Udara di pagi hari terasa sejuk, aku melihat hamparan sawah sangat asik dan menyenangkan. Rumahku tidak jauh dari sawah. Sehingga, jika aku ingin pergi ke sawah, tidaklah menghabiskan tenaga banyak. Pagi-pagi sekali, rasanya aku ingin sekali pergi kesawah yang berjejeran banyak sekali di desa sebelah rumahku. Melihat suasana sawah yang membuat hati tenang, sebelum aku pergi mengunjungi petani di sawah, tidak lupa aku membawa bekal makan siang untuk makan aku di sawah nanti dengan para petani.
Aku ingin sekali membantu meringankan beban para petani, dan aku ingin sekali merasakan menjadi seorang petani yang sudah susah payah merawat padi untuk kelangsungan hidupku juga . Sedangkan aku melihat banyak para petani yang sudah terlebih dahulu berangkat dengan menuntun traktornya.
“Tiba di sawah Pak petani langsung bercocok tanam. Sebelum di bajak terlebih dahulu Pak tani mencangkul tanah tersebut supaya memudahkan pembajakan, kegunaan membajak sawah adalah supaya tanahnya gembur dan mudah di garab.” Itulah sedikit ilmu yang aku ketahui tentang bercocok tanam di sawah.
Aku ingin sekali membantu meringankan beban para petani, dan aku ingin sekali merasakan menjadi seorang petani yang sudah susah payah merawat padi untuk kelangsungan hidupku juga . Sedangkan aku melihat banyak para petani yang sudah terlebih dahulu berangkat dengan menuntun traktornya.
“Tiba di sawah Pak petani langsung bercocok tanam. Sebelum di bajak terlebih dahulu Pak tani mencangkul tanah tersebut supaya memudahkan pembajakan, kegunaan membajak sawah adalah supaya tanahnya gembur dan mudah di garab.” Itulah sedikit ilmu yang aku ketahui tentang bercocok tanam di sawah.
Di saat semua pada mengerjakan pekerjaannya masing-masing aku pun menghampiri mereka...
“Permisi Pak, selamat pagi.” Ucapku sambil tersenyum kepada mereka.
“Pagi adek , ada yang bisa bapak bantu.” Salah satu Pak tani menjawab .
“Perkenalkan nama saya Ramadhania, bisa di panggil Dhania , saya adalah anak dari desa sebelah .” Aku memperkenalkan diri.
“Pak bolehkah saya membantu bapak dalam bercocok tanam ini, saya ingin merasakan menjadi seorang petani.” Lanjutku dengan suara agak keras dan lugas.
“Perkenalkan nama bapak Agus Soeherman. Yang benar adek mau belajar menjadi petani? Apakah adek tidak jijik, kalau saja adek harus ikut dengan pekerjaan bapak ini, kan adek juga harus masuk ke dalam lumpur yang sangat kotor ?.”
“Benar dong pak. Buat apa saya jauh-jauh dari desa sebelah, kesini kalau tidak untuk belajar menjadi seorang petani. Kalau masalah jijik dan kotor, itu mah tidak masalah pak, Nah maka dari itu saya ingin merasakannya. Bagaimana rasanya menjadi petani dan bagaimana juga cara untuk menghasilkan padi dan menjadi nasi yang tiap hari saya makan pak !”. Menceloteh dengan sedikit ketus.
“Ya sudah kalau memang itu kemauan adek. Mari turun mengikuti bapak mengerjakan pekerjaan ini.” Sambil mengulurkan tangannya ke padaku.
Di samping aku melepas sepatuku dan turun ke dalam sawah yang di penuhi lumpur yang sangat kotor . Ku lihat Bu Anik istri pak Agus memilih-milih bibit padi yang bagus dan siap di tanam pada lahan yang sudah di bajak oleh Pak Agus . Sedang kan tugas pertamaku adalah menanam padi yang sudah di pilih Ibu tadi, kemudian aku menaburi pupuk sedikit demi sedikit. Dan yang terakhir menyemprotkan obat tanaman agar hasil tanamannya bagus dan menghasilkan beras yang berkualitas tinggi.
Sungguh betapa senangnya hatiku bisa membantu meringankan pekerjaan Petani ini, ternyata menanam padi sangatlah mudah dan menyenangkan, tetapi dari semua pekerjaan yang aku coba tadi , banyak sih yang kurang sesuai dengan yang di inginkan. Tetapi alhamdulilahnya ada Pak Agus yang selalu menuturi dan memberi intruksi ketika aku melakukan kesalahan.
Sambil menanam padi aku bermain lumpur sawah dan mengibas-ngibaskan bajuku yang basah terkena air lumpur sawah, Ibu dan Bapak cuma tersenyum melihatku.
Matahari sudah diatas kepala, dan udara sudah terasa panas, aku mengambil Capeng (jawa:penutup kepala) milik Ibu Anik sebagai penutup kepala. Tidak lama kemudian ibu menyusul menanam padi di sampingku.
Ibu berkata pada Ku, ” Nak apa kamu tidak capek ” ??????
“ Capek sih Buuu ” jawab Ku.
“ Ya sudah. Kamu istirahat dulu sana di gubuk. ” perintah Ibu.
“ Nanti sajalah Bu, saya istirahatnya bersama-sama saja sekalian makan siang dan sholat duhur.”
Beberapa jam kemudian terdengar suara Azan sudah di kumandangkan. Aku, Bapak ,dan Ibu Tani membersihkan diri berwudu di sungai yang tidak jauh dari gubuk. Setelah itu kami berjama’ah sholat duhur di gubuk yang kecil cukup untuk istirahat petani yang ada di sawah dan gubuknya terletak di tengah-tengah bentangan sawah yang luas.
Setelah selesai sholat aku menyiapkan makan siang untuk kami dan ternyata Ibu juga membawa bekal.
“ Ee’mm, enaknya makan dengan lauk ikan teri, sayur bening, di tambah sambel goreng sebagai penyemangat makan.” kataKu. Apa lagi makan di tengah – tengah hamparan sawah yang hijau, ee’mmm tambah nikmat rasanya.
Kami makam, sambil memandang sawah yang baru selesai di garab. Selesai makan kami melanjutkan pekerjaan seperti semula.Terik matahari semakin terasa panas. Tapi aku tetap semangat dalam membantu ibu dan bapak tani ini untuk melanjutkan pekerjaan. Supaya pekerjaan mereka cepat terselesaikan, beberapa saat kemudian pekerjaan mereka terselesaikan.
Pak Agus dan Bu Anik terasa puas setelah semua pekerjaan terselesaikan. Lingsir matahari terlihat condong dari sebelah barat, itu menandakan kami harus segera berkemas-kemas untuk pulang kerumah. Akupun terasa puas bisa membantu pekerjaan kedua Pak tani ini.
Hari semakin sore, aku pun berpamitan dan mengucapkan terima kasih banyak pada mereka berdua. Mereka pun sedikit memberikan bekal nasehat untukku.
“Terima kasih pak Agus dan bu Anik, Dhania sudah di terima tadi menjadi petani sementara disini , dan sedikit demi sedikit membantu pekerjaan bapak dan ibu , tapi maaf kalau tadi mungkin saya banyak melakukan kesalahan.”
“Bapak dan ibu juga berterima kasih banyak juga, karena dek Dhania hari ini telah membuat pekerjaan kami terselesaikan dengan baik sebelum batas waktunya. Selama tadi adek membantu kami memang banyak lah kesalahan tetapi apa salahnya kalau adek salah, kan juga adek baru belajar menjadi seorang petani.Bapak juga engga akan marah.”
“Wah makasih buanyak deh pak untuk seharian yang berkesan ini. Oh ya, apakah sekarang saya bisa mendapat gelar seorang petani pak ?.”
Mereka pun tertawa mendengar pertanyaanku barusan .
“Kamu itu memang lucu. Semua orang baik itu kecil,remaja maupun dewasa bisa menjadi seorang petani hebat, kalau mereka sungguh-sungguh dan ingin bekerja keras demi apa yang dia inginkannya kelak, sama hal nya dengan dek Dhania. Meskipun banyak kesalahan, tetapi dari kesalahan itu adek bisa belajar dengan benar bagaimana cara sesungguhnya dan akhirnya bisa toh.” Jelas Pak Agus.
“Dan kalau memang dek Dhania ingin bisa dan berhasil itu semua harus hasil dari diri kita sendiri, caranya dengan belajar dan terus belajar. Mempelajari dari apa yang belum kita bisa, terus mencari tahu sesuatu hal yang belum kita ketahui, dan ingat kita harus menjadi orang yang selalu ingin tahu dalam segala bidang, bukan berarti kita harus mengingin tahui privacy atau kepribadian orang.” Lanjut Bu Anik.
“Iya Pak,Bu. Makasih nasehatnya. Pasti saya akan terapkan semuanya dalam keseharian saya . Saya engga akan lupa dengan semua nasehat tadi.” Jawab ku.
“Jadi kalau saya mau kesini lagi dan belajar lebih mendalam lagi tentang pertanian , pasti boleh kan Pak Bu ??.” Pinta aku.
“Sangat boleh dek, apalagi rumah adek dekat. Pasti kami berdua aka selalu menerima kedatangan adek untuk belajar dengan kami lagi di sini.” Jawab mereka berdua dengan tersenyum senang.
“ Baiklah pak bu, saya mau permisi pulang dulu, karena sudah mau menjelang magrib.”
“Iya , hati-hati di jalan ya.” Sambil melambai-lambaikan tangan mereka padaku.
Membantu seseorang itu sesuatu hal yang menyenangkan. Contohnya membantu petani dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai Pak Tani. Mungkin bagi sebagaian remaja jaman sekarang pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang membosankan dan jadul. Padahal jauh sekali dari perkiraan mereka, malahan bukan hanya kesenangan yang di dapat tetapi ilmu bercocok tanam pun di peroleh. Mungkin memang perlu ketelatenan, tapi kalau memag kita sungguh ingin bisa pasti ketelatenan itu akan kita dapat.
“Permisi Pak, selamat pagi.” Ucapku sambil tersenyum kepada mereka.
“Pagi adek , ada yang bisa bapak bantu.” Salah satu Pak tani menjawab .
“Perkenalkan nama saya Ramadhania, bisa di panggil Dhania , saya adalah anak dari desa sebelah .” Aku memperkenalkan diri.
“Pak bolehkah saya membantu bapak dalam bercocok tanam ini, saya ingin merasakan menjadi seorang petani.” Lanjutku dengan suara agak keras dan lugas.
“Perkenalkan nama bapak Agus Soeherman. Yang benar adek mau belajar menjadi petani? Apakah adek tidak jijik, kalau saja adek harus ikut dengan pekerjaan bapak ini, kan adek juga harus masuk ke dalam lumpur yang sangat kotor ?.”
“Benar dong pak. Buat apa saya jauh-jauh dari desa sebelah, kesini kalau tidak untuk belajar menjadi seorang petani. Kalau masalah jijik dan kotor, itu mah tidak masalah pak, Nah maka dari itu saya ingin merasakannya. Bagaimana rasanya menjadi petani dan bagaimana juga cara untuk menghasilkan padi dan menjadi nasi yang tiap hari saya makan pak !”. Menceloteh dengan sedikit ketus.
“Ya sudah kalau memang itu kemauan adek. Mari turun mengikuti bapak mengerjakan pekerjaan ini.” Sambil mengulurkan tangannya ke padaku.
Di samping aku melepas sepatuku dan turun ke dalam sawah yang di penuhi lumpur yang sangat kotor . Ku lihat Bu Anik istri pak Agus memilih-milih bibit padi yang bagus dan siap di tanam pada lahan yang sudah di bajak oleh Pak Agus . Sedang kan tugas pertamaku adalah menanam padi yang sudah di pilih Ibu tadi, kemudian aku menaburi pupuk sedikit demi sedikit. Dan yang terakhir menyemprotkan obat tanaman agar hasil tanamannya bagus dan menghasilkan beras yang berkualitas tinggi.
Sungguh betapa senangnya hatiku bisa membantu meringankan pekerjaan Petani ini, ternyata menanam padi sangatlah mudah dan menyenangkan, tetapi dari semua pekerjaan yang aku coba tadi , banyak sih yang kurang sesuai dengan yang di inginkan. Tetapi alhamdulilahnya ada Pak Agus yang selalu menuturi dan memberi intruksi ketika aku melakukan kesalahan.
Sambil menanam padi aku bermain lumpur sawah dan mengibas-ngibaskan bajuku yang basah terkena air lumpur sawah, Ibu dan Bapak cuma tersenyum melihatku.
Matahari sudah diatas kepala, dan udara sudah terasa panas, aku mengambil Capeng (jawa:penutup kepala) milik Ibu Anik sebagai penutup kepala. Tidak lama kemudian ibu menyusul menanam padi di sampingku.
Ibu berkata pada Ku, ” Nak apa kamu tidak capek ” ??????
“ Capek sih Buuu ” jawab Ku.
“ Ya sudah. Kamu istirahat dulu sana di gubuk. ” perintah Ibu.
“ Nanti sajalah Bu, saya istirahatnya bersama-sama saja sekalian makan siang dan sholat duhur.”
Beberapa jam kemudian terdengar suara Azan sudah di kumandangkan. Aku, Bapak ,dan Ibu Tani membersihkan diri berwudu di sungai yang tidak jauh dari gubuk. Setelah itu kami berjama’ah sholat duhur di gubuk yang kecil cukup untuk istirahat petani yang ada di sawah dan gubuknya terletak di tengah-tengah bentangan sawah yang luas.
Setelah selesai sholat aku menyiapkan makan siang untuk kami dan ternyata Ibu juga membawa bekal.
“ Ee’mm, enaknya makan dengan lauk ikan teri, sayur bening, di tambah sambel goreng sebagai penyemangat makan.” kataKu. Apa lagi makan di tengah – tengah hamparan sawah yang hijau, ee’mmm tambah nikmat rasanya.
Kami makam, sambil memandang sawah yang baru selesai di garab. Selesai makan kami melanjutkan pekerjaan seperti semula.Terik matahari semakin terasa panas. Tapi aku tetap semangat dalam membantu ibu dan bapak tani ini untuk melanjutkan pekerjaan. Supaya pekerjaan mereka cepat terselesaikan, beberapa saat kemudian pekerjaan mereka terselesaikan.
Pak Agus dan Bu Anik terasa puas setelah semua pekerjaan terselesaikan. Lingsir matahari terlihat condong dari sebelah barat, itu menandakan kami harus segera berkemas-kemas untuk pulang kerumah. Akupun terasa puas bisa membantu pekerjaan kedua Pak tani ini.
Hari semakin sore, aku pun berpamitan dan mengucapkan terima kasih banyak pada mereka berdua. Mereka pun sedikit memberikan bekal nasehat untukku.
“Terima kasih pak Agus dan bu Anik, Dhania sudah di terima tadi menjadi petani sementara disini , dan sedikit demi sedikit membantu pekerjaan bapak dan ibu , tapi maaf kalau tadi mungkin saya banyak melakukan kesalahan.”
“Bapak dan ibu juga berterima kasih banyak juga, karena dek Dhania hari ini telah membuat pekerjaan kami terselesaikan dengan baik sebelum batas waktunya. Selama tadi adek membantu kami memang banyak lah kesalahan tetapi apa salahnya kalau adek salah, kan juga adek baru belajar menjadi seorang petani.Bapak juga engga akan marah.”
“Wah makasih buanyak deh pak untuk seharian yang berkesan ini. Oh ya, apakah sekarang saya bisa mendapat gelar seorang petani pak ?.”
Mereka pun tertawa mendengar pertanyaanku barusan .
“Kamu itu memang lucu. Semua orang baik itu kecil,remaja maupun dewasa bisa menjadi seorang petani hebat, kalau mereka sungguh-sungguh dan ingin bekerja keras demi apa yang dia inginkannya kelak, sama hal nya dengan dek Dhania. Meskipun banyak kesalahan, tetapi dari kesalahan itu adek bisa belajar dengan benar bagaimana cara sesungguhnya dan akhirnya bisa toh.” Jelas Pak Agus.
“Dan kalau memang dek Dhania ingin bisa dan berhasil itu semua harus hasil dari diri kita sendiri, caranya dengan belajar dan terus belajar. Mempelajari dari apa yang belum kita bisa, terus mencari tahu sesuatu hal yang belum kita ketahui, dan ingat kita harus menjadi orang yang selalu ingin tahu dalam segala bidang, bukan berarti kita harus mengingin tahui privacy atau kepribadian orang.” Lanjut Bu Anik.
“Iya Pak,Bu. Makasih nasehatnya. Pasti saya akan terapkan semuanya dalam keseharian saya . Saya engga akan lupa dengan semua nasehat tadi.” Jawab ku.
“Jadi kalau saya mau kesini lagi dan belajar lebih mendalam lagi tentang pertanian , pasti boleh kan Pak Bu ??.” Pinta aku.
“Sangat boleh dek, apalagi rumah adek dekat. Pasti kami berdua aka selalu menerima kedatangan adek untuk belajar dengan kami lagi di sini.” Jawab mereka berdua dengan tersenyum senang.
“ Baiklah pak bu, saya mau permisi pulang dulu, karena sudah mau menjelang magrib.”
“Iya , hati-hati di jalan ya.” Sambil melambai-lambaikan tangan mereka padaku.
Membantu seseorang itu sesuatu hal yang menyenangkan. Contohnya membantu petani dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai Pak Tani. Mungkin bagi sebagaian remaja jaman sekarang pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang membosankan dan jadul. Padahal jauh sekali dari perkiraan mereka, malahan bukan hanya kesenangan yang di dapat tetapi ilmu bercocok tanam pun di peroleh. Mungkin memang perlu ketelatenan, tapi kalau memag kita sungguh ingin bisa pasti ketelatenan itu akan kita dapat.
Dan menurutku pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang halus, yang hanya mengeluarkan sedikit air keringat, tetapi akan kembali segar lagi apabila semua pekerjaan terselesaikan.
Dan jika orang lain bisa, maka kita pun juga pasti bisa dan harus bisa ! Kuncinya BUKAN pada kepandaian, namun pada niat dan tekad untuk mau berhasil serta strategi yang kita terapkan dalam mengerjakan apapun.