Berdasarkan hasil survei terbaru, kebanyakan anak dan remaja di Bandung telah melakukan hubungan seks pertama kali dengan imbalan uang atau barang pada usia 15-19 tahun. Pengakuan tersebut berasal dari kelompok populasi kunci, yaitu pengguna narkoba suntik, pekerja seks, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, serta waria (transgender), yang semuanya berusia 15-24 tahun.
Peneliti di Pusat Studi Tuberkulosis-Human Immunodeficiency Virus (TB-HIV) Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Irma Anintya, mengatakan survei terbaru ini dilakukan pada Juni hingga Oktober 2015 dengan melibatkan 466 orang sebagai responden dari kelompok populasi kunci. Survei diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, UNICEF Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Kota Bandung, Fokus Muda, IAC, dan Burnett Institute.
Dalam survei, terbagi dalam dua kelompok usia, yakni responden berumur 20-24 tahun berjumlah sekitar 82 persen, sisanya berusia 15-19 tahun. Jumlah responden lelaki 57 persen, perempuan 32 persen, sisanya transgender.
Total 234 dari 466 responden pada survei terbagi menjadi kelompok usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Dari kelompok pertama, mereka yang mengaku telah melakukan transaksi seks pada usia 15-19 tahun berjumlah sekitar 73 persen. Ada pula yang pertama kali melakukannya pada umur kurang dari 15 tahun sebanyak 20 persen dan sisanya pada usia lebih dari 19 tahun.
Pada kelompok dua yang berusia 20-24 tahun, sebanyak 51 persen mengaku berhubungan seks pertama kali dengan imbalan uang atau barang pada rentang usia 15-19 tahun, kemudian 19 persen pada usia kurang dari 15 tahun, dan sekitar 30 persen ketika berusia 19 tahun lebih. “Survei ini pertama kali dari kami untuk mengetahui perilaku dan layanan kesehatan populasi kunci di Kota Bandung,” kata Irma seusai paparan dan diskusi tentang survei tersebut, Selasa, 29 Desember 2015.
Kelompok populasi kunci merupakan kalangan yang rentan tertular penyakit seks HIV dan AIDS. Berdasarkan data Interagency Taskteam, angka kasus HIV-AIDS di kalangan usia 15-24 tahun secara global dunia terus meningkat. “Di Indonesia juga sama, sedangkan pada usia dewasa sekarang cenderung stabil dan menurun,” ujarnya.
Koordinator Kelompok Kerja HIV di pusat studi tersebut, Rudi Wisaksana, mengatakan risiko penularan HIV-AIDS banyak yang bergeser dari kalangan pengguna narkoba suntik ke hubungan seksual. “Faktor penyebab banyak ke arah heteroseksual maupun lelaki sama lelaki,” kata dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung itu. Menurut dia, penularan virus HIV-AIDS lebih rentan di kalangan pengguna narkoba suntik daripada hubungan seks.
Dari hasil survei itu juga diketahui, 59 responden merupakan pengguna narkoba suntik, yang kebanyakan mengaku tidak lagi melakukannya. Sedangkan berdasarkan hasil tes HIV 279 orang responden, sekitar 90 persen mengaku negatif, sekitar 5-8 persen positif HIV, sisanya tidak menjawab.