Sunday, September 8, 2013

Miss World Ditentang, Realita di Depan Mata Tak Terlihat

Memang terasa agak aneh,lucu, dan menggelikan  melihat tingkah laku pola dan kehebohan sebagian masyarakat, baik golongan maupun oknum-oknum yang mengatasnamakan agama yang berteriak-teriak dengan sok-sok gagah dengan membawa spanduk-spanduk unutk menentang kemaksiatan di negeri ini, khusunya dalam penyelenggaraan Miss World di Bali, Indonesia yang mungkin bisa berpuluhan tahun sekali akan terselenggara kembali di Indonesia ini (tuan rumah).
Dilihat dari semua komentar-komentar yang selalu menjungjung tinggi budaya ke Timuran,  sepertinya tidak relevan. Coba, kalau memang komitmen dan prihatin dengan kemaksiatan yang terjadinya- sikap perbuatan -merendahkan harkat dan martabat perempuan di republik ini, maka sudah sepantasnya yang berkoar-koar itu  memperhatikan apa yang terjadi (realita) di depan mata. Bayangkan saja, setiap hari eksploitasi tubuh perempuan terjadi di depan mata melalui media televisi dan media lainnya. Iklan-iklan dan sinetron menyertakan wanita bertubuh sexy dan beradegan romantis. Sinetron yang terlihat memakai peran berdinas sekolah terlihat pacaran, dllnya.
Melihat penolakan terhadap ajang gelaran Miss World ini, sampai-sampai oknum-oknum golongan tersebut menyatakan perang,  nah..,sungguh memalukan. Bagimana jika golongan tersebut menyatakan perang terhadap “Korupsi”, itu sungguh diapresiasi. Namun, kenyataan tidak demikian. Dimana-mana terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan, kasus korupsi semakin menumpuk, tetapi para golongan tersebut tutup mata.
Semua komentar-komentar yang menolak ajang gelaran Miss World dikarenakan merendahkan harkat martabat manusia dan tidak cocok dicontoh oleh generasi muda bangsa. Jadi kalau dipikir-pikir, tidak salahnya penolakan ajang itu dikaitkan dengan kasus kecelakaan yang menimpa si Dul, anak si Ahmad Dhani botak itu.
Coba bayangkan-seperti pemberitaan di media- bila anak baru 13 tahun sudah pacaran, sampai larut malam dan nyetir mobil sendiri lagi. Jika berpacaran apalagi anak-anak sekarang kadang diajak menonton. Jika menonton berduaan, maka muncullah iklan dengan wanita berpakaian sexy atau film yang kebetulan ada adegan romantisnya. Apa sesuatu itu tidak memprovokasi hasrat itu untuk segera beraksi?Aduh…! anak 13 tahun sudah pacaran, terussss pas umur 17 thn ke atas mau ngapain lagi?
Dalam proses hukum yang menimpa si Dul, maka sudah sepantasnya orang tuanya di proses dengan hukum  karena orang tuanya (Ahmad Dhani) lalai mengurus anak-anaknya,Karena alasan si Dul masih di bawah umur dan tidak bisa diproses hukum. Maka bagaimana yang korban lainnya?, apa hanya ganti rugi? oh tidak bisa. Hukum harus berjalan.  Bahkan anak yang masih di bawah umur dengan menyetir kenderaan yang perlu dipertanyakan.
Jadi dalam kasus si Dul dan Penolakan Miss World itu, bisa jadi pelajaran bagi kita. Jangan melihat hal-hal kecil ( yang belum tentu negatif) bisa terlihat dan bahan perhatian, tetapi di sekeliling kita hal-hal yang berpotensi besar tidak bisa terlihat (tutup mata).

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...