Presiden terpilih 2014-2019, Joko Widodo memastikan bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi setelah nanti resmi dilantik menjadi Presiden RI pada 20 Oktober mendatang. Menurut pria yang lebih dikenal dengan sapaan Jokowi itu, kenaikan harga BBM bersubsidi antara Rp 500 sampai Rp 3000.
Jokowi mengatakan, formasi kenaikan harga BBM memang sudah direncanakannya setelah memenangi Pilpres 2014 lalu. Itu dilakukannya lantaran separuh dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dialokasikan untuk membeli BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran. Sebab, mayoritas penikmat subsidi justru dari masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas.
"Setelah saya dilantik baru kenaikan itu akan dilakukan. Ini merupakan hak prerogratif kepala negara. Hampir setengah dari anggaran APBN kita hilang, dan programnya tidak tepat sasaran. Sudah ada pembicaraan dengan tim dan beberapa menteri terkait formasi kenaikan BBM," tegasnya, usai menghadiri acara Halal bi Halal bertema 'Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan' di Pondok Pesantren Al-Hikam, Kecamatan Beji, Depok, Sabtu (30/8), sebagaimana yang dilansir INDOPOS (Grup JPNN).
Jokowi menuturkan, kenaikan BBM akan ditempuh karena subsidi yang diperuntukan bagi masyaralat miskin tidak tepat sasaran. Dan yang lebih utama, katanya, adalah untuk menekan defisit anggaran pada 2015.
"Pasti ada alasannya kenapa saya ingin naikan BBM. Biar jangan boros uang negara yang digunakan. Sudah cukup banyak negara dirugikan karena programnya tidak tepat sasaran," ujar Jokowi.
Lebih jauh Jokowi menyatakan, rencananya anggaran dari subsidi BBM akan dialihkan ke bidang-bidang yang produktif. Misalnya, bidang pertanian, peternakan, dan perikanan, serta usaha kecil menengah. Hal itu, kata Jokowi, dilakukan demi mengembalikan kondisi Indonesia yang dulu dikenal dengan negara agraris, serta demi meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin ditanah air yang semakin hari terus bertambah.
"Dialihkan BBM yang bersubsi untuk kenikmatan-kenikmatan, ke hal-hal yang produktif. Toh ini harus dipecahkan agar semua sejahtera. Makanya saya yakin masyarakat akan mengerti kenapa harus dinaikan BBM," paparnya.
Disinggung mengenai adanya pro dan kontara tentang rencana kenaikan BBM di tubuh PDIP yang mengusung Jokowi di pilpres lalu, mantan Wali Kota Solo itu menganggapnya sebagai hal wajar. Namun, katanya, kenaikan harga BBM akan tetap dilakukan. Sebab, dirinya memiliki opsi-opsi yanh harus dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat dan keuangan negara.
"Ya biasa sajalah, ada (kader PDIP) yang menolak. Memang kebijakan menaikan BBM itu tidak populer, tetapi harus dilakukan. Yang jelas saya ada opsi yang harus diputuskan agar persoalan ini tidak berlarut-larut," imbuhnya.