula dengan ekosistem padang pasir.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.