ULFA AKSI
Akademi Sahur Indonesia, AKSI Indosiar memasuki babak-babak akhir. Sekarang ini memasuki babak 10 besar. Delapan peserta diambilkan dua orang dari masing-masing kelompok, sementara dua orang lagi diambilkan dari musyawarah. Saya kebetulan diminta menjadi mentor untuk Motivasi dan Public Speaking mereka. Selalu saya katakan, ini bukan perkara kalah menang. Tapi ini kesempatan untuk menunjukkan kepada setiap orang bahwa kita bisa menunjukkan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Ini kesempatan pembelajaran yang paling baik untuk bekerja dengan penuh kesungguhan dan kerja keras. Hasilnya, ikhlaskan dan tawakkal kepada Allah. Semakin ikhlas, hasilnya akan semakin baik.
Delapan peserta adalah ROHMATULLAH dari CILACAP dan SAPARUDDIN dari MAKASSAR mewakili kelompok 1, LAILI dari LAMPUNG dan DANI dari BEKASI yang mewakili kelompok 2, dan RIFA dari BANDUNG serta ZAKY dari KEDIRI mewakili kelompok 3. Sedangkan kelompok 4 diwakili oleh ULFAH dari JAKARTA dan PELE dari WAMENA. Yang mendapatkan jatah dari dewan juri adalah AMEI dari PALEMBANG dan MUSLIM dari SUKABUMI. Mari kita lihat mereka lebih detail.
ROHMATULLOH dari CILACAP. Rohmatullah yang berasal dari salah satu pesantren di Cilacap adalah calon Ustaz yang berceramah dengan gaya “Banyumasan” yang “ngapak-ngapak”. Pada awalnya, hampir seluruh ceramahnya dalam bahasa Jawa Ngapak. Hasil diskusi dan saran-saran pemirsa menjadikannya belakangan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia untuk isi ceramah sehingga bisa lebih dipahami pendengar. Rohmatullah sebagai pribadi adalah tipe yang periang dan mampu membuat suasana menyenangkan.
SAPARUDDIN, yang mengidolakan Ust. Maulana dengan ciri khasnya “jamaaaaah”, sama-sama berasal dari Makassar. Gaya Saparuddin memang mirip dengan Ust. Maulana, namun ditambah dengan bumbu cerita kehidupannya yang memang jauh lebih berat. Ciri khasnya adalah bahasa Makassarnya yang kental.
Peserta lainnya memiliki ciri khas unik. AMEI, peserta asal PALEMBANG yang sekarang berdomisili di Bandung adalah peserta yang mirip sekali dengan Ustadz Jefri (UJE), dalam hampir semua gaya bicaranya. Kemampuannya bersholawat dan menyanyi juga mirip dengan gaya UJE. Tentu hal itu menjadi gaya tersendiri yang menarik perhatian pemirsa.
Sementara DANI, dari BEKASI memang mirip dengan Ahmad Dhani, pentolan Dewa. Dari gaya berpakaian, gaya bicara, dan gaya bernyanyi juga mirip. Dani, yang sekarang menjadi pengajar di Pondok Pesantren At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi selalu tampil dengan penuh percaya diri. Pengalamannya mengajar di pesantren dan juga berdakwah di masyarakat menjadikan Dani hampir selalu tampil dengan matang di setiap penampilannya.
Sementara LAILI, peserta asal LAMPUNG ini hampir selalu menjadi favorit dari dewan juri. Penampilannya yang selalu meyakinkan, penghayatan yang baik terhadap materi, kedalaman materi, disertai pemahamannya terhadap berbagai dalil Qur’an dan Hadis menjadikannya sebagai salah satu kader Ustazah masa depan yang menjanjikan. Tidak heran, Ust. Al-Habsyi, salah seorang juri, mengatakan Laili adalah next “raising star”.
RIFA ini baru lulus dari SMA Muthohhari Bandung. Kemampuannya sangat unik: berdakwah, bernyanyi, dan juga bermain musik. Kombinasi yang menarik ini kelihatannya sangat penting untuk bekal dakwah yang lebih menghibur. RIFA punya potensi untuk masuk ke berbagai kalangan, mulai dari kalangan anak-anak, anak muda hingga kalangan dewasa. Kemampuannya bermain musik dan bernyanyi akan menjadikan ceramahnya tidak monoton dan menghibur. Tentu saja, kemampuannya membaca Al-Qur’an yang sangat baik menjadi bekal utama dakwahnya.
ZAKY dari . Zaky dikaruniai wajah yang keren dan kemampuan dakwah yang cukup lengkap. Baca Qur’an yang baik, menyanyi, dan juga melawak. Sekilas, kemunculan Zaky dengan nama lengkap Zaky Mubarok mengingatkan pada dai kondang Zaenuddin MZ. Beberapa gayanya memang sangat mirip. Zaky, walaupun sampai sekarang masih di Pesantren, terlihat cukup berpengalaman dan sangat baik membawakan ceramah.
MUSLIM dari SUKABUMI. Inilah penceramah yang menguasai gaya model ceramah Sunda. Kalau pernah melihat dalang Cepot, model ceramahnya kira-kira begitu; ada lucunya, ada humornya, tetapi tetap serius. Sarjana UIN Bandung ini tampil ala Ustadz dari bumi Parahyangan yang kaya budaya yang menarik.
ULFAH, dari JAKARTA. Mahasiswi Pascasarjana Universitas Jayabaya punya pengalaman cukup menarik. Menjadi salah satu grup vokal religi Fatimah Choir, dan aktif di kegiatan kampus, terutama saat menyelesaikan S1 di Universitas Tarumanegara. Aktif berdakwah, dan menjadi MC di berbagai kegiatan. Daya tariknya selain parasnya yang menarik, adalah gayanya yang komunikatif. ULFAH mampu menyihir para pendengar untuk tetap mendengarkan ceramahnya dengan dialog yang mengalir. Ditambah kemampuannya berpantun, ULFAH memberi warna tersendiri bagi finalis AKSI.
PELE dari WAMENA. Inilah warna yang paling berbeda di AKSI. PELE adalah orang khas Papua, dengan semua gaya dan ciri khasnya. Tapi PELE adalah DAI GOKIL. Justru dengan sifat dan ciri khasnya yang ceplas-ceplos, ceramahnya selalu penuh dengan kegembiraan. PELE membawa kegembiraan tersendiri, karena sebelum bicarapun orang sudah tertawa melihatnya. Umurnya baru 13 tahun, masih SMP di Pesantren Darut-Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung. Semangatnya memang luar biasa, dari WAMENA ke Bandung untuk mencari ilmu.