Pakar astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, "Pada dasarnya potensi kejatuhan asteroid di berbagai belahan dunia memiliki probabilitas hampir sama, karena orbit asteroid tidak memiliki frekuensi tertentu."
Dihubungi Kompas.com, Minggu (17/2/2013), Thomas mengatakan, apabila lintasan orbit asteroid berpapasan dengan Bumi di satu lokasi tertentu, maka dapat diperkirakan asteroid itu kemungkinan akan jatuh di lokasi tersebut.
Sejarah membuktikan bahwa Indonesia pun rawan. Thomas menguraikan, berdasarkan catatan sejarah, Indonesia pernah dua kali menjadi lokasi tumbukan asteroid, antara lain di wilayah Maluku dan Sulawesi Selatan.
“Kejadian pertama, pada tahun 1980-an, berdasarkan laporan Majalah Astronomi, sebuah asteroid jatuh di perairan Maluku. Asteroid ini sempat terdeteksi sistem satelit sebelum akhirnya menghantam bumi," katanya.
"Kejatuhan asteroid yang kedua terjadi belum lama ini, pada tahun 2008 di lepas pantai Bone, Sulawesi Selatan. Ukurannya 10 meter, dampak yang diakibatkannya pun tidak separah di Rusia. Namun saat kejadian, jejak asapnya sempat terlihat oleh penduduk di Pantai Bone,” tambahnya.
Karena rawan dihantam benda antariksa, Indonesia pun perlu meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pengawasan. Indonesia tak cuma rawan dihantam asteroid dan sejenisnya, tetapi juga rawan kejatuhan sampah luar angkasa.(*/tribun-timur.com)