Aku
adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di
rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang
sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa
anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan.
Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang
kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah
ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.
Rumah-rumah
di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah
memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga
tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan
sendiri-sendiri.
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di
rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin
mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku
ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan
sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari
acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari
kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari
tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu
menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.
Aku
melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang
yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku
sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku
merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan
telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.
Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai
menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya
melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan
kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang
menarik hatiku.
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku.
Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya
tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di
film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya
begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat
adegan itu, seandainya suamiku masih ada….
Aku melepaskan handuk
yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan
lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu
memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang
agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu
adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang
mata yang memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku dengan
lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku.
Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin
berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan
rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku
sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting
susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali
rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku.
Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah
yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.
Aku
terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang
keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke
klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku
sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang
semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan
pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai
untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari
tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan
jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke
pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam.
Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga
dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari
tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi
hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan
jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh
dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku
menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di
ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan
tiada tara.
Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju
klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam
rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari
tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan
jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk
menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku
yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di
dalam liang senggamaku.
Bersamaan dengan itu aku merasakan
sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku.
Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental
berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.
Mataku
terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku,
tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit
terbuka, lalu…..
“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang
laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti
menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam
keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha
mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan
membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup
sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat
gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan
mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
“Nah
cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil
dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku
untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha
melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya
ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
Lelaki itu
berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku
rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot
lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.
Dia
lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya
ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke
backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak
sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka
membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada
gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai
kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan
cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam
desahnya,
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan,
jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada
yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.
Aku berpikir cepat
menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini
seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum
dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati
lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri.
Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya
menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku.
Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin
puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan
demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan
caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku
bagaikan mangsa yang siap diterkam.
Aku sesenggukan melampiaskan
tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang
ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit
kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini
lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi
pipiku dan menjilat air mataku,
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.
Dia
juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku
dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah
kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya
dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda
perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku
selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja
merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan
betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya.
Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga
kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu
mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
“ Ah…..” Bukan
main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak
begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala
berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori
selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut.
Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada
tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku.
Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu
kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu
lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku.
Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian
menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku
sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret
dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh
gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan
semenjak suamiku meninggal.
Dan saat kombinasi lidah yang
menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang
mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak
mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti
dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat
kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan
tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang
penuh derita nikmat birahi.
Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”
Aku
mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita
nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata.
Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan
air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta
menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam
irama nafsu birahi yang menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan
diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong
dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada
kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan
gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar
lupa diri.
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
Rintihan
itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa
kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan
pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai
birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
Aku
betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih
berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu
memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena
sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda
seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan
sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga,
karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki
ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun
belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya
kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat
kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon
gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku
menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini
sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan
lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak
bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di
gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi
dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan
kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.
Sensasi
cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki
ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama
ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan
tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan
mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku
dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan
tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu
tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti
hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga
kemaluanku.
“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.
Kami
langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak
merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang
sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku
rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena
lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir
lagi.. Akupun tertidur kelelahan.
Besok pagi aku terbangun
dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di
rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang
datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan
hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai
kenikmatan tertinggi dalam bercinta.
Aku
adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di
rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang
sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa
anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan.
Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang
kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah
ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….
Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.
Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.
Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.
Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.
Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..
“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.
Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.
Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.
Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.
Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.
Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.
Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.
Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.
Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….
Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.
Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.
Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.
Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.
Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..
“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.
Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.
Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.
Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.
Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.
Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.
Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.
Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.
Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.