Mengaku menjadi korban pemerkosaan, perempuan berinisial SF, 29, warga Desa/Kecamatan Kencong mendatangi Mapolres Jember. Bersama Erf, 9, anaknya, SF melaporkan AH alias Tpn, 27, yang masih tetangganya.
Bahkan, SF, menjelaskan anaknya Erf, 9, juga diduga dicabuli Tpn yang diakui korban sebagai anak seorang pengasuh salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Kencong.
“Dia (Tpn, Red) anak pengasuh ponpes. Awalnya kelakuannya saya kira baik, ternyata kayak gitu,” ungkap SF saat diwawancarai sejumlah wartawan di Mapolres Jember, Selasa (14/2) siang.
Menurut korban, peristiwa itu bermula saat Tpn numpang istirahat di rumah SF.
“Kebetulan rumah saya dengan pondok itu dekat. Tpn numpang istirahat di rumah, dengan alasan di pondok katanya bising,” jelas SF.
Karena tidak curiga, SF pun mengizinkan. Bahkan suami SF juga tidak keberatan Tpn beristirahat dan tidur di rumahnya itu.
Namun beberapa hari kemudian, Tpn mulai menunjukkan sifat ‘genitnya’. “Dia sempat bilang suka ke saya, tapi tidak saya tanggapi. Selain saya memang tidak suka, saya juga sudah punya suami,” kata SF.
Namun entah kenapa, lanjut SF, setelah kejadian itu dia merasa mulai suka dengan Tpn. “Saya kayak di-lintrik (guna-guna) gitu,” sambungnya.
Sekitar tanggal 27 November 2016 tepatnya saat malam hari, Tpn kembali menumpang istirahat di rumah SF.
Kebetulan, suami SF sedang tidak di rumah karena sedang bekerja. Saat itulah, SF mengaku ditarik ke dalam kamar oleh Tpn.
Meski sudah menolak dan berontak, pada akhirnya Tpn tetap memperkosanya. “Dua kali saya digitukan (perkosa, Red),” tegas SF.
Keesokan harinya, Tpn kembali datang ke rumah SF. Saat itu, Tpn meminta tidur di kamar depan. Kemudian, Tpn mengajak Erf anak kandung SF, masuk ke dalam kamar itu.
“Anak saya disuruh mainin Hp-nya di tempat tidur itu. Saat itulah, lanjut SF, Tpn menggerayangi kemaluan Erf,” katanya.
“Saat saya tanya, anak saya ini ngaku sudah dua kali digituin sama Tpn,” ujar SF.
Merasa sudah kelewat batas, SF akhirnya mengadukan kejadian itu kepada suaminya.
Puncaknya, suaminya tak terima dan memilih melaporkan kejadian itu kepada polisi. “Sebenarnya saya juga menjaga nama baik orang tua Tpn. Tapi atas saran dari orang-orang, saya disuruh melapor ke polisi saja,” pungkas SF.