Peradaban Lembah Sungai Nil- Sebelum membahasa Peradaban Lembah Sungai Nil ada baiknya kita memahami dulu apa yang dimaksud dengan peradaban. Peradaban
adalah kebudayaan yang memiliki nilai yang tinggi dan halus. Kelahiran
peradaban sangat ditentukan oleh faktor geografis. Pada umumnya, peradaban
lahir di lembah sungai atau di daerah-daerah yang subur, daerah yang
memungkinkan memberikan kehidupan bagi manusia. Di daerah tempat
lahirnya peradaban akan timbul suatu sistem kemasyarakatan, sistem
kekuasaan, bangunan-bangunan hasil kebudayaan, sistem mata pencaharian
hidup, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Bentuk-bentuk dari peradaban
tersebut berkembang dalam suatu kurun tertentu. Bahkan peradaban suatu
wilayah dapat menyebar dan mempengaruhi kehidupan di wilayah lainnya.
Dalam tulisan ini, Anda akan mempelajari peradaban-peradaban yang lahir
di dunia pada masa lalu dan bagaimana pengaruhnya ke Indonesia.
Sejarah
kebudayaan tertua di Benua Afrika dapat ditemukan di lembah sungai Nil.
Peradaban Lembah Sungai Nil di Mesir, Afrika, lahir disebabkan
kesuburan tanah di sekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh banjir
yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik dan mendorong perhatian
manusia untuk membangun kehidupan dan peradaban. Sungai Nil terletak di
negara Mesir sekarang. Peradaban Lembah Sungai Nil disebut juga dengan
sebutan peradaban Mesir Kuno. Kebesaran dan kejayaan peradaban ini masih
dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang banyak terdapat di
Mesir saat ini seperti Piramida, Sphinx, dan Obelisk. Mesir merupakan
sebuah wilayah yang terletak di Afrika bagian Utara dan memiliki letak
yang strategis karena berada di jalur pertemuan antara Asia, Eropa, dan
Afrika. Sungai Nil yang mengalir di negara ini merupakan sungai
terpanjang di dunia. Sungai ini mengalir dari Afrika tengah melewati
Mesir dan bermuara di Laut Tengah. Sungai Nil bersumber dari mata air
yang terletak di daratan tinggi Afrika Timur. Sungai Nil adalah sungai
terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber
dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika
Timur. Ada empat negara yang dilewati Sungai Nil, yaitu Uganda, Sudan,
Ethiopia, dan Mesir. Herodotus menjuluki Mesir sebagai Hadiah dari Sungai Nil.
Hal itu didasarkan dari fakta bahwa peradaban Mesir tumbuh dan
berkembang karena kesuburan daerah-daerah di sekitar Sungai Nil. Setiap
tahun, Sungai Nil selalu banjir yang membawa lumpur ke daratan Mesir.
Banjir tersebut mengubah padang pasir yang gersang menjadi lembah-lembah
yang subur. Lebar Lembah Sungai Nil itu berkisar antara 15-50 km.
Pentingnya Sungai Nil bagi perkembangan Peradaban Mesir Kuno dapat
dilihat dari kota-kota besar dan kuno Mesir seperti Kairo, Iskandaria,
Abusir, dan Rosetta yang terletak di delta-delta muara Sungai Nil.
Delta-Delta yang luas itu terletak di muara Sungai Nil dan tanahnya
sangat subur. Sungai Nil yang besar dan panjang bukan hanya digunakan
untuk sumber pertaniaan, tetapi juga dipakai untuk lalu lintas
perdagangan dari dan keluar Mesir, serta jalur penghubung antara Laut
Tengah dan daerah pedalaman.
1. Pemerintahan
Kerajaan-kerajaan yang berkembang di Mesir melewati beberapa tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut.
Kerajaan-kerajaan yang berkembang di Mesir melewati beberapa tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut.
a. Zaman Kerajaan Mesir Tua (3400-2160)
Kerajaan Mesir Tua
diperkirakan 5000 SM, berbagai perkampungan kecil didirikan di sekitar
Sungai Nil. Berabad-abad kemudian perkampungan itu berubah menjadi
sebuah kerajaan yang disebut mones. Pada perkembangan selanjutnya mones berkembang
menjadi dua kerajaan besar yaitu Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Raja-raja
yang memerintah di Mesir selalu dipanggil dengan sebutan Firaun atau Pharaoh. Firaun berarti “Rumah Besar”. Firaun merupakan pusat kehidupan sosial, politik, dan kepercayaan bangsa Mesir Kuno.
Dia
memiliki kekuasaan yang luas untuk mengatur seluruh bidang kehidupan
masyarakat. Rakyat Mesir mempercayai bahwa Firaun adalah Dewa Horus anak
dewa Osiris. Kemampuan Firaun untuk memobilisasi massa yang banyak
dapat dilihat dari kemegahan piramida di Mesir yang jumlahnya sangat
banyak. Pada masa Kerajaan Mesir Tua terdapat banyak raja yang
memerintah di Mesir, antara lain sebagai berikut.
1) Menes
Menes
merupakan pemimpin yang dapat mempersatukan Mesir Hulu dengan Mesir
Hilir. Usahanya yang berhasil mempersatukan dua kerajaan itu menyebabkan
dia mendapat julukan Nesutbiti (Raja bermahkota kembar). Kerajaan ini berpusat di Thinis.
2) Chufu, Chepren, dan Menkaure
Pada
masa ketiga raja itu, muncul kebudayaan untuk mengawetkan mayat dengan
cara dibalsem (Mumi). Upaya mengawetkan mayat itu didasarkan pada
keyakinan bahwa orang akan hidup terus selama jasadnya masih utuh. Mumi
tersebut dimakamkan di mastaba yang berupa makam yang berudak-undak yang
disebut dengan piramida. Di hampir setiap piramida selalu terdapat
patung berbentuk manusia berkepala singa yang disebut Sphinx.
3) Pepi I
Pada masa pemerintahan Pepi I, kerajaan Mesir memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Sudan (Nubia) dan Abessyiria.
4) Pepi II
Kekuataan
Mesir melemah, sehingga Kerajaan Mesir yang beribu kota di Memphis
mengalami disintegrasi dan berubah menjadi kerajaan yang kecil-kecil.
Perpecahan di tubuh Kerajaan Mesir sebagian besar diakibatkan oleh
perpecahan di antara kalangan bangsawan yang berdampak pada
ketidakstabilan Mesir.
b. Zaman Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM)
1) Sesotris III
Raja Sesotris III
berhasil mempersatukan Mesir kembali dari perpecahan yang dialami pada
masa Raja Pepi II. Selain berhasil mempersatukan Mesir, Raja Sesotris III
juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Mesir sampai ke Sudan,
Palestina, dan ke daerah Sichem. Perekonomian rakyat Mesir semakin
berkembang dan ramai disebabkan kemampuan raja itu untuk berhubungan
dengan negara-negara sekitar Laut Tengah dan Laut Merah. Perdagangan
yang ramai itu berdampak pada meningkatnya taraf kesejahteraan penduduk.
Kestabilan di bidang ekonomi akan berdampak pada kestabilan di bidang
politik, apalagi dengan berhasilnya Sesotris mempersatukan kerajaannya
yang pecah. Kita dapat memberikan kesimpulan bahwa firaun ini memiliki
kekuatan politik dan tentara yang kuat sehingga mampu menstabilkan
negara. Pada masa Sesotris III, raja-raja tidak dimakamkan di piramida,
tetapi firaun-firaun dimakamkan di Gua Karang karena dirasakan tidak
aman. Di dalam piramida, selain terdapat mayat-mayat para Firaun, juga
disimpan kekayaan dari raja itu sebagai simbol kebesaran dan keagungan
raja itu.
2) Amenemhet III
Pada
masa Raja Amenemhet III, perekonomian Mesir mengalami kemajuan yang
pesat terutama dalam bidang pertanian. Bangsa Mesir mengandalkan Sungai
Nil selain sebagai sarana transportasi, perdagangan, juga digunakan dan
dimanfaatkan untuk pertanian. Sungai Nil yang selalu meluap sekali dalam
setahun dimanfaatkan oleh para petani untuk menyuburkan lahan
pertaniannya. Banjir Sungai Nil selalu membasahi padang pasir
berkilo-kilo panjangnya. Para petani dengan dibantu para pendeta, selalu
mempersiapkan tempat untuk menampung banjir dari Sungai Nil tersebut,
sehingga ketika banjir telah surut, maka petani menggunakannya untuk
ditanami dengan tanaman. Kemajuan dan kesuburan Mesir ternyata
mengundang petaka, karena pada tahun 1750 SM, bangsa Hykos menyerang
Mesir. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Mesir mengalami kemunduran.
Bangsa Hykos berkuasa di Mesir, dan menjadikan Kota Awiris sebagai ibu
kotanya. Dari Awiris ini Bangsa Hykos melancarkan serangan lagi ke
beberapa daerah di Mesir, Palestina dan Syria. Bangsa Hykos adalah
bangsa yang berasal dari Jazirah Arab, mereka adalah bangsa nonmaden
yang terus berkelana untuk mencari daerah subur. Kedatangan bangsa Hykos
ke Mesir menyebabkan terjadinya tukar-menukar kebudayaan. Hykos seperti
bangsa-bangsa yang lain menyerap kebudayaan Mesir, sementara bangsa
Mesir berhasil juga menyerap kebudayaan bangsa Hykos yaitu keterampilam
untuk membuat alat-alat pertanian dan senjata yang terbuat dari
perunggu. Peralatan tersebut menyebabkan Mesir pada zaman Mesir baru
menjadi kerajaan yang semakin kuat dan pertanian mereka menjadi semakin
maju dengan teknologi yang baru tersebut.
Gambar 5.2 Patung Firaun Raja Mesir
c. Zaman Kerajaan Mesir Baru (1500-1100 SM)
Kerajaan
Mesir yang dikuasai oleh bangsa Hykos sejak 1750 SM, mencoba
berkonsolidasi untuk mengusir bangsa Hykos. Bangsa Mesir di bawah
Kerajaan Thebe menyerang bangsa Hykos di ibu kotanya yaitu Awiris, dan
Hykos berhasil dikalahkan. Dengan demikian, sejak itu ibu kota Awiris
dikuasai oleh raja-raja Thebe, dan mendirikan Kerajaan Mesir Baru.
Raja-raja yang memerintah pada masa ini antara lain sebagai berikut.
1) Ahmosis I
Ahmosis
adalah Firaun yang berasal dari kerajaan Thebe yang memimpin langsung
serangan ke Kerajaan Hykos. Dia berhasil mengusir bangsa Hykos dan
membangun peradaban baru bangsa Mesir di ibu kota Awiris.
2) Thutmosis I
Thutmosis I adalah firaun yang berhasil melakukan perluasan kekuasaan mesir ke daerah Asia Barat.
3) Thutmosis III (1500-1447 SM)
Pada
masa kerajaan Mesir di bawah pimpinan Firaun Thutmosis II, maka sikap
ekspansionis melekat pada raja itu. Mesir menyerang negaranegara
Babylonia, Assyria, Cicilia, Cyprus, dan lain-lain.
4) Amenhotep II (1447-1430 SM)
Mempertahankan kerajaan Mesir yang memiliki wilayah yang luas.
5) Thutmosis IV
Berusaha
mmpertahankan kekuasaan Mesir dengan melakukan beberapa tindakan
politik yaitu: a. menjalin persahabatan dengan raja Babilonia; b.
menjalin hubungan dengan Firaun Mitanni; c. melakukan perkawinan politik
antara Thutmosis IV dengan Putri Firaun Artatama.
6) Amenhotep IV
Pada
masa pemerintahannya, terjadi revolusi di bidang kepercayaan dan
keyakinan, karena Firaun yang satu ini menentang ajaran Politheisme
untuk menyembah Amon, dan dia mengajarkan ajaran monotheisme. Kebijakan
Firaun tersebut menyebabkan terjadinya pertentangan antara golongan
pendeta dengan pihak kerajaan. Untuk menghindari konflik itu, maka ibu
kota kerajaan dipindahkan dari Thebe ke Al-Amarna.
7) Tut-ankh-Amon
Pada
masa pemerintahannya, golongan pendeta sangat berkuasa, dan kekuasaan
Firaun pun dirongrong oleh para pendeta Amon di Thebe. Krisis
kepemimpinan dan politik tersebut mengakibatkan Mesir mengalami
kemunduran dan perpecahan kembali, Mesir terpecah menjadi
kerjaan-kerajaan kecil yang saling berperang.
8) Ramses I
Pada masa pemerintahan Ramses I,
Mesir melakukan ekspansi ke daerah Palestina, dan berhasil menguasai
seluruh daerah Palestina serta mengalahkan bangsa Hittit di Asia Barat.
9) Ramses II
Pada masa pemerintahan Ramses II,
bangsa Yahudi yang bermigrasi ke Mesir mendapat perlakuan yang kejam.
Dia menindas dan memperlakukan bangsa Israil sebagai budak. Mereka
dipaksa untuk membangun gedung-gedung serta piramida yang megah. Firaun
ini mendirikan sebuah kuil yang diberi nama Ramsessum. Makam firaun ini terletak di Abu simbel.
10) Ramses III
Pada masa pemerintahan Ramses III
Mesir mengalami kemunduran dan dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Asing
seperti Libia, Abbessyiria, dan Assyria. Masa Ramses II diperkirakan
sezaman dengan kehidupan Nabi Musa. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun
670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian Imperium Persia.
Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para
penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu
keturunan Dinasti Ptolemeus ialah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM
Mesir menjadi wilayah Romawi. Bangsa-bangsa yang pernah menyerbu ke
daerah Mesir Kuno antara lain a. bangsa Nubia (selatan Mesir); b. bangsa
Eropa, yang menguasai Mesir dari 1750 SM – 1580 SM; c. bangsa Assyria,
pada tahun 670 SM berhasil merebut kota Memphis dan Thebe; d. bangsa
Persia, yang merebut Mesir (525 SM – 404 SM); e. Alexander Agung dari
Macedonia, yang menguasai Mesir pada tahun 332 – 323 SM; f. bangsa
Romawi, yang menguasai Mesir dari mulai Ptolemeus sampai Cleopatra (44 –
30 SM).
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi Bangsa Mesir
Bangsa
Mesir terkenal memiliki teknologi dan kebudayaan yang tinggi. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai bangunan raksasa yang terdapat
di Mesir. Selain itu, bangsa Mesir terkenal dengan berbagai penemuannya
sebagai berikut.
a. Kemampuan untuk membuat alat-alat rumah tangga, senjata, dan peralatan hidup lainnya dari tanah liat dan logam.
b. Sistem penanggalan kalender yang sudah berdasarkan perhitungan perputaran bumi mengitari matahari. Sistem kalender yang seperti itu membagi 1 tahun menjadi 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 30 hari. Peredaran bulan selama 29 21 hari. Karena dianggap kurang tetap, kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari, dan lamanya setahun adalah 365 hari, yaitu 12 ×30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem solar).
c. Kemampuan membuat perhiasan dari logam mulia dan gading
d. Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk, maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan, dan benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
a. Kemampuan untuk membuat alat-alat rumah tangga, senjata, dan peralatan hidup lainnya dari tanah liat dan logam.
b. Sistem penanggalan kalender yang sudah berdasarkan perhitungan perputaran bumi mengitari matahari. Sistem kalender yang seperti itu membagi 1 tahun menjadi 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 30 hari. Peredaran bulan selama 29 21 hari. Karena dianggap kurang tetap, kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari, dan lamanya setahun adalah 365 hari, yaitu 12 ×30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem solar).
c. Kemampuan membuat perhiasan dari logam mulia dan gading
d. Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk, maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan, dan benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
3. Seni bangunan bangsa mesir
a. Piramida
Piramida
adalah tempat yang digunakan untuk makam raja-raja Mesir yang terbuat
dari batu yang disusun secara rapi dan menggunakan model punden
berundak-undak. Di Kota Gizeh terdapat piramida yang berukuran tinggi
137 meter.
b. Sphinx
Sphinx adalah patung manusia berkepala singa.
Gambar 5.4 Sphinx
c. Obelisk
Obelisk
adalah tiang batu yang ujungnya runcing sebagai lambang pemujaan kepada
roh. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian
Gambar 5.5 Obelisk
d. Kuil
Untuk pemujaan terhadap dewa Amon-Ra, dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
4. Sistem kepercayaan Bangsa Mesir
Masyarakat Mesir Kuno menyembah beberapa dewa (politheisme) yaitu sebagai berikut.
- Dewa matahari yang disebut Amon (Mesir Selatan) dan Ra (Mesir Utara). Namun pada perkembangannya dewa matahari itu disebut Amon-Ra
- Dewa peradilan di akhirat yaitu Dewa Osiris.
- Dewa Sungai Nil, yaitu Dewi Horus yang merupakan dewa kecantikan (Dewi Isis).
- Dewa Anubis, yaitu dewa kematian.
- Dewa Aris sebagai dewa kesuburan.
Masyarakat
Mesir Kuno sudah mempercayai tentang kehidupan sesudah mati. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya mumi. Di balik mumi terkandung
kepercayaan bangsa Mesir Kuno tentang kehidupan setelah mati. Masyarakat
Mesir Kuno berkeyakinan bahwa selama jasadnya masih utuh, maka dia akan
tetap hidup. Oleh karena itu, masyarakat berusaha untuk mengawetkan
mayat agar dia tetap hidup abadi. Alasan masyarakat membuat mumi adalah
bahwa manusia tidak dapat menghindar dari kehendak dewa maut. Tetapi
tidak semua masyarakat Mesir mayatnya diawetkan, biasanya mereka yang
yang diawetkan adalah para bangsawan dan raja. Mayat-mayat yang
diawetkan itu disimpan di dalam piramida. Wujud kepercayaan yang
berkembang di Mesir didasarkan pada pemahaman sebagai berikut:
- Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
- Dewa yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti Dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan. Dengan taat menyembah pada dewa, masyarakat Lembah Sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
5. Masyarakat
Masyarakat
Mesir Kuno terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lapisan pertama
terdiri atas para bangsawan, raja, dan pendeta mempunyai hak-hak
istimewa. Golongan kedua yaitu masyarakat kelas menengah yang umumnya
terdiri atas pedagang kaya dan pemilik tanah, dan lapisan ketiga terdiri
atas rakyat biasa, yaitu para petani dan buruh serta budak. Dengan
demikian, sebutan Mesir merupakan berkah Sungai Nil tidak sepenuhnya
dapat dinikmati oleh rakyat Mesir, karena rakyat kecil kekayaannya
banyak habis untuk membayar pajak. Lembah Sungai Nil yang subur
mendorong masyarakat untuk bertani. Air Sungai Nil dimanfaatkan untuk
irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan, dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang
merata. Untuk keperluan irigasi, dibuatlah organisasi pengairan yang
biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil
pertanian Mesir yaitu gandum, sekoi atau jamawut, dan jelai yaitu
padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.
Pengaruh Peradaban Mesir pada Masyarakat Indonesia
Beberapa pengaruh peradaban Mesir terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.
- Tulisan Mesir Purba berkembang keluar dan disederhanakan oleh orang Funisia. Tulisan itu kemudian diajarkan kepada orang Yunani dan tersebar di Romawi. Setelah itu, berkembang menjadi tulisan latin yang digunakan oleh bangsa Indonesia.
- Kepercayaan pada jalangkung, yaitu upacara menghadirkan roh dan ilmu hipnotis, pada awalnya berkembang di Mesir Kuno.
- Menurut teori difusi kebudayaan, teknologi bangunan-bangunan besar, seperti piramida, menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia dengan dibangunnya Candi Borobudur.
- Kedatangan Islam berasal dari Mesir, teori ini dikemukakan oleh HAMKA dan Crawford, yang mengemukakan bukti tulisan Ibnu Battutah yang menyatakan bahwa raja Samudera Pasai bermahzab Syafii. Mahzab Syafiii banyak terdapat di Mekah dan Mesir, sementara Iran itu bermahzab Syiah, dan Gujarat bermahzab Hanafiah. Gelar yang biasa dipakai oleh raja di Samudera Pasai ialah Al Malik yang biasa digunakan di Mesir, sementara gelar di Iran ialah Syah bukan Malik.