Anjloknya nilai tukar Rupiah dinilai turut andil meningkatkan tingkat inflasi. Hal ini bisa terjadi lantaran bahan baku industri di Indonesia mayoritas di impor dari luar.
Jika dolar menguat sudah tentu biaya ekspor akan naik dan harga barang ikut terdorong ke atas.
Direktur Eksekutif Mandiri Institut Destry Damayanti menyebutkan pelemahan rupiah itu akan berdampak ke industri. Pasalnya bahan baku industri Indonesia 76 persen dan 17 persen impor kita barang modal.
"Biaya impor akan naik, memukul pengusaha, lalu juga ada pengaruh inflasi," ungkapnya Rabu (11/3/2015).
Dia menyebutkan setiap rupiah depresiasi 10 persen akan ada penambahan inflasi 0,8 persen.
"Sekarang depresiasi sudah 7 persen maka akan ada penambahan inflasi 0,6 persen, ini akan memberatkan target pemerintah dan Bank Indonesia untuk capai inflasi," ucapnya.
Meskipun begitu, pihaknya mengatakan bahwa pelemahan ini tidak akan berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya dalam APBN tidak ada lagi subsidi Bahan Bakar Minyak yang dulunya menjadi momok bagi APBN.
"Sekarang enggak ada subsidi, jadi justru kalau Rupiah melemah penerimaan pemerintah dari perusahaan komoditi dan perusahaan ekspor akan meningkat tapi enggak bisa lihat itu saja, kita harus lihat keseluruhan," tandasnya.