Sunday, February 17, 2013

Pastor dan Pengusaha

Suatu hari seorang pastor Fransiskan yang bertugas mengelola sebuah panti asuhan dikunjungi oleh salah seorang umat, seorang pengusaha, yang ingin menyumbangkan sebagian uangnya untuk panti asuhan tersebut. Rupa-rupanya umat itu memang selama ini telah secara rutin menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk panti asuhan. Setelah berbincang-bincang beberapa saat mengenai keadaan panti asuhan, anak-anak, dan tak lupa juga mengenai Sabda Tuhan, bapak itu pun berkata,[BR] "Saya bangga sekali kalau melihat pastor."[BR] Si pastor bertanya dengan rasa ingin tahu,[BR] "Mengapa begitu, Pak?"[BR] "Yah, karena pastor masih begini muda, dan bersedia susah payah mengelola sebuah panti asuhan, dan terutama sekali, rela mengorbankan segala-galanya untuk menjadi seorang pastor," ujar bapak itu.[BR] Merasa tidak tahu apa yang harus dikatakan, si pastor pun menanggapi dengan ringan,[BR] "Ah, itu kan memang sudah jadi panggilan saya---untuk menjadi seorang pastor."[BR] Bapak itu termenung agak lama, sebelum akhirnya berkata sambil menerawang,[BR] "Saya dulu juga punya cita-cita untuk menjadi seorang pastor. Bahkan saya sempat beberapa tahun masuk seminari, dan sempat menjalani kehidupan seorang frater ," ia terlihat agak melamun mengenang masa lalu.
"Tapi rupa-rupanya panggilan hidup saya sama sekali lain. Sekarang saya melakukan hal-hal yang sama sekali berbeda, dan hanya memikirkan masalah-masalah duniawi. Kalau saya pikir kembali, saya menyesal tidak meneruskan langkah saya dulu---yaitu untuk menjadi seorang pastor."[BR] Mendengar hal itu, si pastor pun dengan segera berkata,[BR] "Wah, seandainya dulu bapak mengambil keputusan untuk menjadi pastor, saya kira sayalah yang akan menyesali keputusan tersebut ."[BR] "Lho, kenapa begitu?" tanya bapak itu terheran-heran.[BR] "Ya, karena kalau itu yang bapak pilih, tentunya saya kehilangan salah seorang donatur yang baik," jawab pastor itu dengan tenang. "Karena bagaimana saya bisa mengelola tempat seperti ini, dan memelihara anak-anak ini, kalau tidak ada orang yang seperti bapak? Bagaimana kami bisa membeli beras, membayar listrik, air, sayur-sayuran, menyekolahkan anak-anak ini, dan seterusnya, kalau orang-orang seperti bapak tidak menyumbangkan sebagian penghasilannya ke sini?"

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...