Banyak wanita khawatir bahwa malam pertama mereka akan terasa menyakitkan. Benarkah demikian? Untuk mengetahuinya, simak beberapa hal yang bisa terjadi saat seks untuk pertama kalinya seperti yang dilansir dari Indiatimes berikut ini.
Tidak selalu suksesKarena memang baru pertama kali melakukan, wajar jika seks tidak berjalan semulus yang dibayangkan. Misalnya pria ternyata mengalami ejakulasi dini atau wanita yang tidak mampu meraih klimaks. Namun semua itu bukan kesalahan Anda maupun pasangan. Semuanya wajar dan tetaplah berusaha untuk rileks sambil menikmati suasana intim bersama pasangan.
Memang sakitBagi wanita, seks untuk pertama kalinya memang menyakitkan. Namun jangan terlalu mengkhawatirkan hal itu. Ketakutan akan rasa sakit bisa menghancurkan suasana. Sebaiknya Anda berusaha untuk merasa nyaman dan melakukannya pelan-pelan. Sedikit demi sedikit, rasa sakit tersebut akan berubah menjadi kenikmatan.
BerdarahWanita yang mengalami pendarahan saat bercinta untuk yang pertama kalinya sering dikira masih perawan. Karena selaput dara robek akibat penetrasi kemaluan pasangan. Padahal bisa saja selaput darah sebelumnya robek saat berolahraga sehingga tidak ada pendarahan ketika bercinta.
Alat kontrasepsiJika ingin menunda hadirnya keturunan, pasangan kerap menggunakan kondom untuk seks yang pertama kalinya. Namun tahukah Anda, alat kontrasepsi tidak sepenuhnya bisa berhasil mencegah kehamilan.
Itulah beberapa hal yang bisa terjadi saat seks untuk pertama kalinya.
Hubungan seks yang baik hendaknya menimbulkan suatu kenikmatan tersendiri bagi yang melakukan. Namun, jika terjadi rasa sakit ketika berhubungan seks, tentunya hal tersebut sangat tidak baik. Dispareunia, yaitu nyeri genital yang menetap atau berulang yang terjadi tepat sebelum, selama atau setelah berhubungan seksual dan yang menyebabkan penderita tertekan secara personal.
Gejalanya dapat terasa nyeri setiap kali penetrasi, nyeri hanya dalam kondisi tertentu, dan nyeri baru setelah melakukan hubungan yang sebelumnya tidak sakit.
Nyeri pada saat penetrasi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, yakni:
Kurangnya cairan pelumas atau lubrikasi. Sering disebabkan karena foreplay yang kurang. Kurangnya lubrikasi juga umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen setelah menopause, setelah melahirkan atau selama menyusui. Obat-obatan tertentu untuk menghambat gairah dapat menurunkan pelumasan dan membuat seks jadi menyakitkan. Termasuk antidepresan, obat hipertensi, obat penenang, antihistamin dan pil KB tertentu.
Cedera, trauma atau iritasi, dapat meliputi cedera atau iritasi akibat kecelakaan, operasi panggul, sunat wanita, episiotomy atau kelainan bawaan.
Peradangan, infeksi atau kelainan kulit. Infeksi pada daerah genital atau saluran kemih dapat menyebabkan Dispareunia. Eksim atau masalah kulit lainnya di daerah genital juga bisa menjadi masalah.
Reaksi terhadap produk-produk pengendali kelahiran.
Vaginusmus, yaitu kejang otot-otot dinding vagina yang tak terkendali.
Vestibulitis, ditandai dengan rasa tersengat atau terbakar di sekitar vagina.
Jika rasa sakitnya terasa sangat dalam, mungkin disebabkan oleh:
Beberapa penyakit seperti endometriosis, radang panggul, prolaps rahim, retroversi rahim, uterine fibroids, cystitis, sindrom iritasi usus, wasir dan kista ovarium.
Infeksi rahim atau leher rahim tuba falopi dapat menyebabkan nyeri yang mendalam.
Operasi atau perawatan medis. Luka dari operasi pada daerah panggul kadang-kadang dapat menyebabkan Dispareunia. Perawatan medis untuk kanker, seperti radiasi dan kemoterapi, dapat menyebabkan perubahan tubuh yang membuat seks jadi menyakitkan.
Faktor emosional juga sangat berpengaruh, yaitu meliputi:
Masalah kejiwaan seperti kecemasan, depresi, kekhawatiran tentang penampilan fisik, dan ketidaknyamanan.
Stres. Otot dasar panggul sangat sensitif terhadap stres. Jadi stres dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan.
Terkadang sulit untuk mengetahui apa saja kah faktor-faktor psikologis yang terkait dengan dispareunia. Nyeri awal dapat menyebabkan ketakutan rasa sakit akan berulang, sehingga sulit untuk rileks dan dapat menyebabkan rasa sakit yang lebih.
Untuk meminimalkan rasa sakit para pasangan bisa melakukan beberapa perubahan rutinitas seksual:
Beralih posisi. Jika nyeri dialami selama dorongan penetrasi, penis mungkin menekan serviks atau otot-otot dasar panggul sehingga menyebabkan sakit atau nyeri perut. Mengubah posisi dapat membantu mengatur kedalaman penetrasi yang baik.
Berkomunikasi. Bicarakan dengan pasangan tentang apa yang terasa baik dan apa yang tidak.
Foreplay lebih lama dapat membantu merangsang pelumasan alami. Rasa sakit dapat dikurangi dengan menunda penetrasi sampai wanita benar-benar merasa terangsang.
Gunakan pelumas. Pada beberapa wanita, pelumas yang mengandung gliserin dapat menyebabkan infeksi jamur. Baca label dengan hati-hati atau mintalah dokter untuk merekomendasikan produk yang layak dicoba.
Obat dan terapi
Terapi Estrogen. Bagi kebanyakan wanita menopause, dispareunia disebabkan oleh pelumasan yang tidak memadai akibat tingkat estrogen yang rendah. Ini dapat diobati dengan krim resep, tablet atau cincin vagina fleksibel.
Terapi Desensitisasi. Selama terapi, pasien belajar latihan relaksasi vagina yang dapat mengurangi nyeri. Terapis dapat merekomendasikan latihan dasar panggul (latihan Kegel) atau teknik lainnya untuk mengurangi rasa sakit sewaktu hubungan seksual.
Konseling atau terapi seks. Jika seks telah terasa menyakitkan untuk waktu yang lama, pasien mungkin mengalami respons emosional yang negatif terhadap rangsangan seksual. Jika pasien dan pasangan menghindari keintiman karena hubungan seksual yang menyakitkan, pasien mungkin perlu meningkatkan komunikasi dengan pasangan dan memulihkan keintiman seksual. Berbicara dengan seorang terapis atau konselor seks dapat membantu mengatasi masalah ini.