Saturday, March 9, 2013

"Dalam Politik Semua Mungkin Terjadi"



GAYA kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) yang sering turun langsung ke lapangan di Jakarta membuat masyarakat senang. Bahkan mereka berharap para pemimpin itu seperti Jokowi. "Pemimpin Jakarta harus memahami lebih detail rakyatnya, dekat dengan rakyat. Karena itu saya mengajak Jokowi masuk ke Jakarta," kata Jusuf Kalla
 
Menurut Kalla, dirinya mengajak Jokowi ke Jakarta karena kepemimpinan itu harus efektif. Apa yang dilaksanakan Jokowi dapat dinilai orang efektif, bukan pencitraan, apa adanya. "Saya melihat Jokowi seperti itu dan mungkin ada juga orang yang menilai apa yang saya kerjakan juga seperti itu," katanya.
 
Kepada Arya Sinulingga, Pemimpin Redaksi MNC News, dalam program One on One, Jusuf Kalla menyampaikan alasannya mengajak Jokowi ke Jakarta. Selain itu, Ketua Umum PMI ini juga menyatakan siap memimpin bangsa jika diperlukan. Bahkan dia sudah punya kriteria pendampingnya untuk memimpin negeri ini.
 
Kemarin ada hasil survei yang cukup mengejutkan, popularitas Jokowi dikatakan sudah melampaui Megawati. Hal ini sangat fenomenal, bagaimana Anda melihatnya?
 
Ya. Memang kelihatannya masyarakat sekarang menginginkan pemimpin yang dekat dengan rakyat. Saya kira pendekatan yang dilakukan Jokowi seperti itu, sehingga masyarakat ingin pemimpin seperti itu. Tidak berarti hanya Jokowi yang punya, tapi memang ekspektasi masyarakat kepada Jokowi untuk mengelola Jakarta ini besar.
 
Saya dengar Pak Jusuf Kalla adalah orang pertama yang meminta Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Benarkah itu?
 
Iya, saya melihat seperti itu, tipe itu, yakni pemimpin Jakarta harus memahami lebih detail rakyatnya, dekat dengan rakyat. Dia tidak hanya memiliki image yang tinggi. Karena itu saya mengajak Jokowi masuk ke Jakarta.
 
Saya melihat ada kemiripan antara Anda dan Jokowi. Apa adanya, langsung-langsung saja, apa yang dilihat langsung disikapi. Saya sempat terpikir Pak Jokowi ini tipe mudanya seorang Jusuf Kalla.
 
Masyarakat menilai itu. Mungkin karena saya menganggap kepemimpinan itu harus efektif. Bagi saya apa yang dilaksanakan Jokowi dan apa yang saya laksanakan dapat dinilai orang efektif. Bukan pencitraan, apa adanya. Saya melihat Jokowi seperti itu dan mungkin ada juga orang yang menilai apa yang saya kerjakan juga seperti itu. Tapi saya mengajak Pak Jokowi itu karena melihat kepemimpinannya yang efektif.
 
Pada 2009 yang lalu, Anda maju dengan gaya yang sama seperti Jokowi. Tapi pada masa itu masyarakat belum seperti sekarang. Bagaimana Anda melihat fenomena ini?
Sebenarnya dalam pemilihan itu kan tergantung lawannya siapa. Waktu zaman saya, pemerintah dianggap berhasil. Saya sama-sama Pak SBY, karena dinilai berhasil ya orang melihat ke Pak SBY. Lalu menilai baiknya SBY melanjutkan.
 
Itu mungkin berbeda dengan Gubernur Jakarta sebelumnya. Banyak permasalahan seperti banjir dan macet sehingga membuat orang ingin suatu perubahan. Justru pada zaman saya, orang hanya ingin perbaikan, belum perubahan seperti sekarang ini.
 
Anda banyak melakukan perubahan itu. Salah satu contohnya di PMI. Orang melihat PMI dulu terkesan birokratif dan jauh dari pelayanan. Tapi semenjak Anda masuk, banyak perubahan terjadi. Apa yang Anda terapkan sampai terjadi perubahan seperti itu?
 
Saya cuma melihat tujuan PMI itu untuk melayani masyarakat. Dalam melayani masyarakat itu kan seringkali darurat, maka harus cepat. Sebaik mungkin tapi cepat. Inilah yang mengubah hal-hal yang lama, jadi berkualitas dan cepat.
 
Inilah yang sering dilihat orang. PMI yang dulu hanya donor darah, sekarang menjadi terdepan bila terjadi bencana.
 
Sebenarnya sejak dulu juga begitu, hanya mungkin belum terlalu besar effort-nya. Masih lambat, terlalu menunggu perintah dan sebagainya. Nah, dengan kualitas dan kecepatannya akan memberikan hasil yang baik.
 
Banyak juga konflik di negara ini dan Anda yang menyelesaikan. Misalnya Poso dan Aceh yang bertahun-tahun bergolak, Anda yang menyelesaikan. Bagaimana sejarahnya sampai Anda menjadi penyelesai konflik di Indonesia ini? 
 
Saat itu saya di pemerintahan, dan masalahnya itu dapat selesai dengan dialog.
 
Apakah hanya dengan dialog? 
 
Ya dengan konsesi tertentu pastinya. Tapi ya sekarang itu sudah menjadi bagian dari sejarah.
 
Kita ingat betul yang mendamaikan Aceh itu JK, tapi yang mengambil keuntungan dari itu adalah Pak SBY. Bagaimana Anda melihat ini?
 
Saya tidak pernah berpikir bila melakukan sesuatu hanya untuk manfaat pribadi, biar masyarakat yang menikmati. Dan bila kemarin suara saya itu hanya 4 persen, ya itu kan politik, hehehe.
 
Anda tidak terkejut dengan angka Anda saat itu?
 
Sangat terkejut.
 
Anda melihat tertangkapnya Presiden PKS hanya permainan politik?
 
Ya kalau kita dengar prosesnya kan tangkap tangan, karena itu lebih cepat. Tapi saya yakin KPK juga lebih profesional. Kemarin kita dengar kan penyidiknya banyak yang diambil, jadinya lebih lambat.
 
Masalah impor sapi ini, orang hanya melihat korupsinya saja. Padahal di negeri kita ini daging sapi menjadi termahal di dunia. Bagaimana Anda melihat hal itu?
 
Ya, efek kasus impor sapi ini luar biasa. Dibutuhkan perubahan kebijakan pemerintah yang betul-betul tepat. Sapi ini kan makanan pokok, daging itu makanan pokok, mahal itu merugikan masyarakat, dosa itu. Apalagi mahal karena korupsi, lebih salah lagi kan. Ada juga masalah bagi orang Islam yang berdampak sangat berbahaya. Akibat mahal, banyak orang yang makan babi. Iya kan? Karena mahal, daging sapi dicampur dengan daging babi. Siapa yang berdosa, ya yang membuat kebijakan ini.
 
Apakah Pemerintahan SBY tidak melihat ini menjadi kesalahannya? 
 
Harusnya otomatis, pemerintah harus ikut bertanggung jawab. Yang ini bagian dari kebijakan umum. Dulu saat saya di pemerintahan sudah ada perencanaannya, yakni membuat kredit murah untuk para peternak. Itu sudah dimulai, tapi sekarang balik lagi. Kebijakan impor yang terlalu cepat membuat harga naik lagi. Sayang sekali.
 
Banyak masyarakat melihat, tanpa pemerintah pun pertumbuhan ekonomi ini dapat berjalan. Bagaimana Anda melihat kinerja pemerintah ini? 
 
Ya tentu kita tidak bisa mengatakan pemerintah itu tidak punya prestasi. Pertumbuhan ekonomi kita tetap tumbuh dengan baik. Walaupun ada risiko akibat defisit dan subsidi yang terlalu tinggi. Kita akan menjadi negara sosialis terbesar di dunia apabila 30 persen dari anggaran kita itu subsidi, dan itu sangat berbahaya.
 
Pemerintah mengatakan subsidi harus dihentikan, tapi masalah konversi energi tidak juga dilakukan. Anda dulu pernah membuat satu gerakan besar konversi energi, bagaimana Anda mendapatkan ide ini?
 
Waktu itu kita punya konsumsi minyak tanah 11 juta kiloliter per tahun, subsidinya bisa Rp60 triliun per tahun. Kita cari cara bagaimana agar subsidi hilang, tapi tidak memberatkan masyarakat. Agar masyarakat mendapatkan yang lebih bersih, murah, cepat, dan sebagainya. Nah, cara awalnya dengan fokus dan menghitungnya dengan betul. Lalu memberikan tanggung jawab pada tim kecil di Pertamina dan antar-departemen tapi memiliki wewenang yang baik untuk melakukannya.
 
Perencanaannya hanya tiga bulan dan langsung dilakukan. Dalam tiga tahun kita selesai dan langsung melupakan minyak tanah. Nah, sekarang pemerintah ingin mengonversi mobil, memang tidak mudah. Kita harus ganti mobilnya, butuh biaya lebih dan memang cukup lama. Tapi yang sangat penting siapkan dulu infrastrukturnya. Bila tidak ada tempat pengisian gas, bagaimana mau melangkah ke konversi.
 
Masalahnya pemerintah ini membuat perencanaan itu untuk pencitraan saja, sehingga takut menaikkan harga BBM. Ya sebenarnya menaikkan BBM itu pekerjaan yang mudah. Lihat dulu yang kita takutkan dari faktor minyak tanah, sekarang sudah tidak lagi.
 
Jadi benar bila dikatakan ini hanya pencitraan daripada penyelesaian masalah?
 
Tidak pencitraan juga sebenarnya. Akibatnya juga orang marah, lihat saja bila jalan berlubang, sekolah tidak diperbaiki, itu akan menjadi pencitraan terbalik ya, negatif juga. Tapi kalau ada uang subsidi dikurangi dan diganti untuk membangun infrastruktur, pastinya citra itu akan lebih baik.
 
Anda memiliki begitu banyak ide, mulai dari perdamaian, konversi energi, hingga birokrasi. Banyak langkah yang Anda lakukan, apa yang dilakukan Jokowi pun sebenarnya sudah Anda lakukan. Kini masyarakat rindu dengan gaya Anda ini. Mungkinkah Anda maju kembali untuk memimpin negeri ini?
 
Ya dalam politik semua mungkin terjadi walaupun harus melalui syarat-syarat, ketentuan, dan politik. Dan itu kan harus didukung oleh partai, tidak semua orang bisa memenuhi itu. Tapi selalu saya katakan seperti ini, saya tidak mencari jabatan, namun bila diharapkan pasti siap. Pengalaman saya, Indonesia bukan bangsa yang susah diatur, kita punya potensi yang luar biasa sekali.
 
Bila Anda menjadi calon presiden, siapa pesaing kuat Anda nanti?
 
Hahaha. Saya tidak bisa melihat, kita belum tahu struktur yang akan datang. Belum bisa memprediksi siapa yang akan ikut nanti. Mengira-ngira boleh, tapi belum terlihat.
 
Bila Anda jadi presiden nanti, kira-kira pasangan Anda siapa?
 
Hahaha, saya belum memikirkan orang. Tetapi kalau kriteria pasangan itu harus selalu terbalik dengan presidennya, Jawa-luar Jawa, harus kombinasi. Di mana pun terjadi, di mana-mana harus melengkapi, saling mengisi dengan tujuan untuk Indonesia.

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...