“lel, kenapa kamu melamun?” itu lah kalimat yang selalu mengejutkan ku di waktu itu, saat itu aku masih duduk di kelas 1 sekolah menengah pertama. Tak ku sangka akan seperti ini jadinya. Di hari itu tepatnya di hari senin, kami mengadakan upacara bendera. Disaat itu lah aku memperhatikan seseorang disana. Ya, dia kakak kelas ku yang bernama Edy. Saat itu ia masih kelas 3, sedangkan aku baru menduduki kelas 1, awalnya aku hanya mengaguminya. Akan tetapi, lama kelamaan rasaku pun berbeda terhadapnya. Aku merasa aku telah menyayanginya. Akan tetapi itu tak mungkin. Dia sudah mempunyai kekasih yang jauh lebih cantik dari aku. Ya, ia bernama Devi.
Tak terasa waktu pun terus berputar, akhirnya tibalah waktunya perpisahan di sekolah. Aku sangat sedih. Karena Dia pasti akan pergi. Tapi aku harus ikhlas karena itu awal dari kesuksesannya. Edy tak mengetahui bahwa aku sangat menyayanginya. Dia juga tak mengenalku.
3 tahun pun berlalu, disaat aku hendak menduduki kelas 1 sekolah menengah kejuruan, disaat aku mendaftar di sekolah itu, tiba tiba handphone ku berdering. Alangkah terkejutnya aku disaat itu. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tak pernah kukenal. “hay ini lely kan?” langsung ku jawab “hy juga, iya, kamu siapa?” akan tetapi tak pernah ada jawaban.
Setelah beberapa hari, nomor itu kembali mengirim pesan kepadaku, “perkenalkan, aku Edy, kakak kelas kamu dulu” aku sangat terkejut membaca pesan itu yang ternyata dari seseorang yang ku kagumi dulu, akhirnya ia mengenal ku entah dari mana, sehingga kami pun saling berteman.
Ia bercerita banyak hal tentang kehidupannya. Disaat aku duduk di kelas 2 smk, ia bercerita padaku bahwa ia akan pergi ke kota Batam untuk melanjutkan kuliah. Disaat itu aku benar benar tak tau apa yang harus kulakukan, hatiku benar benar sedih.
Setelah keberangkatan ke Batam, tak pernah ada kabar lagi tentang dia. Ku coba menghubungi via handphone, akan tetapi nomor dia sudah tak aktif lagi. Sedikit kecewa sebenarnya. Namun, aku mencoba untuk melupakannya. Waktu pun terus berlalu, dia datang lagi di kehidupan ku. Akan tetapi saat itu juga dia membawa seseorang kepada ku. “ini dia kekasih ku” begitu terpukul aku mendengarkan pengakuannya. Sakit rasanya ketika aku tersadar bahwa dia bukan milik ku.
Sekarang, aku sudah berusia 18 tahun. Dari usia 13 hingga 18 tahun aku masih menyimpan rasa untuknya. Ku anggap itu sebagai pelajaran bahwa cinta tak harus memiliki. Sekarang, aku sudah nyaman dengan diriku, walaupun masih sendiri, tetapi aku sudah nyaman dengan pekerjaan ku. Dan ku yakin, jodoh sudah diatur Allah. Terimakasih kak Edy Syahputra. Engkau telah mengajarkan ku bagaimana bersikap dewasa, walaupun kita tak pernah bersatu akan tetapi engkau telah ku anggap kakak ku sendiri.