Peranan Indonesia dalam Krisis Suez - Pada tanggal
29 Oktober 1888 dilangsungkan Konferensi Istambul (Turki) yang secara
bersama-sama menetapkan status Terusan Suez. Hal ini mengingat
kedudukan, fungsi, dan peranan Terusan Suez bagi dunia internasional.
Konferensi dihadiri oleh Inggris, Jerman, Austria, Hongaria, Spanyol,
Prancis, Italia, Belanda, Rusia, Turki, dan Mesir. Konferensi menetapkan
Terusan Suez berstatus internasional. Adapun hasil konferensi Istambul
Suez Canal Convention adalah sebagai.
a. Kebebasan berlayar di
Terusan Suez bagi semua kapal, bak kapal dagang maupun kapal perang,
baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
b. Semua kapal yang melintasi Terusan Suez tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda peperangan.
c. Tidak boleh menempatkan kapal-kapal di pintu masuk atau sepanjang Terusan Suez.
d. Pemerintah Mesir harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menjamin pelaksanaan Konferensi Istambul.
e. Kebebasan berlayar di Terusan Suez merupakan kebebasan yang terbatas.
f.
Pokok-pokok persetujuan ini berlakunya tidak dibatasi hingga
berakhirnya Undang-undang yang mengatur konsesi dari perusahaan Terusan
Suez.
Terinspirasi oleh hasil Konferensi Asia Afrika, maka Gamal
Abdul Nasser menasionalisasi Terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956.
Dengan demikian, Terusan Suez yang semula berstatus internasional
sepenuhnya dianggap milik bangsa Mesir. Tindakan Gamal Abdul Nasser ini
tentu saja dianggap sebagai pelanggaran serius yang segera mendapat
reaksi dari Inggris dan Prancis. Kedua negara Eropa yang mempunyai
kepentingan dengan Terusan Suez berencana secara besama-sama akan
menyerang Mesir. Amerika Serikat sebagai negara adidaya dan juga
merupakan sekutu Inggris dan Prancis mencoba menghindarkan penyerangan
tersebut. Amerika Serikat berusaha mengajak berunding ketiga negara yang
sedang bersengketa itu untuk menyelesaikan masalah Terusan Suez.
Pada
tanggal 16 Agustus 1956 atas prakarsa Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat John Foster Dulles diadakan konferensi di London untuk
menyelesaikan masalah Terusan Suez. Konferensi itu dihadiri oleh 20
negara, tetapi Mesir tidak hadir. Konferensi mencapai persetujuan
tentang penyelesaian masalah Terusan Suez yang disebut Konferensi
London. Hasil Konferensi London menyebutkan, antara lain bahwa akan
dibentuk suatu badan internasional untuk menangani Terusan Suez. Namun,
Gamal Abdul Nasser tetap teguh pada pendirian untuk menasionalisasi
Terusan Suez dan menolak hasil keputusan Konferensi London. Akibat sikap
tersebut, ketegangan di kawasan Timur Tengah memuncak kembali. Masalah
Terusan Suez juga dimajukan dalam Sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan
September 1956. Sekretaris Jenderal PBB, Dag Hammerskjold menanggapi
masalah Terusan Suez, memberi usulan damai yang terkandung dalam enam
hal seperti berikut.
a. Pentingnya transit bebas dan terbuka melalui Terusan Suez tanpa diskriminasi, baik secara politik maupun teknik.
b. Kedaulatan Mesir dan Terusan Suez harus dihormati oleh setiap negara.
c. Pengoperasian Terusan Suez harus terbebas dari politik setiap negara.
d. Penetapan bea tol harus diputuskan atas kesepakatan bersama antara Mesir dan negara pemakai Terusan Suez.
e. Sebagian pendapatan yang diperoleh harus digunakan kembali untuk pengembangan Terusan Suez.
f. Jika terjadi perselisihan harus diselesaikan secara damai melalui lembaga arbitrase internasional.
Penyelesaian
masalah Terusan Suez dari Sekjen PBB diterima baik oleh Mesir. Namun,
Mesir tetap menolak hasil-hasil Konferensi London. Inggris dan Prancis
memandang bahwa Mesir secara sepihak telah melakukan pelanggaran
internasional. Oleh karena itu, Inggris dan Prancis secara bersamaan
menyerang wilayah Mesir. Serangan gabungan itu berhasil menduduki daerah
sepanjang Terusan Suez dan Port Said. Israel juga ikut melibatkan diri
menyerang Mesir dan berhasil menduduki wilayah Gurun Sinai.
Akibat
serangan gabungan tersebut, Rusia, Hongaria, dan sekutunya bersiap
membantu Mesir. Tindakan itu tentu saja memancing Amerika Serikat untuk
melibatkan diri dalam masalah Terusan Suez dengan membantu sekutunya,
Inggris dan Prancis. Perang terbuka akibat tindakan Gamal Abdul Nasser
dalam menasionalisasi Terusan Suez menimbulkan krisis internasional yang
disebut Krisis Suez. Krisis Suez mendapat reaksi internasional dari
negara-negara yang anti terhadap imperialisme dan kolonialisme. PBB
segera menggelar sidang umum untuk membahas Krisis Suez. Atas usul
Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson, Dewan Keamanan PBB harus
segera membentuk pasukan penjaga perdamaian di Mesir. Pasukan PBB itu
nantinya akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Mesir–Israel. Pasukan
penjaga perdamaian PBB itu disebut United Nations Emergency Forces
(UNEF).
Bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945
harus ikut berperan dalam menciptakan perdamaian dunia ikut tergerak
membantu mengatasi Krisis Suez. Pada tanggal 8 November 1956 sebagai
wujud partisipasi aktif bangsa Indonesia menyatakan kesediaannya dalam
menyelesaikan Krisis Suez dengan bersedia menempatkan pasukan TNI
sebagai penjaga perdamaian di wilayah Mesir dalam Komando UNEF. Pasukan
TNI yang dikirim sebagai penjaga perdamaian di Mesir disebut Pasukan
Garuda. Pasukan ini dipimpin oleh Letkol Hartoyo yang kemudian
digantikan oleh Letkol Saudi. Pasukan Misriga I berangkat ke Timur
Tengah pada bulan Januari 1957.
Pengiriman pasukan penjaga
perdamaian oleh bangsa Indonesia dalam mengatasi Krisis Suez juga untuk
menunjukkan solidaritas sebagai sesama negara yang baru merdeka. Selain
itu, juga melaksanakan hasil keputusan yang telah diambil dalam
Konferensi Asia Afrika.
As the person in charge and the manager of the site, which at the same time as the Webmaster for this site, I have attempted wherever possible to provide factual information about,Celebrity and Profil, IPA, National News, International News even attractive and may be very beneficial for you. However, due to limited manpower, time, cost, and the means to be a factor that is very disturbing efforts to up-date the data, especially the news
PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS
IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...