Tuesday, July 30, 2013

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dewasa ini meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (CO2, CH4, CFC, HFC, N2O), terutama peningkatan konsentrasi CO2, di atmosfir menyebabkan terjadinya global warming (peningkatan suhu udara secara global) yang memicu terjadinya global climate change (perubahan iklim secara global). Fenomena ini memberikan berbagai dampak yang berpengaruh penting terhadap keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, di antaranya adalah pergeseran musim dan perubahan pola/distribusi hujan yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau, naiknya muka air laut yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil dan banjir rob, dan bencana badai/gelombang yang sering meluluhlantakan sarana-prasarana penopang kehidupan di kawasan pesisir.
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.
Dengan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang perubahan iklim global di Indonesia, termasuk di dalamnya akan dibahas tentang penyebab, dampak di beberapa bidang, serta penaggulangan atau pencegahannya.


B.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian perubahan iklim global
2.      Mengetahui perubahan iklim global Indonesia
3.      Mengetahui penyebab perubahan iklim global
4.      Mengetahui dampak perubahan iklim global
5.      Mengetahui dampak perubahan iklim global terhadap Indonesia
6.      Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan
7.      Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap mangrove di Indonesia
8.      Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global

C.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim global ?
2.      Bagaimana perubahan iklim global Indonesia ?
3.      Apa saja penyebab perubahan iklim global ?
4.      Bagaimana dampak perubahan iklim global ?
5.      Bagaimana dampak perubahan iklim global terhadap Indonesia ?
6.      Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan
7.      Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap mangrove di Indonesia
8.      Apa saja cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global ?


BAB II
ISI

A.     Pengertian Perubahan Iklim Global
Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Sedangkan menurut Paulus Winarso (2007) iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya). Menurut Hidayati (2007) studi tentang iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya saling mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan fluktuasi iklim berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal. Menurut Kolaborasi Bali Climate Change (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Sedangkan menurut Agus Winarso (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya..
Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan.


B.     Perubahan Iklim Global Indonesia
Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa:
1.     Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,3 derajat Celcius sejak tahun 1990.
2.      Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering.
3.      Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR 2004).
4.      Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar 2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun, kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%.
5.      Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari Kota Jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007). Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi dari panjang pantai sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 km per tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus 2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah perbukitan dan pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di atas 50 meter.
6.      Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir akibat kenaikan permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang dan akan ada pengungsi dalam negeri.
7.      Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan perikanan yang pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan rata-rata masyarakat petani dan nelayan. Kerusakan pesisir dan bencana yang terkait dengan hal itu akan mengurangi pendapatan negara dan masyarakat dari sektor pariwisata. Sementara itu, negara harus menaikkan anggaran untuk menanggulangi bencana yang meningkat, mengelola dampak kesehatan, dan menyediakan sarana bagi pengungsi yang meningkat akibat bencana. Industri di kawasan pesisir juga kemungkinan besar akan menghadapi dampak ekonomi akibat permukaan air laut naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan beban anggaran pembangunan nasional dan daerah.
Dampak-dampak ini memang sering dikatakan sebagai ”diperkirakan”, tetapi perubahan pola cuaca, intensitas hujan dan musim kering, serta peningkatan bencana sudah mulai kita rasakan sekarang, tidak perlu menunggu 2030 atau 2050. Kalau peningkatan suhu rata-rata bumi tidak dibatasi pada 2oC maka dampaknya akan sulit dikelola manusia maupun alam

C.     Penyebab Perubahan Iklim Global
Penyebab perubahan iklim global seharusnya dibiarkan terjadi secara alami. Namun, campur tangan manusia terhadap alam semesta telah mempercepat perubahan tersebut secara signifikan.
Pemanasan Global
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah wadah diskusi Internasional yang khusus menyoroti tentang perubahan iklim dunia, pada 2007 lalu telah menyatakan secara eksplisit apa yang terjadi muka bumi ini.
Di antaranya isu pemanasan global yang telah dan sedang terjadi saat ini, temperatur bumi yang makin meningkat sebagai dampak dari tangan-tangan manusia, dilihat dari gejala yang sedang terjadi sekarang seperti suhu yang ekstrem, gelombangpanas bumi, dan hujan lebat yang turun tidak sesuai dengan siklusnya dalam frekuensi yang terus meningkat. Dapat dipastikan, hal-hal tersebut akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Pada 2009 akhir, kondisi kaki Gunung Mount Everest terlihat cukup memprihatinkan. Es dan salju yang membentuk gletser pada puncak Mount Everest telah mencair hingga membentuk danau es. Kejadian ini mencemaskan para penduduk Nepal yang ada di sekitar kaki gunung. Untuk membicarakan hal tersebut kepalapemerintah Nepal bersama para perdana menterinya berdiskusi dengan cara berkumpul di kaki Gunung Everest. Tindakan ini merupakan inisiatif pemerintah terhadap perubahan iklim yang ternyata bukan hanya mempengaruhi kondisi geografis Nepal, namun juga kondisi bumi secara keseluruhan.
Hasil pembahasan ini dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB di Dalam konferensi itu disepakati beberapa hal untuk menghentikan perubahan iklim global. Di antaranya pengakuan mendesak bahwa suhu bumi tidak boleh naik 2 derajat Celcius, bantuan finansial untuk negara berkembang dalam bentuk dana iklim senilai 100 miliar dolar mulai tahun 2020, dan pengawasan terhadap janji mengurangi emisi COnamun prosentase kadar emisinya tidak ditentukan sampai batas tertentu.
Untuk bisa melakukan semua ide tersebut dibutuhkan kerja keras seluruh pihak baik pemerintah maupun warga masyarakat tanpa terkecuali sebagai penduduk bumi. Memulai sesuatu memang tidak mudah, tapi dengan tekad yang kuat dan konsepyang tepat dan terarah, panas bumi dapat diturunkan hingga batas normal.
Efek Rumah Kaca
Perlu diketahui bahwa faktor utama penyebab terjadinya perubahan iklim global adalah adanya efek rumah kaca yang banyak digunakan untuk kegiatan industriyang dimulai sejak Revolusi Industri sejak abad 19. Lahan hijau banyak yang diratakan dengan tanah untuk dijadikan kawasan industri dengan dibangunnya bangunan-bangunan untuk kegiatan produksi dan pemukiman penduduk. Hal ini membuat penduduk dunia di berbagai belahan bumi berbondong-bondong melakukan migrasi dari desa ke kota untuk ambil bagian dalam kegiatan industri tersebut. Radiasi sinar matahari leluasa dipancarkan ke bumi dan terperangkap dalam rumah-rumah kaca. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Atmosfer pun mengalami peningkatan suhu. Penggunaan aerosol dan emisi gas nuangan yang tidak sesuai semakin menambah jumlah emisi yang terperangkap dalam rumahkaca.

D.    Dampak Perubahan Iklim Global
Menurut laporan IPCC tahun 2001, bahwa suhu udara global sejak 1861 telah meningkat 0.6oC, dan pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi pada tahun 2100 akan terjadi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.4 – 5.8 oC (2.5 – 10.4 oF). Dilaporkan pula bahwa suhu bumi akan terus meningkat walaupun konsentrasi GRK di atmosfer tidak bertambah lagi di tahun 2100, karena GRK yang telah dilepaskan sebelumnya sudah cukup besar dan masa tinggal nya (life time) cukup lama bisa sampa seratus tahun. Bila emisi GRK masih terus meningkat, para ahli memprediksi konsentrasi CO2 akan meningkat hingga 3x lipat pada awal abad ke 22 bila dibandingkan dengan kondisi pra-industri. Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan, dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu (Gambar 1). Bila suhu bumi meningkat hingga 3oC diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub, misalnya Bangladesh akan tenggelam. Bencana tzunami akan terjadi lagi di beberapa tempat, kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana-mana. Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat lain. Peningkatan jumlah pengungsi di suatu tempat akan berdampak terhadap stabilitas sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska bencana.
Perubahan yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak gunung, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna. Akibat perubahan global tersebut akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam perencanaan dan pengembangan wilayah, pengembangan pendidikan dan sebagainya. Guna menghindari terjadinya bencana besar yang memakan banyak korban, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global.


1.    Tinggi muka laut
Peningkatan suhu atmosfer akan diikuti oleh peningkatan suhu di permukaan air laut, sehingga volume air laut meningkat maka tinggi permukaan air laut juga akan meningkat. Pemanasan atmosfer akan mencairkan es di daerah kutub terutama di sekitar pulau Greenland (di sebelah utara Kanada), sehingga akan meningkatkan volume air laut. Kejadian tersebut menyebabkan tinggi muka air laut di seluruh dunia meningkat antara 10 - 25 cm selama abad ke-20. Para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut akan terjadi pada abad ke-21 sekitar 9 - 88 cm (Gambar 2).

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 % daerah Belanda, 17.5% daerah Bangladesh dan banyak pulau-pulau. Dengan meningkatnya permukaan air laut, peluang terjadi erosi tebing, pantai, dan bukit pasir juga akan meningkat. Bila tinggi lautan mencapai muara sungai, maka banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Bahkan dengan sedikit peningkatan tinggi muka laut sudah cukup mempengaruhi ekosistem pantai, dan menenggelamkan sebagian dari rawa-rawa pantai. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negaranegara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi penduduk dari daerah pantai.
2.      Mencairnya es di kutub utara
Para ilmuan juga memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil, akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara sehingga populasi flora dan fauna semakin terbatas. Pada daerahdaerah pegunungan subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair dan musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.

3.      Jumlah curah hujan
Meningkatnya suhu di atmosfer akan berpengaruh terhadap kelembaban udara. Pada daerah-daerah beriklim hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan, sehingga akan meningkatkan curah hujan, rata-rata, sekitar 1 % untuk setiap 1oC F pemanasan. Dalam seratus tahun terakhir ini curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 %. Intensitas curah hujan telah meningkat akhir-akhir ini bila dibandingkan dengan waktu 1950 -1999. Para ahli telah memperkirakan perubahan curah hujan yang akan terjadi di Asia Tenggara (Lal et al., 2001 dalam Santoso dan Forner, 2006) bahwa presipitasi di Asia Tenggara akan meningkat 3.6% di tahun 2020-an dan 7.1% di tahun 2050, serta 11.3% di tahun 2080-an. Dengan menggunakan model simulasi (IS92a pakai dan tanpa aerosol) diperkirakan iklim di Asia Tenggara akan menjadi lebih panas dan lebih basah dari pada kondisi yang kita miliki saat ini (Gambar 3). Dengan berpeluang besar untuk terjadi banjir dan longsor di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.
E.     Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Indonesia
Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan, populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia dengan tingkat kesadaran lingkungan yang rendah, degenerasi kearifan budaya lokal, pendidikan yang tidak memadai, keterampilan rendah, keterbelakangan iptek, kepedulian sosial minim, dibelit kemiskinan dan kesulitan ekonomi, kelemahan pemerintahan, korupsi, kurangnya kepemimpinan, serta kelakuan yang buruk dari pengusaha dan institusi internasional. Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa pada setiap saat di dalam wilayah negara ini ada musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi banjir.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.

Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya adalah :
  1. Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)
  2. Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis, dll.)
  3. Mengancam ketersediaan air
  4. Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
  5. Menurunkan produktivitas pertanian
  6. Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
  7. Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
  8. Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai
Terdapat dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan iklim, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air laut, menurunnya kualitas air permukaan, dan meningkatnya resiko banjir.
Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit diprediksi jauh-jauh. Produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi semakin sulit dan menimbulkan kerawanan pangan. Hubungan transportasi dan komunikasi antar pulau akan semakin sulit dan berbahaya. Semuanya akan bermuara pada disintegrasi negara kesatuan RI. Panjang garis pantai akan berkurang dengan naiknya permukaan laut, ratusan ribu kilometer persegi daratan di pesisir pantai akan hilang ditelan laut dan bersamanya akan ikut tenggelam pula kota -kota dan desa pesisir yang menjadi permukiman dari lebih seratus juta orang yang sebagian besar miskin serta asset dan infrastruktur bernilai trilyunan Euro. Pesatnya peningkatan permukaan laut ini tidak akan mampu diimbangi dengan kecepatan untuk memindahkan penduduk dan menggantikan infrastruktur yang hilang. Belum lagi tiadanya modal untuk melaksanakannya. Bencana besar itu akan datang dalam hitungan beberapa dekade saja apabila upaya antisipasi tidak dilakukan, baik secara regional maupun global.
Kepedulian terhadap lingkungan sangat minim. Kearifan budaya lokal untuk menjaga keseimbangan lingkungan dikalahkan oleh kebutuhan ekonomi, keserakahan, serta inefisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya. Erosi hutan alam terjadi dengan kecepatan tinggi menyebabkan banjir, tanah longsor dan kekeringan. Erosi hutan bakau menyebabkan abrasi pantai. Penduduk yang di pantai tenggelam, yang di gunung tertimbun, yang di tengah kehausan. Kebakaran dan pembakaran hutan menimbulkan asap yang menyesakkan bagi penduduk sendiri maupun penduduk negara tetangga. Belum lagi dampak ke penduduk dunia lain karena menurunnya kemampuan hutan untuk menghasilkan oksigen dan menyerap gas-gas polutan lainnya yang berpengaruh besar pada perubahan iklim dunia. Indonesia adalah pemilik wilayah hutan tropis terluas kedua di dunia.
Kemampuan pemerintah untuk menata ruang dan membuat peraturan kurang mempertimbangkan lingkungan. Itupun masih ditambah lagi dengan kelemahan penegakan hukum dan disiplin kepemimpinan. Korupsi dan ketidakpedulian membuat upaya menjaga dan memperbaiki ekosistem makin parah. Hal yang paling merisaukan adalah perbuatan dari pengusaha dan institusi internasional yang mempunyai kepentingan politik, ekonomi dan lainnya. Mereka memberikan iming-iming dan arahan yang menyesatkan ditengah keluguan, kerakusan, serta kebodohan pejabat pemerintah pusat, daerah dan pengusaha lokal. Mereka inilah yang menjadi penadah dari penggalian sumberdaya alam yang tidak bertanggungjawab ini. Barulah setelah dampak perubahan iklim global mulai mengancam kehidupan mereka juga maka Indonesia ditekan untuk memperhatikan lingkungan. Sayangnya, mereka sendiri enggan mengurangi polusi yang dihasilkan oleh industri di negara masing-masing. Padahal, mereka justru pencemar lingkungan yang paling besar yang selama ini menjadi sumber utama perubahan iklim global.
Kegagalan Indonesia untuk menyelamatkan diri dari perubahan iklim dapat dipastikan akan menyeret juga negara-negara lain di dunia ke dalam permasalahan yang sama, hanya waktunya saja yang berbeda. Kiamat akan datang dari Indonesia dan menyebar ke seluruh dunia.
Grup pemerhati pemanasan global telah merangkum dan menyusun informasi di internet tentang akibat dari pemanasan global di Indonesia baik ditinjau dari aspek lingkungan, sosial, ekonomi, kesehatan dan budaya.

 1.    Ketahanan Pangan Terancam
Produksi Pertanian Tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, serangan hama dan penyakit, kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi waktu tanam dan waktu panen, di beberapa tempat masa tanam lebih panjang tetapi di lain tempat justru menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu 1oC diperkirakan akan menurunkan panen padi di negara tropis sebanyak 10%. Dengan demikian bahaya kelaparan akan mengancam penduduk di mana-mana.
2.      Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan penyakit lama yang sudah jarang ditemukan saat ini. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap tahun.  Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah (dengee) diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
3.      Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropika kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan. Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai akan sangat menderita.
4.      Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim.

5.      Dampak sosial, budaya dan politik
Bencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di dalam suatu negara maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin dan terpisah dari akar sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah leluhur dan kearifan budaya mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan sumberdaya terus meningkat, sehingga akan menimbulkan konflik horizontal dan akhirnya bisa memicu konflik politik di dalam negara maupun antar negara.
6.      Dampak Lingkungan – kepunahan.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek  pemanasan global karena sebagian besar lahan akan dihuni manusia. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem), misalnya terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi.

F.      Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian dan Perikanan
Berdasarkan data dan keterangan dari beberapa lembaga dan peneliti iklim dan cuaca, perubahan iklim global telah mempengaruhi pertanian dan perikanan dunia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika juga menerangkan bahwa telah terjadi penyimpangan cuaca di Indonesia sebagai akibat dari anomali suhu permukaan laut yang cenderung hangat. Anomali ini juga terjadi di beberapa negara diantaranya Pakistan, Cina dan Rusia.
Di Kabupaten Sumbawa sendiri dampak dari global climate change ini tidak hanya dirasakan oleh para nelayan yang fokus usahanya mencari dan menangkap ikan di laut, namun juga seluruh kalangan masyarakat terutama petani yang mana profesi ini digeluti oleh sebagian besar masyarakat Pulau Sumbawa dan Indonesia umumnya.
Setahun terakhir banyak sekali petani yang mengalami gagal panen dan nelayan tidak melaut akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Jadwal dan pola tanampun mengalami perubahan, kondisi ini diperparah karena sebagian besar petani dan nelayan kita khususnya di Kabupaten Sumbawa merupakan bertani dan nelayan tradisional yang mana iklim dan cuaca merupakan faktor penentu sekaligus pembatas keberhasilan usaha mereka.
Jane Lubchenco Kepala Badan Nasional Kelautan dan Atmosfir (NOAA) Amerika Serikat dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu menerangkan bahwa perubahan iklim telah menimbulkan sirkulasi arus laut dunia atau yang selama ini dikenal dengan sebutan Great Ocean Conveyor Belt telah berubah. Hal ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laut dan mengakibatkan kondisi yang ekstrem. Air laut bisa menjadi sangat panas atau sebaliknya sangat dingin sekali.
Sementara itu Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Dr. Gellwynn Yusuf dalam salah satu media masa nasional mengatakan, dengan berubahnya sirkulasi arus laut dunia, akan membawa dampak yang sangat besar khususnya di bidang perikanan. Hasil kajian ilmiah yang dilakukan oleh K.E.Trenberth membuktikan bahwa selama 50 tahun terakhir, suhu atmosfir bumi dan konsentrasi karbon dioksida (CO2) terus meningkat, yang secara langsung kondisi ini juga menaikkan suhu bumi termasuk komponen akuatik, yaitu sungai, danau dan laut. Dalam salah satu tulisannya “Effects of Global Climate Change on Marine and Estuarine Fishes and Fisheries”, J.M. Roessig menyebutkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, paras laut meningkat setinggi 0,1-0,3 m dan kemungkinan menutupi area seluas 1 juta km2. Armi Susandi, pakar perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung juga sepakan akan hal ini, dia mengatakan bahwa jika permukaan air laut naik setinggi 1 meter, diperkirakan lahan persawahan seluas 346.808 hektar dan juga 700 buah pulau di Indonesia akan terancam tenggelam yang mana 5% diantaranya pulau yang berpenghuni.
Jika tidak segera ditangani dan berupaya mencari solusi yang tepat, perubahan iklim global (global climate change) dikhawatirkan akan mengancam sistem ketahanan pangan kita. Bahkan saat ini disadari atau tidak global climate change telah memberikan dampak pada sektor industri pertanian dan perikanan di Indonesia dan dunia baik yang bersekala besar maupun tradisional, pada akhirnya kondisi ini berimbas pada menurunya pendapatan sekaligus menghambat perputaran roda perekonomian masyarakat.
Karena dampak dari global climate change ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung serta muncul dalam variasi waktu yang berbeda, maka dibutuhkan kesigapan, strategi dan perencanaan yang matang dari pemerintah dan pmerintah daerah dengan memanfaatkan inovasi teknologi, melakukan kajian yang konfrehansif dan multidisipliner serta menjalin kerja sama dengan semua pihak untuk dapat menduga sekaligus mengantisipasi dampak yang lebih luas dari fenomena perubahan iklim global (global climate change) ini.

G.    Dampak Perubahan Iklim terhadap Mangrove di Indonesia
Perubahan iklim memiliki dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Dampak tersebut diantaranya adalah perubahan pola dan distribusi curah hujan, bencana banjir dan tanah longsor, dan naiknya permukaan air laut. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi resiko kehilangan banyak pulau-pulau kecil dan menyempitnya kawasan pesisir akibat naiknya permukaan air laut. Gregory dan Oerlemans (1998) memprediksi suhu udara meningkat sekitar 0,30C dan peningkatan muka air laut global sekitar 6 cm setiap 10 tahun. Susandi et al. (2008) memprediksi kenaikan muka air laut untuk wilayah Indonesia hingga tahun 2100 sekitar 1,1 m yang berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2 atau tenggelamnya sekitar 115 buah pulau. Selain itu para ahli telah memperkirakan presipitasi di Asia Tenggara yang akan meningkat sekitar 3,6% di tahun 2020-an, 7,1% di tahun 2050, dan 11,3% di tahun 2080-an. Nampaknya iklim di Asia Tenggara di masa yang akan datang akan menjadi lebih panas dan lebih basah daripada kondisi saat ini yang memicu terjadinya banjir dan longsor di musim penghujan, dan kekeringan di musim kemarau. Berdasarkan fenomena di atas, maka perubahan iklim global akan menyebabkan hilangnya hutan mangrove yang tumbuh di pulau-pulau kecil seiring dengan tenggelamnya pulau-pulau tersebut. Disamping itu, akan terjadi penyempitan lebar hutan mangrove yang tumbuh di pantai-pantai pulau yang tidak tenggelam tetapi lahan di kawasan pesisir di belakang mangrove banyak diokupasi oleh penduduk. Namun, bagi mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir yang tidak banyak diokupasi oleh penduduk, diperkirakan lebar mangrove akan meluas ke pedalaman.

H.    Pencegahan dan Penanggulangan Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim ini harus diatasi bersama-sama dan tidak ditunda-tunda. Setiap negara harus memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam negerinya sendiri sesuai kemampuan masing-masing. Negara maju harus membantu negara miskin. Bentuk bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan ekonomi, namun dibutuhkan juga tekanan politik yang positif untuk menanamkan urgensi masalah ini dan mendapatkan komitmen dari para pemimpin untuk bertindak.
Apabila negara-negara maju mau memperlambat laju pertumbuhan kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang miskin untuk meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggungjawab terhadap lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu ekuilibrium yang membuat perbuatan manusia semakin berimbang dan perubahan iklim global pun akan cenderung kembali ke arah yang positif.
Mengingat begitu seriusnya dampak pemanasan global dan perubahan iklim kiranya sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama dimulai dari hal-hal kecil yang dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti di bawah ini
1.      Hemat penggunaan listrik
a.       Gunakan lampu hemat energi
b.      Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumahtangga kita, misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari;
c.       Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya dikumpulkan dahulu hingga sesuai dg kapasitas mesin cuci kita;
d.      Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan;
e.       Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada penggunaan Air Condition (AC);
f.        Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu.
2.      Hemat penggunaan kertas dan tinta
a.    Untuk keperluan menulis konsep/corat-coret sebaiknya menggunakan kertas bekas, misalnya bekas print yang baliknya masih kosong
b.    Batasi penggunaan produk disposable/sekali pakai misalnya: tissue, diaper/pamper, dsb
c.    Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
3.      Hemat penggunaan air
Berikut ini tips-tips hemat air:
a.    Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur, menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan lebih dari 6000 L air perminggu;
b.    Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar menyiram tanaman, merendam lap-lap kotor dll.;
c.    Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran air;
d.    Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.
4.      Hemat penggunaan bahan bakar
a.    Lakukan perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda;
b.    Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang akurat dapat menghemat BBM;
c.    Hindari penggunaan kendaraan yang sistem pembakaran pada mesinnya sudah tidak efisien;
d.    Gunakan kendaraan sesuai kebutuhan, misalnya jika hanya bepergian sendiri lebih baik gunakan sepeda motor daripada mobil;
5.      Pengelolaan sampah/limbah yang baik
a.       Pisahkan sampah organik dan non organik, sampah organik. Dapat dibuat kompos;
b.      Sampah organik dapat dibuat bahan isian untuk biopori;
c.       Hindari membakar sampah;
d.      Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga menghindari penggunaan tas plastik.
BAB III
KESIMPULAN
1.      Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Perubahan Iklim Global ini merupakan perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya
2.      Perubahan iklim global Indonesia dirasakan sebagai kenaikan suhu rata-rata tiap tahun, musim hujan datang lebih lambat, variasi musiman dan cuaca ekstrim , kenaikan permukaan air laut, dan lainnya
3.      Penyebab perubahan iklim global antara lain adalah efek dari pemanasan global dan efek rumah kaca
4.      Dampak perubahan iklim global antara lain perubahan jumlah curah hujan, mencairnya es di kutub utara, naiknya permukaan laut, dan lain-lain.
5.      Di Indonesia dampak perubahan iklim global anatara lain kerusakan pesisir pantai termasuk mangrove, turunnya produksi pertanian dan perikanan, tingginya variasi penyakit seperti malaria, dan lain-lain
6.      Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global antara lain dapat dengan menghemat listrik, menghemat bahan bakar, menghematpenggunaan kertas dan tinta, hemat penggunaan air, serta pengelolaan sampah yang baik.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Perubahan Iklim Global. Diambil dari http://climatechange.menlh.go.idpada hari Rabu, 18 Mei 2011 pada pukul 21.15 wib
Armi Susandi, dkk.2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap  Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Bandung: Program Studi Meteorologi - Institut Teknologi Bandung
 Cecep Kusmana. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek Biologi Dan Ekologi Mangrove. Bandung:   Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Dedi Syafikri. 2010. Dampak Perubahan Iklim Global Terhadap Dunia Pertanian dan Perikanan. Semarang: Bidang Perencanaan & Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Kurniatun Hairiah. 2007. Perubahan Iklim Global: Dampak dan Bahayanya. Malang: Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah
Susandi, A. 2004. The impact of international greenhouse gas emissions reduction on Indonesia. Jerman: Report on Earth System Science, Max Planck Institute for Meteorology.
Tony Kristianto Juwono. Dampak Perubahan Iklim Global Terhadap Indonesia. Diambil dari www.google.com pada hari Rabu, 18 Mei 2011 pada pukul 21.15 wib

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...